Kantin terlihat begitu ramai. Upi dan Amu memilih tempat dipojokan.
"Pesenin sekalian buat yang lain aja kali ya Pi?"
"Boleh. Tapi emang lu punya duit?"
"Bilang aja disuruh tuan muda Toro."
"Cerdas."
Mereka bertos ria.
Hari ini giliran Amu yang memesan, Sedangkan Upi yang menjaga tempat. Tidak butuh waktu lama untuk Amu mendapatkan pesanan mereka. Ia membawa 5 minuman dam 5 sandwich.
"Sandwich lagi?" Tanya Upi yang sepertinya terlihat bosan dengan sandwich kantin.
"Ini tuh best seller dan enak banget. Kenapa kau protes pula?!"
"Best seller sih best seller, tapi ga harus tiap hari juga kali. Bisa mabok sandwich gua!"
"Halah. Ujung2nya jadi feses lu tuh." Sinis Amu.
"Ya karena lu pesennya cuma itu!" Greget Upi.
"Syukuri aja. Ini tuh gratis. Ga boleh protes."
Upi hanya memanyunkan bibirnya.
Tak berselang lama terdengar pekikan para perempuan didalam kantin.
Amu dan Upi memutar bola mata mereka jengah. Tanpa melihatpun mereka tahu siapa yang datang.
"Sandwich lagi?" Tanya Sho.
"Ya kan??? Lu pasti juga bosen kan Sho?" Upi mulai mencari teman penolakan.
"Ga juga. Gua suka sandwich." Sho menghendikan bahu tak peduli. Ia duduk di samping Upi dan mengambil jatahnya.
"Bangsul lu. Gua kira lu mau protes."
"Sandwich emang enak yeee." Amu membela dirinya.
"Udah-udah. Bener kata Upi. Mending besok sekali-kali beli yang lainnya. Makanan kantin kan ga cuma sandwich." Toro terlihat membela Upi. Sejujurnya ia juga cukup bosan dengan sandwich kantin. Bayangkan saja, dua minggu ini mereka selalu makan sandwich.
Upi tersenyum cerah memandang lurus kearah Toro. Tidak sia-sia ia menyukai pria itu. Dia memang sempurna disegala sisi. Duh, jadi makin suka.
Toro yang ditatap penuh binar oleh Upi mengusap tengkuknya gugup. Ia merasa salah tingkah melihat bola mata Upi yang besar dan berkilauan. Sepertinya menatap mata Upi lama-lama menyenangkan juga. Toro buru-buru menggelengkan kepalanya cepat. Kepalanya pasti terbentur sesuatu saat ia tidur semalam, makanya sedikit koslet sampai bisa berpikir seperti itu.
Kalau Kiki terlihat tak peduli. Ia akan mengikuti apapun kemauan Amu. Bahkan disuruh makan selamanya asal yang beli Amu juga ia akan terima. Terlalu bucin akut.
"Oke oke. Gua besok beli yang lain." Ucap Amu akhirnya sambil manyun.
"Good." Kompak mereka berempat.
Loh.
Upi melirik Sho dan Kiki dengan sinis. Dasar, bilangnya ga bosen, nyatanya bersyukur juga kan mereka.
Upi mendengus kesal. Dasar munafik.
Amu yang melihat respon Sho dan Kiki juga menjadi tambah kesal. Kenapa tadi mereka seakan mendukung Amu. Dasar teman laknat.
Mereka akhirnya menghabiskan juga sandwich mereka, tentu yang pertama habis adalah Upi.
Ia menyeruput teh kotak dengan hidmat sampai tetes terakhir, bahkan kemasannya sampai mengkerut.
"Alhamdulillah kenyang juga."
"Halah, Lu juga kan yang pertama habis." Cecar Amu.
"Ya karena gua belum sarapan bantet!"