0.6

21 5 1
                                    

Aku tersentak kaget saat pintu kelas di banting tiba-tiba. Siapa lagi kalo bukan Edgar pelakunya. Cowok itu datang dengan wajah memerah dan amarah yang membeludak. Dia duduk di kuris namun terlebih dulu menarik kursi dengan membantingnya.

Aku kembali melirik pintu kelas saat Pak Dadang masuk ke dalam kelas, menyusul Edgar.

"Bapak bicara baik-baik sama kamu!" Kata Pak Dadang sedikit meninggikan suara beliau.

"Saya cuman mau ambil kartu saya aja. Kalo hp saya terserah Bapak mau ngapain."

"Ke ruangan Bapak dulu, bicara disana!"

Edgar berdiri dari duduknya. Melihat itu Pak Dadang berlalu dan Edgar berjalan keluar kelas mengikuti Pak Dadang.

"Bjirrr takut banget gue lihat Edgar mode gitu," kata Dara berbisik pada ku.

Aku mengangguk menyetujui. Memang benar adanya saat cowok itu dalam mode marah auranya sangat menakutkan. Dan tak lama dari itu Edgar sudah kembali masuk ke dalam kelasnya. Aku diam saat Edgar duduk di kursinya, cowok itu juga hanya diam. Yang lain pun saat melihat Edgar memasuki kelas menjadi hening sesaat sebelum kembali berisik.

Kembali pada Edgar, cowok itu menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Dengan gerakan cepat dia menarik tangan ku untuk dia genggam membuat ku tersentak. Aku hanya diam membiarkan Edgar menggenggam tangan ku. Mau bagaimana lagi? Tidak mungkin aku menarik tangan ku darinya jika tidak ingin dia mengamuk.

Aku menghela napas kasar. Ketakutan ku lebih besar dari keberanian ku. Tidak apa-apa ini tidak ada masalah dan Edgar pun tak melukai ku. Kali ini aku juga harus mengalah, cari aman.

"Gue mau tidur!"

Aku mengangguk kaku sebagai jawaban. Edgar yang melihat itu mengangkat kepalanya.

"Lo takut sama gue?" Tebaknya tepat sasaran. Namun, sekali pun iya aku menggeleng sebagai jawaban.

"Nggak kok," jawab ku pelan.

Terlihat Edgar terkekeh. "Santai aja gak usah tegang gitu."

"Lucu," lanjutnya.

"Siapa yang tegang?" Aku berniat ingin menarik tangan ku pada Edgar.

"Gak bakal gue lepasin!"

"Mau nangis kan lo tadi?" Tanya ku dengan masih berusaha menarik tangan ku dari genggamannya.

"Siapa bilang?"

Edgar kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Mata itu menutup perlahan.

□○□

Aku melepas tangan ku dari genggaman Edgar dengan berhati-hati takut menggangu tidur cowok itu. Setelah berhasil terlepas aku akhirnya bernapas lega. Meski ada sedikit drama karena Edgar sempat membuka matanya namun kembali tertutup.

Sebelum guru mapel masuk aku lebih dulu keluar dari kelas juga mengikut sertakan Dara. Entah kenapa sebuah ide di benak ku muncul, membolos. Selain itu pikiran ku mengatakan untuk menjauh dari Edgar. Bukan menjauh sejauh-jauhnya namun seperti hilang lalu ingin dicari? Aku menggeleng, tidak bukan itu. Lupakan.

"Dar, toilet Dar!!" Kata ku yang diangguki Dara.

Aku dan Dara berjalan ke arah toilet perempuan. Masuk ke dalam, aku berdiri di depan wastafel begitu juga dengan Dara. Kita hanya memain-mainkan air dan bercermin.

"Dar!" Panggil ku.

Dara melirik ku, dia menunggu kelanjutan ucapan ku yang menggantung.

"Bosan gue di kelas. Ini kan mapel fisika bolos aja yuk!!"

THIFANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang