1. Monday blues

14.4K 1.1K 228
                                    

Halooo. Fans Bisma dan Sonia.
Selamat membacaaa
Versi republish. 😊

Buat pembaca baru, kalau baca komen sebelum2nya yang kayak gak nyambung, ya karena ini republish. Versi lama kuperbaiki, karena yang lama gak beraturan alurnya, gak jelas jalan ceritanya juga.

Buat pembaca lama, kalau baca versi revisi ya anggap belum baca versi sebelumnya. Karena ini versi perbaikan.
Alur hampir sama, hanya cerita lebih detil dan runtut.

❤️💕

"Mama perhatikan, kok Roni jarang main ke rumah lagi ya, Mbak? Lagi berantem?" Pertanyaan Mama membuatku yang tengah mengunyah potongan mangga terdiam beberapa saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama perhatikan, kok Roni jarang main ke rumah lagi ya, Mbak? Lagi berantem?" Pertanyaan Mama membuatku yang tengah mengunyah potongan mangga terdiam beberapa saat. Melirik sekilas wanita paruh baya yang masih asyik mengupas mangga di seberang meja, lalu pandanganku beralih pada daun bunga pucuk merah yang ujung-ujungnya tertiup angin di halaman samping rumah.

"Gak berantem Ma. Yaa, akhir-akhir ini lagi pengen rebahan aja di rumah. Males ke luar." Aku merentangkan kedua tangan ke atas. Menggeliat, menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri. "Badan rasanya pegel semua. Bawaan umur kali ya?"

Mama terkekeh. "Umur masih muda kok sudah sambat pegel, semua. Makanya, diimbangi sama olah raga. Senam atau jogging gitu, Mbak."

"Ya, Ma." Aku menusuk potongan mangga dan kembali mengunyahnya.

"Ya-nya kamu tuh, ujung-ujungnya tetap mager, Mbak."

Aku terkekeh, karena yang dikatakan mama benar.

"Ya sudah, kalau gak berantem. Soalnya lama banget, dia gak muncul."

Aku meringis, berharap mama berhenti sampai di sana. Terlalu malas rasanya, menjelaskan kenapa pria bernama Roni, yang sempat beberapa kali main ke rumah di akhir pekan, tiba-tiba tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Namun, ternyata harapanku tidak terkabul, pertanyaan mama berikutnya membuatku menarik napas panjang.

"Tapi..., sebenarnya, Mbak sama Roni, ada hubungan spesial kan ya?" Mama memandangku cukup lama, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada mangga yang sudah terkupas sempurna. Membasuhnya pada air bersih di wadah bening, lalu memotongnya menjadi dadu-dadu kecil.

"Mama gak akan maksain untuk cepat-cepat, karena kalian berdua yang tahu kesiapan kalian bagaimana. Hanya saja, jangan lama-lama memutuskan." Senyuman mama yang lembut membuatku menelan ludah dengan kelu.

Gimana enggak? Hubunganku dengan Roni ---teman kantorku yang sialan itu--- sejak awal memang hanya sekedar teman jalan saja, karena sama-sama jomlo. Lalu, dengan serakah, aku berharap hubungan kami menjadi lebih serius. Namun, bukannya menjadi lebih serius, Roni justru membentangkan jarak, di saat aku mulai merasa nyaman.

Tak ada lagi telepon sampai salah satu ketiduran. Tak ada lagi jalan bareng di akhir pekan. Tak ada lagi chit-chat random dan remeh. Jangankan membahas hal yang remeh, pesanku dibalas saja sudah untung. Ada saja alasannya ketika telat membalas. Yang lupa lah, tertimbun lah, dan sejenisnya. Padahal beberapa kali aku memergokinya sibuk dengan ponsel ketika sedang istirahat di kantor.

Marry My Neighbor (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang