Chapter 7. Menanti Part.1

45.7K 241 27
                                    

Aku dan Pak Warso berpagutan, rasanya.... aku ingin selamanya seperti ini...

Ciuman yang kurasakan begitu intens, bergairah dan romantis..., tak pernah ciuman seperti ini kurasakan dari mas Bagus ataupun dari mantan-mantanku sebelumnya. 

Aroma mulut Pak Warso sungguh harum, tidak berbau seperti yang banyak disangkakan pada orang-orang perokok.
Harum khas rokok kretek menambah jantan lelaki ini, aku tidak peduli seberapa banyak nikotin yang menempel pada bibir tebal Pak warso, namun yang kurasakan bibirnya terasa agak manis kusesap... seperti rasa batang rokok yang baru dihisap..!

~

Tubuhku di dekapnya, ikatan kain handuk hijau dibadanku mulai melonggar, dan payudaraku semakin memberontak ingin menyembul keluar. Namun handukku tidak terjatuh karena begitu eratnya pelukan kami..
Aroma tubuhnya begitu khas aroma peluh lelaki dewasa..
Ada rasa aman dan nyaman menyelimuti..

Jiwaku melayang-layang, sambil menatap langit-langit.. ujung mataku menampung setetes air mata kebahagiaan. Aku tidak percaya dengan apa yang kurasakan.  Begitu bahagianya hingga hampir menangis... rasanya lebih bahagia dan lebih menyentuh  dari saat ijab qobul dengan mas Bagus...

Kupeluk erat tubuh Pak Warso, lalu kupandangi wajahnya dengan pandangan mengiba... Melalui bahasa mataku, benar-benar kusampaikan pada dirinya bahwa aku sedang birahi tinggi padanya... ditambah dengan dengan ekspresiku memanja,
Seolah cuek dan tak peduli, Pak Warso menutup matanya dan begitu asyik tetap melumat bibirku... lidahnya menjulur dan terus saja menyapu bibir dan lidahku, disedot-sedotnya air liurku..

Kubelai rambutnya yang agak basah, dan kedua tangannya meremas pahaku yang masih tertutup handuk..
Kucium keningnya..
Dan kuraba dadanya... lalu masuk dalam sela-sela ketiaknya.. terasa agak lengket, lebat dan juga hangat..

Namun sebelum sempat lebih jauh...

PRANGGGG!!!

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari arah rumah mertuaku..., sepertinya suara itu dari Bu Indri, ibu mertuaku..

Kami kaget,

Aku dan Pak Warso menghentikan pagutan kami, dengan perlahan kemudian saling pandang..,

aku pun mengerti... aku melonggarkan pelukanku...

Pelan pelan aku mengusap bibirnya, dan diapun mengusap bibirku..., lalu secepat kilat Pak warso mencium keningku...
Ia melepas pelukannya pada tubuhku,
Aku mengikat handukku yang hampir saja terlepas..

Pak Warso mengambil kaos yang tersampir dipundak lalu dipakainya.

Kemudian Ia bergegas keluar dari ruangan dapurku...

Tanpa menoleh kebelakang sedikitpun..

Aku terdiam.., lututku lemas seperti tidak ada isinya,
Lalu aku jatuh terduduk sambil memandang nanar kearah pintu dapur...

Kenapa bu Indri mengganggu saja?.... gumamku sambil terpaku di lantai dapur...

BERSAMBUNG

Kegilaan Bersama Ayah MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang