Chapter 1 - Red

240 12 3
                                    

Warning:
War, Blood (walau tidak terlalu eksplisit)

###

Angin bertiup, menyebarkan bau anyir darah. Di tanah yang berubah merah, dua orang lelaki saling berhadapan di tengah-tengah gelimpangan tubuh tak bernyawa.

Seorang lelaki ber-cape merah dan berambut hitam memegang pedang, seorang lagi ber-cape ungu dengan warna rambut senada dengan cape-nya, memegang pistol. Senjata keduanya saling bersilangan.

Selama beberapa saat, tidak ada dari keduanya yang bergerak maupun berbicara.

"Halilintar, sudahi saja semua ini. Kau pun tahu kalau semua ini sia-sia saja, bukan? Kita hanya dipermainkan orang-orang tua bangka pengecut dan egois!"

Sang lelaki berambut ungu berteriak. Walau jarak mereka begitu dekat, bunyi tembakan, senjata yang beradu dan teriakan meredam suaranya.

"Hentikan? Setelah yang dilakukan Blaze pada Taufan!? Fang! Kau, Solar, Gempa dan Blaze sama saja! Bagaimana kalian bisa menghianati tanah air kalian dan malah bergabung dengan pasukan musuh!?"

"Blaze melakukannya karena Taufan yang duluan menyerang Solar! Coba pikirkan lagi, Halilintar! Yang dilakukan petinggi negara kita itu hanya mengambil keuntungan untuk diri mereka sendiri! Bukankah aku, kau, Gempa, Taufan, Ice, Duri, Blaze dan Solar sudah merasakan penderitaan sejak kita kecil karena ketamakan mereka!? Mengapa Kau, Taufan, Duri dan Ice masih saja membela negara busuk ini!?"

"Ya. Tapi tidak begini caranya! Tidak dengan membom dan meluluhlantahkan tempat tinggal mereka! Banyak korban tidak bersalah atas tindakan itu. Duri terkena serangan bom yang diluncurkan Solar! Taufan hanya ingin menghentikan lebih banyak lagi korban tidak bersalah."

"Itu salahnya!!! Salah Duri, karena dia ... karena dia Gempa ...."

Suara Fang semakin memelan dan bergetar, demikian juga tangannya yang menahan pedang Halilintar dengan pistol miliknya.

"Kau tahu bahwa Duri tidak sengaja! Kalianlah yang memulai dengan kekerasan terlebih dahulu! Dan sekarang? Ice menghadapi Blaze dan keduanya sudah tumbang. Hanya tinggal kita berdua. Sudah tidak ada cara untuk kembali, jadi, ayo! Kerahkan semua yang tersisa."

Duak...

Halilintar menendang Fang yang refleks melindungi diri dengan kedua tangannya. Fang terdorong hingga 2 meter. Halilintar telah kembali menodongkan pedangnya lurus ke arah sang lawan.

"Ayo kita akhiri ini, Fang."

Suara datar dan dingin dari Halilintar entah bagaimana bisa terdengar jelas oleh Fang. Menghela napas, Fang mengangkat pistolnya, meniru pose dan pandangan tajam menusuk Halilintar.

"Ya, kau benar. Kita akhiri saja ini."

Dash.

Angin bertiup, menyebarkan bau anyir darah. Di tanah yang berubah merah, dua orang lelaki saling berhadapan di tengah-tengah gelimpangan tubuh tak bernyawa.
Senjata saling bersilangan, seperti hidup mereka yang kini tidak lagi berada di jalan yang sama.

'Janji, ya, kita akan selalu bersahabat selamanya!'

Janji yang dulu dibuat oleh delapan orang anak dengan pakaian lusuh, kini telah retak.

###

Roulette Results:
Halilintar - Hystorical, Drama (Angst) - Fang - Open End

###

Author's Note:

Anda bingung? Sama, saya juga :p

Sejarah memang tidak luput dari perang, ya? Begitu dapat genre hystorical, di kepala saya langsung muncul adegan peperangan.

Jadi intinya, Fang dan Halilintar bersama dengan keenam Boboiboy Elemental lainnya dulunya adalah sahabat sejak kecil yang besar bersama di sebuah panti asuhan. Namun perang meletus dan mereka berada dalam 2 kubu yang berbeda.

Kubu Halilintar: Duri, Taufan, Ice
Kubu Fang: Gempa, Solar, Blaze

Jadi siapa menyerang siapa itu seperti ini:

Gempa⬅️Duri⬅️Solar⬅️Taufan⬅️Blaze➡️⬅️Ice

Chapter ini terinspirasi dari salah satu omake One Piece.

Open end! Silakan pembaca membayangkan sendiri bagaimana setelahnya :3 (PS: saya tidak menyebut ada yang mati dari mereka ber-8, lho. Hehe ...)

Sampai jumpa di chapter berikutnya ^^

Roulette Oneshots BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang