Delapan

460 49 1
                                    

***

Hyunsuk membuka kamar tidurnya lalu masuk dan meletakkan tas nya di atas meja belajar. Hari ini sungguh menjadi hari libur yang melelahkan. Hyunsuk butuh mandi lalu istirahat.

Cowo itu melihat jam beker di atas meja kecil. Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Dia baru saja sampai di rumah. Dia langsung masuk ke dalam kamar setelah Jihoon pulang.

Pria itu memaksa langsung pulang setelah mengantar Hyunsuk. Hujan juga sudah reda. Gak tau jika di jalan Jihoon terjebak hujan lagi.

Ahh .. apapun itu, Hyunsuk tidak memikirkannya. Dia hanya ingin mandi dan istirahat.

Setelah berfikir beberapa saat, Hyunsuk memilih untuk melangkah ke dalam kamar mandi.

***

Berbeda dengan Hyunsuk yang sudah bersantai di rumahnya, Jihoon masih harus mengemudi untuk sampai condo -nya.

Untung saja hari ini dia tidak harus bekerja. Jadi dia bisa istirahat setelah sampai di condo.

Selang beberapa menit di jalan, Jihoon akhirnya sampai di jalan ke condo-nya. Dia melajukan motornya dengan santai. Penerangan di jalan ini sangat minim. Bahkan hanya lampu sorot motor Jihoon yang paling terang.

Bukan apa - apa. Lingkungan condo Jihoon memang bukanlah lingkungan yang bisa di bilang layak. Jihoon sehari - hari hidup di lingkungan kekurangan.

Dia sudah terbiasa hidup seperti ini sejak masuk sekolah menengah senior---hidup sendiri dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan membuat Jihoon menjadi pribadi yang kuat dan mandiri

Bukan sepenuhnya mau Jihoon. Tapi kehidupan ini yang membuatnya menjadi seperti Jihoon yang sekarang.

Saat sampai di depan condo, Jihoon memarkirkan motornya di tempat parkir. Dia mematikan mesin lalu turun dari motornya itu.

Srettt ...


Bugh ...



Tak diduga, seseorang menarik kaos Jihoon lalu melayangkan satu pukulan keras pada dirinya.

Jihoon meringis---merasakan sakit di wajahnya yang terkena pukulan. Dia terjatuh ke atas lantai parkiran.

Dengan kekuatannya dia berusaha bangkit. Namun saat itu, orang tadi kembali menghadiahkan bogem mentah ke arah wajahnya beberapa kali.

Jihoon tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak bisa melawan serangan tiba - tiba yang ia dapatkan. Hanya saja, Jihoon masih bisa melihat berapa orang yang mengelilinginya dan menghajar dia habis - habisan.

Orang - orang itu berhenti. Mereka menjauh dari Jihoon yang sudah babak belur. Di balik orang berbadan besar itu, Jihoon bisa melihat seseorang mendekat ke arahnya dengan seringaian jahat.

Jihoon mendengus pelan ke samping sambil menahan sakit di wajahnya.

Orang itu menyeringai seram di hadapan Jihoon.

"Hallo anak nakal, kita bertemu lagi." Ucapnya seraya turun untuk melihat Jihoon dari dekat

Jihoon melengos. Dia membuang wajahnya ke samping.

Pria itu hanya tertawa kecil melihat sikap bocah di hadapannya.

"Kamu harusnya sudah tau kedatangan aku ke sini, kan." Ujar pria itu lagi masih dengan penuh seringaian jahat

Jihoon tidak memberikan tanggapan. Dia hanya terdiam---deru nafasnya sangat kencang di sunyinya area parkiran.

Pria itu mengeraskan wajahnya. Menarik wajah Jihoon untuk menghadap dirinya sebelum menghadiahkan satu pukulan lagi di wajah Jihoon.

SECRET : Park Jihoon (HOONSUK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang