Chapter 4. Sekali lagi datang

48.5K 266 30
                                    

Malam itu angin bertiup kencang, suara gemuruh terdengar menandakan akan turun hujan, aku terbangun dari ranjangku. Jam menunjukkan pukul 20.30. Suasana gelap, aku belum menghidupkan lampu dari sore karena ketiduran. Seharian aku bekerja membersihkan rumah karena debu dari tukang bangunan yang mengerjakan ruang dapur rumahku kemarin. Lumayan lah, tembok dapur sudah diberi tegel, dilengkapi dengan kitchen set sederhana yang terbuat dari ubin senada.

Lalu tiba-tiba aku teringat akan cucianku yg belum sempat kuangkat di belakang rumah, aku terkesiap. Dengan terburu buru aku bergegas menuju pintu samping rumah untuk mengangkat jemuran. Suasana remang-remang dan sepi, suara angin menderu menerpa telingaku. Dalam keadaan gelap samar-samar kulihat pohon-pohon di sekitar kebun bergoyang tertiup angin. Wusss...... Agak bergidik rasanya, kupercepat langkahku untuk menarik baju baju dan kain di jemuran, beberapa air hujan menetes jatuh di lengan dan kepalaku..

Tepat setelah semua pakaian berhasil kuangkat, BRESSSS.... hujan turun dengan lebat..
Aku berteduh di sisi yang salah, bukan mendekati pintu masuk di sebelah kanan, aku malah ke arah teduhan samping sebelah kiri. teduhan kanan dan kiri terdapat sela-sela ruang yang tidak ternaungi. Otomatis bila aku nekat masuk menyeberang, aku dan semua pakaianku yang telah kering bisa-bisa basah terguyur air kembali.

Karena tidak mau kerja kerasku sia-sia, kuputuskan untuk menunggu sebentar sambil mengharapkan intensitas hujan menurun, kiranya sudah tidak lebat aku bisa masuk ke rumah.

Dalam keresahanku berdiri sambil menunggu hujan, ujung mataku menangkap sebuah titik merah. Aku hampir berteriak ketakutan, aku mengira itu adalah mata setan. Namun seperberapa detik aku menyadari, mataku yang telah beradaptasi dengan kegelapan mencoba mengamati apa yang kulihat. Nampak sesosok tubuh seseorang yang tengah duduk, titik merah adalah rokok di tangannya, dengan sedikit bantuan sinar lampu blkg rmh yang remang-remang aku mengenali, itu pak Warso...

"Eh.. Pak..., kok disini?" tanyaku dalam bahasa jawa.

"Hmm..." jawabnya dengan suara beratnya yang khas...

Wussss.. angin menerpa tubuhku yang hanya terbalut daster tipis tanpa menggunakan bra.. aku memeluk tubuhku sendiri..

Pak Warso mengenakan Jaket kulit yang tidak dikancing dan dengan bawahan sarung.. duduk santai di kursi sambil merokok..

Bulu romaku merinding, pak Warso tampak begitu jantan.

Bola matanya terus melihatku dengan ekspresi datar.. sesekali menghisap rokoknya..

jantungku berdegup kencang..

suasana menjadi canggung,

tiba-tiba dari ujung mataku ku lihat pak Warso membuka ikatan sarungnya...

Lalu tangannya yang gempal masuk ke dalam, kemudian keluar dengan seperti sengaja nenunjukan tonjolan di celana dalamnya...

Aku kaget dan bingung, mengapa pak Warso berbuat begitu??

Kuberanikan diri memandang, lalu tidak lama tangan pak Warso melambai kearahku, memerintahkan untuk mendekat..

"Jangan-jangan....?" batinku bergejolak, pikiranku mulai tak karuan, pikiran kotorku mendominasi, tidak akan kusiasiakan kesempatan ini.... aku menoleh kanan dan kiri, kiranya semua gelap dan aman.

Aku berjalan berjingkat jingkat sambil memeluk bagian payudara dan selangkanganku... agar seolah terlihat sebagai bentuk perlindungan diri dari serangan mesum ayah mertuaku...

Setelah dekat, pak Warso mengangkang, memperlihatkan tonjolan di selangkangannya, nampak begitu besar dan penuh...begitu menggoda, aku menelan air liur,

kupandang lagi wajah pak Warso, ia memberikan isyarat padaku untuk berjongkok...

seperti kerbau di cocok hidungnya, aku memenuhi perintah pak Warso...

Aku pun berjongkok tepat di depan pak Warso yang duduk sambil merokok dan membuka kakinya lebar, celana dalamnya begitu menonjol.

Pak Warso memyingkap Jaketnya yang tidak dikancing dan menunjukkan dadanya yang montok dihiasi dua putingnya yang menyembul coklat legam...

tak lama kemudian tangan pak Warso bergerak membuka sedikit sempaknya bagian atas, memperlihatkan sempaknya yang berwarna biru muda sehingga terlihat sedikit menyembul keluar... Astaga... begitu tebal bentuknya...

Dia mengangguk pelan, seperti mengijinkan, maka ku dekatkan wajahku kearah batang kontol pak Warso yang masih terbungkus kain sempaknya...

wajahku kini sudah menempel di tonjolan kontol pak Warso, seluruh tubuhku merinding. Kuhirup dalam-dalam aroma sempak itu,

Srrrooooott.... srrooott.... kuhirup dalam dan kunikmati, sambil kupejamkan mataku

Begitu jantan, perpaduan aroma keringat pria jantan dewasa yang gagah dan gempal dipadu dengan pesing aroma batang kemaluan yang begitu kokoh.. ditambah campuran aroma rokok membuat semuanya begitu membangkitkan gairah dalam tubuhku..

***

Aku semakin lupa diri, aku berniat merengkuh tubuh pria tua itu, aku menggeliat.... membuka mataku dan ternyata aku telah berada di atas kasur!!!!! sendirian....

Sialan!!!! , rupanya aku tadi tengah bermimpi, bermimpi akan bercinta dengan pak Warso, aku begitu marah dan tidak percaya terbangun secepat ini.

TINN TINNNN

Suara klakson motor mas Bagus terdengar, rupanya dia telah pulang... suara klakson itulah yang membangunkanku, aku terdiam, masih berat beranjak dari ranjangku..

Pak Warso sekali lagi datang ke mimpiku dan menggodaku, namun kali ini begitu nyata... dasar mas Bagus sialan, main datang aja gak tau momen..

BERSAMBUNG

Kegilaan Bersama Ayah MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang