A/N:
Setting di zaman Jepang Kuno dengan beberapa modifikasi###
Angin musim gugur menerbangkan dedaunan yang berubah warna menjadi merah, kuning dan jingga. Beberapa melayang ke arah seorang anak yang tengah duduk meringkuk di bawah sebuah pohon, menambah jumlah dedaunan yang bertumpuk di dekat anak tersebut.
Krash.
Suara daun yang diinjak tidak membuat anak tersebut mendongakkan kepalanya yang ia benamkan diantara lutut dan tangannya.
"Aku tahu kau pasti di sini, Ice."
Seorang anak lain berkata dan mendudukkan dirinya di samping anak pertama. Suaranya parau dan matanya merah dan bengkak.
"Apa kamu ke sini karena tidak mau terlihat sedang menangis? Yah, aku pun sebenarnya tidak mau terlihat jelek seperti ini. Lihat, mataku sudah seperti disengat lebah." Sang anak kedua terkekeh kecil. Lawan bicaranya hanya diam tidak bergerak sama sekali.
Hening menempati beberapa saat, hingga akhirnya suara kecil dari anak yang masih meringkuk terdengar.
"Kak Taufan."
"Hm?"
"Ayah benar-benar sudah meninggal?"
"Ya. Ayah tidak akan bangun lagi. Tapi, hei, kata ibu kita harus bangga, karna ayah sampai akhir berhasil mengusir orang-orang jahat itu dan melindungi desa kita."
"Kenapa sekarang? Padahal ayah sudah berjanji akan merayakan ulang tahun ke-6 kita bersama-sama. Kita bahkan belum memotong kue buatan ibu. Ayah juga janji mau membawa kita memancing besok. Kita juga sudah sepakat kalau ikannya akan dimasak oleh ibu dan kakak. Ibu sudah janji mau membiarkanku makan 3 ekor."
"Aku juga tidak tahu, Ice."
Ice mendengar suara renyah dedaunan. Sepertinya Taufan melompat berdiri.
"Ah. Hujan."
Rintik air mulai turun satu per satu. Beberapa berhasil menembus celah dedaunan pohon tempat Ice bersandar, jatuh membasahi tubuh.
"Ice! Ayo kemari!"
Ice akhirnya mendongak perlahan. Wajahnya yang sangat mirip dengan kakaknya, Taufan, juga dalam kondisi sembab dan merah. Diraihnya tangan Taufan yang terulur padanya dan tubuhnya ditarik berdiri.
"Huph. Nah, sekarang menangis saja! Walaupun ada yang melihat kita sekarang, tapi kita tinggal bilang kalau itu adalah air hujan!"
Kata-kata Taufan membuat air mata Ice kembali mengalir. Isakan kecil mulai terdengar namun teredam oleh suara hujan yang semakin deras. Ice mengeratkan pelukan yang dimula oleh Taufan. Bahunya basah tidak hanya oleh air hujan, namun juga oleh air mata Taufan yang membenamkan wajahnya di sana.
"Ice, ayo kita pulang. Ibu pasti khawatir," kata Taufan pada akhirnya.
"Ya. Ibu pasti juga sedih sekali dan akan repot kalau kita sakit."
Hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, malah semakin deras. Di bawah guyurannya, dua orang anak berjalan bergandeng tangan, saling bersandar pada kehangatan satu sama lain, dan Ice mensyukuri hal itu.
###
"Lihat, aku dibelikan ini sama ayah!"
"Wah. Tumben, Adudu! Biasanya ayahmu itu kan pelit, beda sama ibumu."
"Eh, itukan hadiah ulang tahunku!"
"Barangmu ya barangku, Probe! Ayah dan ibu kan orangtuaku, bukan orangtuamu!"
"E, eh ...."
Beberapa anak berkumpul dan berebut untuk melihat mainan baru Adudu, anak dari orang terkaya di desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roulette Oneshots BoBoiBoy
FanfictionSeperti judulnya, berisi oneshots acak BoBoiBoy dengan setting AU. Hanya berfokus pada 8 karakter: 7 Boboiboy Elementals + Fang Warning: Boboiboy Galaxy Season 2 Spoiler(s) Ch 1: Red - War, Blood (walau tidak eksplisit) Ch 2: Blue - HaliFem!Taufan...