0.7

18 3 0
                                    

Aku berjalan santai menuju kelas. Berjalan mengampiri Dara dan Danang yang sekarang mereka entah sedang membicara apa.

"Hello kalian!" Sapa ku saat berada di depan mereka.

Aku memutar kursi yang berada di depan Danang lalu duduk di depannya. Cowok itu masik asik berbicara dengan Dara. Mereka hanya melirik ku sekilas dan langsung kembali bercerita, lebih tepatnya Danang yang bercerita.

Aku mendengus namun tak memilih untuk pergi. Menarik buku kas yang berada di depan Danang. Benar, Danang adalah bendahara kelas yang di percaya 100 persen oleh warga kelas. Dari kelas 10, cowok itu yang menjabat menjadi bendahara kelas. Melihat buku tersebut aku terpaku pada satu nama, Edgar. Cowok itu hanya beberapa kali bayar sisanya ngutang. Bukan hanya Edgar namun banyak juga yang lainnya yang juga belum bayar.

"Gue berapa?"

Aku mendongak saat mendapati pertanyaan tersebut. Edgar berdiri menjulang di samping ku dengan kedua tangannya yang berada di saku celana, sok keren batin ku.

"Bayar lunas dong jangan nanya doang."

"Ini mau bayar."

"Bentar gur itungin," kata ku dengan menghitung pembayaran Edgar yang kurang. "Tiga puluh enam ribu sini," lanjut ku dengan mengulurkan tangan ku meminta duitnya.

Edgar mengeluarkan tangannya dari saku celana. Cowok itu dengan entengnya meletakan tangannya pada tangan ku. Menyambutnya seolah-olah aku menunggu tangan itu untuk menggenggamnya.

"Apaan? Uangnya mana?" Tanya ku dengan berusaha menarik tangan ku pada genggaman cowok itu.

Edgar tak menahannya, dia membiarkan aku menarik tangan ku dan menyengir. "Entar," jawabnya dengan berlalu berjalan ke arah kursinya.

Aku hanya diam tidak mengeluarkan suara lagi, membiarkan Edgar pergi begitu saja. Namun pikiran ku berulang-ulang memutar kejadian tadi. Takut jika Dara melihatnya dan berpikir yang tidak-tidak.

Melirik Dara, aku sedikit bernapas lega saat melihatnya masih asik dengan Danang. Ya meskipun masih ada sedikit rasa takut jika tadi dia melihat apa yang dilakukam Edgar. Namun Dara hanya diam yang membuat ku berpikir dia tidak mengetahuinya.

***

"Fa, mau ikut ga?"

Aku mendongak saat mendengar suara Dara. Cewek itu berdiri di samping ku dengan Danang.

"Kemana?" Tanya ku balik.

"Keluar."

Aku menggeleng menolak ajakan Dara. "Engga deh gue disini aja."

"Ohh oke deh, dah muach ..," kata Dara dengan berlalu dan memberikan kiss bye pada ku.

Aku kembali memainkan hp ku. Bukannya apa-apa aku menolak ajakan Dara, hanya saja nantinya Dara pasti juga akan mengacangi ku di tambah aku juga sekarang malas berjalan.

Karena sekarang kelas jam kosong jadilah sekarang kelas benar-benar seperti pasar malam. Mereka asik bermain di dalam kelas tanpa takut jika ada benda yang rusak akibat mereka. Mereka bermain seperti di lapangan. Meja-meja tak mereka pedulikan, asalkan bisa melempar bola tidak akan jadi masalah itu yang mereka pikirkan.

Aku berdiri dari duduk ku berniat ingin pergi ke toilet, tiba-tiba panggilan alam datang. Aku tersentak kaget saat sebuah tangan melingkar di leher ku, menghentikan ku saat ingin melangkah keluar dari kelas. Tidak membuat ku tercekek memang namun membuat ku mematung sesaat. Tangan yang sangat familiar itu membuat ku berhenti bernapas untuk beberapa detik.

aku memalingkah wajah ku untuk melihat Edgar. Cowok itu sudah menatap ku yang membuat ku kembali berbalik lalu menunduk untuk melihat tangannya yang melingkar di leher ku.

"Lepasin!"

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Toilet. Lepasin gak!" Kata ku. Mata ku tiba-tiba terfokus pada kuku Edgar yang panjang. "Astaga kuku lo!" Dan entah kenapa mulut ku berucap demikian.

Terdengar Edgar tertawa, dia sedikit mendekatkan tangannya memperlihatkan lebih jelas pada ku.

"Satunya udah di potong Bu Yuyun."

"Kok satu doang, harusnya dua-duanya dong."

"Gue bilang gue aja yang potong."

Aku berdecak, kenapa malah membahas kuku Edgar. "Lepas Gar, gue mau ke toilet udah kebelet nih." Setelah mengatakan hal tersebut Edgar langsung melepas ku membuat ku langsung berlari keluar kelas menuju toilet.

Aku bernapas lega setelah menuntaskan panggilan alam yang sempat di perlambat oleh Edgar. Untungnya bumi masih berputar wkwk becanda, untungnya tidak ngompol menahan pipis.

Aku berjalan kembali ke kelas. Melihat Dara dan Danang yang sedang asik mengobrol di depan kelas aku berniat ingin bergabung bersama mereka.

"Bahas apaan nih?" Tanya ku saat berada di depan mereka.

"Habis dari mana Fa?" Tanya Dara, malah nanya balik.

"Pipis," jawab ku dengan melirik Dara lalu Danang bergantian.

Aku ikut duduk di sebelah Dara. Mereka asik berdua dengan membahas oppa-oppa mereka. Yap, Danang adalah fanboy k-pop garis keras. Dara jadi suka gara-gara Danang yang terus-terusan bercerita tentang dunia per-k-pop-an.

Aku menghela napas pelan. Benar bukan, Dara akan asik bersama Danang dan mengacuhkan ku. Aku melihat lurus ke depan dengan pikiran ku yang berkelana kemana-mena. Memikirkan apapun yang terlintas di kepala ku.

Edgar, nama itu tiba-tiba terlintas di kepala ku. Dan hanya beberapa menit saja aku menyebut namanya di dalam hati bukan di doa, cowok itu muncul tiba-tiba dan langsung duduk di samping ku.

"Fan!" Panggilnya setelah beberapa menit hanya diam.

Edgar menarik tangan ku, dia menggenggamnya dnegan ke dua tangannya.

"Jadi pengen tidur gue."

Aku mengerutkan dahi ku saat mendengar nada manja yang keluar dari mulutnya. Ada apa dengannya?

Dia menghela napas pelan. "Fan!" Panggilnya dengan memainkan tangan ku.

"Tidur aja," jawab ku yang membuatnya berdecak.

"Di kelas."

"Yaudah sana ngapain ke sini."

Sekali lagi cowok itu berdecak nyaring.

"Kenapa sih?" Tanya ku sedikit kesal karena mendengarnya yang terus menerus berdecak.

Aku melirik ke arah ruang guru di depan. Yap, kelas ku dekat dengan ruang guru memudahkan mengetahui jika guru mapel akan masuk. Mendapati Pak Dadang yang berdiri di taman dekat kelas dan mata beliau yang curi-curi pandang ke arah kita berempat atau pada aku dan Edgar? Entahlah, tapi mata beliau memang seperti curi-curi pandang. Aku menarik tangan ku namun sama sekali tak berhasil.

"Lepasin Gar!"

"Kenapa?" Tanyanya.

"Lepas aja," kata ku sedikit berbisik.

"Gamau," katanya dengan suara itu lagi. Suara manja yang di keluarkan Edgar benar-benar tak cocok dengannya membuat ku merasa geli mendengarnya.

"Aduh katanya mau tidur." Aku sengaja tak mengatakan jika Pak Dadang melihat ke arah aku dan Edgar, takutnya cowok itu akan melihat ke arah Pak Dadang dengan terang-terangan.

"Gue mau ke kelas nih," lanjut ku membuat Edgar mengembangkan senyumnya.

Aku berdiri dari duduk ku dan melepas tangan ku dari genggaman Edgar dengan paksa.

"Dar, gue ke kelas duluan ya!" Kata ku yang diangguki oleh Dara.

□○□

hallo kalian, jangan lupa untuk vote, komen, dan share ke kawan-kawan kalian ya! Follow juga dong author-nya!

THIFANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang