Chapter 1 Perkenalan

87.4K 376 21
                                    

Perkenalkan, namaku Noviana, bukanlah namaku yang sebenarnya, namun meski begitu, kisahku ini adalah kisah nyata yang benar-benar aku alami. Sebuah kisah tentang kegilaanku yang bisa dikatakan terlambat. Banyak orang diluar sana nakal-nakalnya saat masih lajang, namun aku sebaliknya, kenakalanku malah baru dimulai saat setelah berumah tangga.
Aku tinggal di Yogyakarta, di suatu wilayah kaki gunung Merapi, usiaku menginjak dua puluh delapan tahun saat kisah ini dimulai. Semua berawal Ketika aku menikah, aku dipersunting pria yang aku cintai dan sekaligus kakak kelasku saat SMA, yaitu mas Bagus Bramasto.

Setelah aku menikah, aku diboyong untuk tinggal di rumah milik mas Bagus yang berjarak sepuluh kilometer dari rumah orangtuaku. Rumah mas bagus bersebelahan dengan rumah mertuaku, namun pada bagian tengah antara rumah mas Bagus dan rumah mertuaku terhubung oleh sebuah ruang terbuka tanpa atap yang dilengkapi dengan sumur dan kamar mandi, orang sini menyebutnya "longkangan". Karena kami masih pengantin baru, rumah yang dibangun oleh mas Bagus belum sepenuhnya jadi sempurna, meski begitu aku bersyukur karena setidaknya telah dapat kami tinggali, hanya ada beberapa bagian yang dindingnya belum diplester. Termasuk pada bagian kamar mandi, karena dana kami terbatas, kami masih menggunakan kamar mandi secara bersama-sama dengan mertuaku, terlebih kamar mandi itu terdiri dari dua bilik yang berjejer dengan bak mandi yang terhubung, artinya jika salah satu bilik diisi air maka bak mandi di bilik satunya juga akan teraliri air, bedanya satu bilik dilengkapi dengan toilet, sedangkan satu bilik lagi hanya kamar mandi.

Oiya, aku belum memperkenalkan keluarga mas Bagus, mas Bagus adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Usia mas bagus kini tiga puluh satu tahun dan bekerja sebagai PNS di sebuah kantor dinas. Kedua kakak mas Bagus semua perempuan dan sudah menikah, mereka ikut suami mereka masing-masing, yang tua tinggal di Jakarta sedangkan kakak kedua di Lampung. Sehingga wajar bila mas Bagus diberi lahan disamping rumah mertua agar dapat menemani di hari tua. Kami semua sangat bersyukur mas Bagus ditempatkan dinas di satu wilayah dekat kami tinggal. Orangtua mas Bagus adalah pak Warso dan bu Indri. Pak Warso berusia Limapuluhan tahun, sedangkan bu Indri berusia empat puluh delapan tahun. Pak Ageng dan bu Indri dahulu menikah muda karena hanya berjodoh dengan tetangga sendiri alias istilah jawanya "peknggo". Orangtua mas Bagus sangat baik kepadaku, terlebih bu Indri, sangat baik dan ramah, sayangnya bu Indri kemana mana harus memakai "kruk" karena peristiwa kecelakaan yang dialaminya beberapa tahun lalu membuat bu Indri mengalami cacat kaki secara permanen. Bu Indri berkulit putih dan berwajah cantik, namun sayang keadaan fisiknya kini membuat ia sedikit terlihat layu dan nampak lebih tua, ditambah dengan kondisinya yang terkadang batuk-batuk membuat kami khawatir, namun bu Indri selalu bilang bahwa dirinya baik-baik saja.

Pak Warso adalah seseorang yang gagah dan gempal, namun tubuhnya tegap, kencang dan masih terlihat sangat segar. Dapat dikatakan bahwa pak Warso menua dan matang dengan sangat baik, rambutnya masih hitam asli, tidak nampak rambutnya yang putih meski sudah kepala lima. Pekerjaanya adalah berladang, tanah dan ladang beliau cukup banyak, meskipun hanya menggarap ternak dan ladang namun kehidupan keluarga ini terasa cukup, bahkan saat acara pernikahanku, keluarga mas Bagus mampu membuat pesta meriah ala kampung selama tujuh hari lengkap dengan acara Wayangan dan Campursari. Rasanya tidak mungkin sebenarnya apabila dipikir-pikir, kedua orangtua kandungku yang pensiunan pegawai bank saja hanya mampu menyelenggarakan pesta yang sewajarnya ketika resepsi di rumahku.


Ada sesuatu yang aneh yang aku rasakan ketika pertama kali dikenalkan dengan pak Warso, aku merasa semua yang ada di dalam diri beliau sungguh menarik dan membuat nafsuku bergejolak. Aku mencintai mas Bagus, dan pengalaman ranjangku dengan mas Bagus juga sangat hangat. Namun kehadiran pak Warso di pikiranku membuat ombak orgasmeku bisa bergulung berlipat-lipat hanya dengan membayangkannya saja....
Rasanya sungguh malu menceritakan pengalamanku ini ke dalam sebuah tulisan... haruskah kulanjutkan kisahku ini?

Kegilaan Bersama Ayah MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang