8. Double (Shit) Date

4.9K 979 282
                                    

Aku pikir, dengan tak peduli pada status Masayu, semua akan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pikir, dengan tak peduli pada status Masayu, semua akan baik-baik saja. Nyatanya, Tuhan masih ingin menyuruhku belajar sabar. Baru saja duduk di seat sesuai tiket, dua orang yang tak diharapkan kehadirannya muncul. Apesnya, seat mereka di sebelah kami. Kenapa bisa se-kebetulan gini Ya Tuhaaan!

Roni kaget. Ya pastilah. Kan waktu itu dia bilang mau pulang kampung nengok orang tuanya. Ternyata bukannya pulang, dia malah jalan dengan Masayu. Cewek yang usianya jauh di bawahku. Lebih muda, lebih kinyis-kinyis dan lebih langsing, atau lebih tepatnya kurus.

"Hai, Mbaak." Perempuan yang bersamanya itu menyapa dengan wajah kaget.

"Hai." Rugi kalau menampakkan wajah emosi, jadi aku menampilkan keterkejutan yang sama, tak lupa memberikan senyum ramah. "Wah, sebelahan nih?" Meski sejujurnya muak sekali melihat wajah Roni, tapi harus terlihat baik-baik saja.

"Iya, kok bisa ya?" Masayu tertawa kikuk. "Mas Roni duduk sini saja, aku yang sebelah Mbak Sonia." Dia langsung masuk dan duduk di sebelahku. Roni menyusul di belakangnya.

"Ngedate nih?" Masayu bertingkah sok akrab.

"Gak sih, maunya di sini mancing."

Masayu tertawa garing dengan jawabanku yang sarkas. Namun, dibalut candaan.

"Mas." Dia menyapa Bisma. Pria di sebelahku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Untung saja film segera tayang, sehingga basa-basi busuk ini segera berakhir.

Jujur, film di depanku tak lagi menarik. Selain gak ngerti jalan ceritanya karena ternyata sekuel dan aku belum pernah lihat sekuel sebelumnya, juga karena emosiku yang mulai dominan. Aku tak punya pengalihan karena situasi ini benar-benar mengesalkan. Mood-ku jadi kembali berantakan.

Oke, hak mereka mau nonton bareng, tapi kenapa Roni harus berbohong segala? Dia bisa lho, ngomong jujur padaku kalau suka Masayu. Aku justru akan menghargainya. Bukan playing victim sampai membuat Prita dan Masayu punya pandangan negatif padaku.

Aku meremas tanganku sendiri, agar emosiku tak meledak. Selain ingin marah, aku juga ingin menangis.

"Son." Bisma menyikut lenganku pelan. Aku melirik dan pria di sampingku mendekat agar suaranya bisa terdengar. "Mau pergi?" tanyanya. Tingkahnya ini membuatku reflek hampir menjauhkan kepala. Namun, tak jadi. Karena teringat Masayu duduk di sebelahku. Bisa-bisa, dia merasa dugaannya benar, kalau kami berdua hanya pura-pura pacaran.

Aku menggeleng. "It's okay," bisikku pelan sambil menepuk lengan kirinya yang justru mendapat balasan sebuah genggaman. Tangan kiri Bisma menggenggam tangan kananku. Meremasnya pelan, dan jempolnya mengusap lembut. Seolah mengatakan, kalau semua akan baik-baik saja.

Apa yang dilakukannya ini mengejutkanku. Bahkan tanpa sadar, aku menoleh pada Masayu yang ternyata tengah melihat tangan kami. Aku tak tahu apakah Roni juga melihat, yang jelas sepanjang film berlangsung, tangan kananku terasa hangat dalam genggaman tangan Bisma. Orang yang tidak tahu, pasti mengira kami adalah pasangan yang bahagia.

Marry My Neighbor (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang