🍁Spring [June, 13 2020]

276 80 7
                                    

[June, 13 2020]

Kini sudah sekitar lima bulan sosok Yoon-Oh yang muncul. Tak sekalipun sosok Jaehyun muncul dan mengambil alih semuanya.

Dahyun bingung mengadapi hal ini, ia tidak bisa melakukan sesi jika Jaehyun tidak mau muncul, dan lagi tingkah Yoon-Oh yang hanya menggoda dan bersikap pesimis sama sekali tidak membantunya.

"Wae?" tanya Yoon-Oh saat Dahyun menatapnya dengan tajam. Pemuda itu risih setelah sang gadis kini menatapnya dalam waktu yang tak singkat. Dua jam.

"Tidak… hanya saja, aku kira akhir-ahir ini kau tampak jauh lebih ramah, kau tidak pernah berbicara kasar padaku, walaupun kau juga tidak pernah bersikap kooperatif pada sesi yang kita jalani," ujar Dahyun.

"Sesimu dengan Jaehyun." Dahi Dahyun berkerut tak mengerti atas ucapan yang dilontarkan sang pemuda.

"Itu sesimu dengan Jaehyun. Bukan denganku," ujar pemuda itu dan kembali berkutat pada bukunya.

"… Hei Yoon-Oh-ya…" panggil Dahyun.

"Hm?"

"Apakah… apakah hanya ada Jahyun dan dirimu?"

"Aku sedikit ramah padamu. Bukan berarti dengan itu kau bisa mengorek informasi padaku," ujar pemuda itu dingin.

Dahyun kini bisa merasakan aura pemuda itu mulai berubah, tak seperti sebelumnya.

"Ak—"

"Keluarlah. Sebelum aku melempar buku ini ke wajahmu," ujar Yoon-Oh sambil menatap Dahyun tajam.

Dahyun menghela nafas panjang.

"Baiklah, aku rasa sesi kita hari ini cukup. Aku akan kembali lagi besok. Sampai ketemu lagi, Yoon-Oh-ya." Setelah mengatakan itu Dahyun langsung melangkahkan kakinya menuju pintu kamar sang pemuda.

"Aku heran kenapa dia bisa jatuh cinta pada gadis sepertinya. Perawan... cih," ujar Yoon-Oh setelah Dahyun sudah tak berada lagi dikamarnya.

Dahyun berjalan keluar dengan lesu, sudah hampir satu tahun ia menangani kasus Jaehyun, akan tetapi bukannya mengalami kemajuan, Jaehyun kini justru nampak semakin parah. Bahkan sosoknya pun tak mau muncul.

"Kau sakit? Wajahmu pucat," tanya seseorang sambil menepuk pelan pundak gadis yang tengah melamun itu. Tubuh Dahyun tersentak kaget.

"Ah! Dr. Yoona! Aniya… hanya saja aku merasa gagal atas kasus yang dialami Jaehyun," ujar Dahyun sambil tersenyum lemah.

"Apa maksudmu? Kondisi Jaehyun semakin membaik. Aku justru ingin memujimu atas kasus Jaehyun," ujar Yoona sambil mengerutkan dahinya, tak mengerti atas ucapan Dahyun.

"Tapi Dr. Yoona, Jaehyun kini tidak pernah muncul! Yang menggantikannya hanya Yoon—" Perkataan Dahyun terhenti saat ia melihat wajah bingung yang tertampil di wajah Yoona. "Jaehyun… dia masih sering muncul?" Tanya Dahyun.

"Tentu! Apa mak—Dahyun!" Panggilan Yoona tak diacuhkan oleh Dahyun. Perempuan itu kini tengah berlari menuju kamar Jaehyun. Ia merasa marah dan dipermainkan.

BRAKKK!

"Kau! Kau pria brengsek!" Maki Dahyun sambil membuang buku yang sedang dibaca oleh Yoon-Oh.

"Apa—"

"Katakan saja padaku jika kau tidak ingin berada di bawah tanggung jawabku lagi! Seenaknya saja kau tidak mau muncul dihadapanku sedangkan di hadapan orang lain kau muncul!" Ujar Dahyun sambil memukul-mukul tubuh Jaehyun dengan emosi. Ia tidak mempedulikan air mata yang kini mulai mengalir di pipinya. Ia merasa hatinya sesak, sakit. Ia merasa dikhianati.

"A-aku.."

"Hiks… aku membencimu! Mulai saat ini aku tidak akan muncul di hadapmu jika itu yang kau mau brengsek! Hiks... kau menyebalkan!" Ujar Dahyun disela-sela pukulan dan tangisannya.

"Dahyun-ah.." Tubuh Dahyun membeku saat mendengar suara lembut itu. Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya, mendapati sepasang mata yang tengah memandang khawatir ke arahnya.

"Jaehyun-ah?" Jaehyun tersenyum mendengar panggilan dari sang psikiater.

"Mianhae, aku hanya tidak ingin menyakitimu," ujar Jaehyun lembut, ia menghapus air mata yang mengalir di pipi Dahyun.

"Bodoh! Kau justru menyakitiku jika tidak pernah muncul di hadapanku dan justru menghadapkanku pada pemuda mesum itu!"

"Aku tau, maafkan aku… kumohon, tetaplah menjadi dokterku, ne?"

"Huum… Asalkan kau tetap muncul saat didepanku Jaehyun-ah."

• • •

[March, 23 2022]

"Imo, tolong bungkuskan buah persiknya satu kilo," ujar Dahyun pada bibi penjual buah di pinggir jalan.

Sang penjual buah langsung menimbang buah persik dan membungkusnya, dia memperhatikan penampilan Dahyun dari atas ke bawah saat menyerahkan kantong plastik berisi buah persiknya.

"Aggashi, pakaianmu bahkan senada dengan buah persik, apa kau begitu menyukai buah persik?"

Dahyun menunduk, mengingat bahwa ia sengaja memakai setelan dress oranye selutut yang dilapisi outer merah muda serta jepitan rambut bergambar buah persik.

Karena hari ini, adalah pertemuannya dengan pria itu, pria yang dijuluki 'Peach Boy' karena sangat menggilai buah manis dan lembut itu, sampai auranya bahkan menyerupai buah persik.

Setelah memberi beberapa lembar uang, Dahyun menggaruk belakang kepalanya dan menatap bibi penjual buah itu dengan senyum lebarnya, "Ne, aku sangat menyukai persik."

TBC

[RTP] PERSONA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang