untuk memulai membaca alangkah lebih baik untuk vote terlebih dulu hehhe✌️
vote dari kalian sangat berharga, membuat ku jadi semangat empat lima 😊 so jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!love u kalian 💙
HAPPY READING!
□○□
Hujan kembali turun saat aku ingin pergi ke sekolah. Memang masih gerimis dan aku berniat untuk pergi namun baru saja menginjakan kaki ku ke teras rumah hujan gerimis itu berubah menjadi hujan lebat membuat ku kembali masuk ke dalam.
Aku menghela napas pasrah, berbaring di sofa panjang sambil memainkan ponsel ku. Chat dari Dara yang menanyai ku dimana buru-buru ku balas dengan menjawab 'masih di rumah'.
Dara sudah berada di sekolah katanya, cewek itu baru sampai dan untungnya saat sampai di sekolah baru turun hujan dengan deras. Dia berjalan ke arah kelas sambil membuka hp nya untuk menanyai ku lewat chat. Maka dari itu dia bertanya karena baru saja sampai di sekolah. Begitulah cerita yang dia ceritakan.
Aku melepas ransel ku berdiri dari duduk ku untuk berjalan kembali ke kamar, mengambil jaket karena udara yang sangat dingin. Setelahnya aku kembali turun dan kembali berbaring di sofa panjang tadi.
Menunggu hampir setengah jam akhirnya hujan mereda. Jam yang menunjukan ke angka 8 tak membuat ku buru-buru untuk pergi ke sekolah. Dengan berjalan santai aku menaiki motor ku membelah jalanan yang basah akibat hujan.
Sesampainya di sekolah, pagar itu sama sekali tak terkunci. Peraturannya seperti ini 'jika hujan murid tak masalah terlambat asal saat hujan reda tak berselang lama mereka sudah berada di sekolah' dan itu sebabnya kenapa aku tak buru-buru. Keselamatan paling utama karena jalanan yang licin.
Aku masuk ke dalan kelas, berjalan ke arah kursi ku dimana aku sudah mendapati Edgar yang duduk di samping kursi ku. Cowok itu melihat ku sedari awal aku masuk tanpa mengeluarkan suaranya.
Aku melepas ransel ku meletakannya di atas meja dan tanpa melepas jaket yang ku kenakan aku duduk di sampingnya. Baru saja aku mendaratkan bokong ku, Edgar sudah menarik tangan ku untuk dia bawa ke dekatnya. Aku hanya pasrah tak ingin banyak bicara atau pun protes. Toh jika aku melayangkan protes Edgar tak akan mau melepasnya Bukan?
Cowok itu sedari tadi memainkan tangan ku lalu menyeletuk, "Tangan lo dingin!"
"Emang kenapa kalo dingin? Itu tandanya gue habis mandi, beda sama lo yang ga mandi," jawab ku.
"Kata siapa?" Tanyanya masih dengan mengelus lembut tangan ku.
Aku mengangkat ke dua bahu ku tanda tak tau. "Gar, di luar tuh habis hujan dan gue baru aja dari luar, jelas dingin lah," kata ku menjelaskan karena jawaban ku tadi hanya candaan.
"Genggaman tangan sama gue jadi hangatkan!?"
"Apaan?!" Mendengar perkataan itu membuat ku merasa malu dan ingin menarik tangan ku darinya. Namun nihil, Edgar yang awalnya menggengam seperti genggaman biasanya kini mengeratkan genggamannya.
Tanpa suara aku berusaha melepas tangan ku darinya. Menarik secara paksa bahkan memutar-mutarkan tangan ku sendiri agar terlepas dari-nya sudah ku lakukan. Tapi seperti apa yang ku bilang tadi aku tak bisa melepasnya. untuk terlepas dari Edgar hanya ada satu cara yaitu dia sendiri yang mau.
Terpaksa, dengan benar-benar terpaksa aku membiarkannya saja. Membiarkan dia sampai merasa bosan lalu melepas tanpa paksaan.
"Kantin bro!" Ajak Thio dengan menepuk bahu Edgar pelan.
Dan saat itu juga aku langsung menarik tangan ku yang untungnya berhasil terlepas. Aku melihat pada Thio berganti pada Edgar dengan canggung. Merasa malu juga takut jika Thio melihatnya barusan.
Aku bernapas lega saat Thio berlalu setelah Edgar mengangguk menyetujui. Di tambah Thio hanya diam tanpa mengambil pusing apa yang dia lihat? Tapi semoga Thio tak melihat.
Edgar berdiri dari duduknya, dia menepuk puncak kepala ku pelan dan tanpa mengeluarkan suara berjalan keluar kelas.
Aku menahan napas setelah mendapat perlakuan tiba-tiba Edgar. Cowok itu dengan berhasil membuat jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya. Namun ada sedikit rasa takut yang terselip akan perasaan yang ku rasakan.
□○□
Aku dan Dara berjalan kembali ke kelas. Mendapati Danang, Thio juga Rama di depan kelas membuat aku dan Dara berhenti untuk bergabung dengan mereka. Tak lama dari itu Edgar juga ikut bergabung setelah dia barusan datang dari toilet, katanya memberi tau.
Pelajaran sekarang adalah mapel olahraga. Meskipun mata pelajaran pertama yang artinya cuaca di pagi hari tidak terlalu panas tapi tetap saja aku merasa malas. Yah mau bagaimana pun semalas-malas-nya tetap harus ikut bukan?
Aku dan Dara juga yang lainnya berjalan ke lapangan untuk pemanasan. Lalu di lanjutkan dengan penjelasan materi di lapangan sebentar setelahnya praktik. Biasanya guru olahraga akan menjelaskan di kelas terlebih dulu namun katanya penjelasan sekarang hanya beberapa menit jadi sesekali langsung prakrik, kata beliau.
Setelah melakukan praktik olahraga guru tersebut membubarkan untuk bersiap mapel berikutnya karena 15 menit lagi pergantian pelajaran. Dan 15 menit kita gunakan untuk berganti pakaian. Aku yang memang tadi hanya sedikit bergerak tak membuat ku banyak mengeluarkan keringat yang membuat ku langsung berganti pakaian bersama Dara.
Lima belas menit berlalu aku sudah berada di kelas, duduk di kursi dengan makanan yang sudah berada di depan ku. Sambil menunggu guru masuk aku memilih untuk makan bersama Dara di dalam kelas.
Dengan tubuh ku yang membelakangi papan tulis dan menghadap ke arah Dara aku tak menyadari Edgar yang masuk ke dalam kelas. Tapi, wangi parfum itu menyeruak masuk ke indra penciuman ku yang bisa ku tebak cowok itu berdiri di dekat ku. Aku memalingkan wajah ku dan langsung mendapati Edgar yang memasukan baju olahraganya ke dalam ransel.
Rambut yang sedikit basah itu membuat ku salah fokus. Edgar terlihat keren, apa lagi dengan pakaiannya yang memakai kaos berwarna hitam dengan celana SMA membuat ku sedikit terpana. Ingat SEDIKIT.
"Lo mau duduk? Duduk di kursi gue dulu aja ya!?" Kata ku padanya.
Edgar meganggung sebagai jawaban tanpa protes. Cowok itu melewati ku lalu duduk di kursi samping ku. Dia juga ikut-ikutan berbalik menghadap ke arah Thio yang berada di belakangnya.
Aku meliriknya, mendapati cowok itu menyisir rambutnya. Entah dari mana dia menemukan sisir yang dia pakai, atau membawanya dari rumah?
"Habis mandi ya?" Tanya ku penasaran.
Edgar kembali mengangguk sebagai jawab, membuat ku sedikit kesal? Kenapa cowok itu sedari tadi hanya mengangguk sebagai jawaban? Tidak bisakah dia menjawab dengan ucapan? Atau bahkan kalimat yang panjang?
"Ngangguk mulu," gumam ku yang entah di dengar olehnya atau tidak.
Namun berikutnya saat aku ingin memasukan makanan ku ke dalam mulut, Edgar menarik tangan ku pelan. Dia mengarahkan tangan ku ke arah mulutnya lalu menyuap nasi itu dengan tampang tak berdosanya.
Nasi goreng yang sempat ku beli di kantin tadi dan izin untuk ku bawa ke kelas kini pertama yang memakannya adalah Edgar. Anehnya aku sama sekali tak marah dan membiarkannya saja. Meskipun mendengus agar dia tau aku kesal padanya.
Setelah satu suap untuknya aku tanpa protes atau mengomelinya memilih untuk menyuap nasi goreng untuk ku. Dalam hati aku meminta semoga Dara juga Thio tak menyadari apa yang terjadi tadi. Meski hanya 0,5 persen akan terkabul karena kejadian tadi tepat di depan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIFANI
Teen FictionDari segi harapan, kembali bersama adalah harapan yang selalu ku harapkan. Dari segi kenangan, kenangan dengannya adalah kenangan yang ku rindukan. Dan dari segi ingatan, Ingatan akan dirinya adalah ingatan yang tak ingin ku lupakan. Aku dan-nya wak...