4. Namanya Bisma.

4.8K 974 172
                                    

Banking hall sudah menunjukkan kesibukan dari teman-teman frontliner ketika aku, Maria dan Yeye lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banking hall sudah menunjukkan kesibukan dari teman-teman frontliner ketika aku, Maria dan Yeye lewat. Dua cewek ini masih saja heboh dengan kekepoan mereka tentang sosok yang mengantarku. Namun, aku masih bersikap sok rahasia. Kejadian tadi, benar-benar di luar prediksiku, jadi aku pun tak berani terlalu banyak omong jika tak ingin ketahuan kalau ngibul.

Dengan ceria aku menyapa teman-teman frontliner, dan mereka membalas dengan ramah. Sekilas, Roni menatapku dengan tatapan yang berbeda dan itu cukup membuatku puas.

"Mbak Nia, gak usah sok rahasia gitu deh." Maria menggoyang-goyang lenganku. "Gimana ceritanya sih?"

"Cakep, Mbak, cowokmu." Yeye berkomentar. "Namanya siapa? Dinas di mana?"

Aku menahan senyum geli, mendorong pintu penghubung antara ruang depan dan ruang belakang.

"Rahasia," jawabku pendek sambil mengedipkan sebelah mata.

"Idih."

Aku tertawa dengan ekspresi sebal Maria dan Yeye.

"Aku kira Mbak Nia sama Mas depan, ternyata kagaaaak." Maria masih berceloteh. Aku hanya meringis. Hilda yang sudah lebih dulu berada di ruangan, menatap kami dengan penasaran.

"Bahas apa sih? Heboh amat," tanyanya.

Bukannya menaruh tas di mejanya sendiri dan bersiap meeting pagi sesuai info di grup kantor, Maria malah dengan semangat mendekati meja Hilda dan mejaku. Menceritakan kejadian di halaman parkir dan membuat tetangga kubikelku itu menatap tak percaya.

"Sumpah?"

Aku hanya meringis. Keisengan Bisma tanpa perencanaan itu tentu saja belum ku antisipasi bagaimana dampaknya di sini. Yang kupikirkan hanya reaksi Roni, tapi ternyata yang bereaksi berlebihan justru Maria dan Yeye.

"Surprise banget, ya Nia." Hilda mengerling. "Kemarin bete berat, pagi ini cerah merona."

Aku tertawa. "Rekening lagi penuh Bu, jadi hidup rasanya cerah ajaaaa."

"Halaaaaaah."

Aku tertawa dengan selorohan kompak Yeye dan Maria yang masih saja tak puas dengan jawabanku.

"Bubar! Waktunya rapat." Aku bangkit dari kursi sambil meraih ponsel. Diiringi decakan kecewa Maria dan Yeye. Mereka ini, memang ratunya kepo sejagat. Sambil jalan menuju ruang meeting di lantai dua, aku mengetikkan pesan pada Bisma.

Bim, ini bekalmu gimana?

Jarak kantorku dan dia tidak terlalu jauh, jadi pria itu pasti sudah sampai. Benar saja, statusnya langsung online, dan sedang mengetik jawaban. Aku menunggu sambil meringis pada Hilda yang berjalan di sebelahku. Tatapannya masih penuh tanya.

"Bisma, Mak," bisikku pelan, mengantisipasi agar Maria dan Yeye yang tertinggal di belakang sana tidak mendengar. "Inget gak?"

"Kayak pernah dengar." Dahi Hilda mengernyit. "Tapi lupa siapa."

Marry My Neighbor (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang