"Duh Pi, jangan pingsan dulu, bentar lagi sampe UKS."
Amu masih menyeret Upi.
Mata Amu juga sudah mulai berkunang-kunang.
'ini kalo kita berdua pingsan dikoridor gini kan ga lucu' batin Amu skeptis.
Padahal tinggal 4 meter lagi, tapi berasa seperti 4 km.
"Aku dah ga kuat Mu. Btw kenapa lu jadi dua ya Mu?" Ujar Upi sambil menggelengkan kepala. Kepalanya benar-benar seperti mau pecah, pusing.
Akhirnya perjuangan Amu berakhir juga. Mereka sudah tepat berada di depan pintu UKS.
Amu mulai membuka pintu perlahan. Ia sudah tidak punya energi, tubuhnya lemas.
"Lin tolong aku sama Up-. ."
Brukkk
Mereka berdua pingsan tepat dipintu masuk.
Lin yang sedang merapikan obat-obatan sukses terkejut.
"Ya ampun Amu, Upi!!"
Dengan susah payah Lin mengangkat mereka ke atas ranjang UKS.
"Demamnya tinggi banget." Gumam Lin setelah mengecek suhu mereka berdua.
Lin menempelkan obat pereda demam pada dahi keduanya, dengan harapan demam mereka akan segera turun.
Netra Lin tak sengaja melihat pergelangan tangan Upi yang memakai handband.
"Lu dah ga ngelakuin itu lagi kan Pi?" Lirih Lin khawatir.
.
.
.
Amu membuka mata perlahan. Kepalanya masih agak pusing.
Ternyata sudah ada Toro, Sho, dan Kiki diruangan itu.
Amu menoleh ke ranjang sampingnya. Terlihat Upi masih terlelap.
"Upi masih tidur." Ujar Toro mengerti arah pandangan Amu.
"Amu masih pusing?" Kiki menatap Amu khawatir.
"Udah mendingan kok."
Amu mencoba untuk bangun. Kepalanya masih terasa nyeri.
"Ga usah dipaksain kalo masih pusing." Ujar Sho.
Dasarnya Amu rada keras kepala, ucapan Sho hanya dianggap angin lalu.
.
.
Setelah berdebat sedikit mengeluarkan urat, akhirnya Amu kembali ke kelas bersama Kiki, Sho, dan Toro.
" Lin titip Upi ya, aku balik ke kelas dulu."
"Lu kalo masih pusing ga usah maksain ke kelas deh Mu." Bujuk Lin.
"Aku beneran udah mendingan kok."
"Udah Lin, percuma bujuk Amu." Ucap Sho yang sudah pasrah dengan kekeras kepalaan Amu.
"Ya udah kalo gitu. Awas kalo pingsan lagi." Ujar Lin pasrah.
Merekapun meninggalkan UKS. Tersisa Lin dan Upi.
.
.
.
Upi mengerjapkan matanya. Netranya mengedar sekitar, sepi.
Hanya ada Lin yang sedang menata obat-obatan.
"Udah bangun?" Tanya Lin yang mulai mendekat ke ranjang Upi.
"Amu dah balik ke kelas tadi." Ujar Lin lagi.
Upi hanya mengangguk. Rasanya kerongkongannya sangat kering.
Tahu situasi Lin memberikan botol minum yang dibeli Toro tadi.
"Makasih Lin." Ucap Upi setelah meminum hampir setengah botol.
"Pergelangan lu. ." Lin menggantungkan kalimatnya.
"Oh ini. . Semalem ga banyak kok."
"Jadi lu lakuin lagi?!" Suara Lin meninggi tanpa sadar. Lin kira Upi sudah berhenti menyakiti dirinya sendiri.
"Sante dong Lin. Gue frustasi semalem. Orang tua gue berantem lagi, dan gue ga bisa tidur. Lagian ini juga dah mulai kering kok."
Tanpa ba bi bu Lin menyibak handband di pergelangan Upi. Terlihat 2 garis sayatan yang masih belum mengering.
Lin menghela nafas.
"Dua sayatan itu banyak Pi."
"Tapi biasanya gue lebih dari ini."
Lin menghela nafas lagi. Ia beranjak mengambil P3K.
"Ga usah Lin. Didiemin juga kering sendiri ntar." Ujar Upi berusaha mencegah Lin untuk mengobatinya.
Lin tetap mengabil P3K.
"Sini tangan lu, biar gue obatin."
"Udah gue bilang ga usah Lin."
"Ck. . Ga usah keras kepala deh."
Lin menarik paksa tangan Upi, dan membuka handbandnya.
"Kalo ga diobati tuh nanti bisa gatel, atau lebih parahnya infeksi."
Lin dengan telaten membersihkan luka Upi dengan alkohol.
"Sssttt. . Perih Lin"
Upi mencoba menarik tangannya, tapi Lin menahannya.
"Tahan dikit. Lu jago berantem, masa sama ginian doang ga kuat."
Upi pasrah.
"Kalo lu ada masalah cerita Pi, jangan malah self harming."
Lin masih dengan telaten mengobati lengan Upi.
"Gue kalo cerita ke Toro sama Amu malah dimarahin. Galak banget mereka."
"Ya lu bisa cerita ke gue. Gue mau kok dengerin." Ucap Lin sambil menatap Upi.
Upi balik menatap Lin.
"Tumben lu jadi baik gini." Canda Upi
"Gue emang selalu baik Pi. Gue itu peduli sama lu." Ucap Lin serius.
'duh jadi baper gue'
"Makasih ya Lin. Lu dah baik banget ke gue." Jawab Upi tulus.
Lin mengangguk sambil tersenyum.
"Selesai. Udah mending lu tidur lagi. katanya ga bisa tidur semalam."
Upi mengangguk lalu menyamankan diri untuk kembali tidur.
"Gue ke kelas dulu ya. Ga papa kan disini sendiri?"
"Sante aja kali Lin."
"Ya udah nanti bakal ada anak PMR lain kok yang jaga. Gue pergi dulu ya." Lin melenggang pergi, tak lupa ia mengusap kepala Upi pelan.
Upi menatap punggung Lin sampai menghilang dari pintu.
"Kenapa pacar orang baik banget sih. Kan gue jadi baper!!" Teriak Upi frustasi.
Ya, realitanya Lin bukan jomblo.
Dia punya pacar.
.
.
.
Fin.
Lin bener-bener lu ye! Dah punya pacar masih baperin anak orang. Asdgsjahjak
Andai Lin belum punya pacar bakal w shippin sama Upi biar Upi Harem semakin didepan.
Mwehehehe.
Typo adalah seni dalam menulis, jadi harap maklum😂
See you di couple selanjutnya.