Eleven

3 4 0
                                    

         "Bangsaaattt!!!" teriak Zein memukul orang yang juga memukulnya bersama dengan Feri dan Ren keduanya terlibat perkelahian di dalam Bar, Zein yang memulai. Berawal dari ia muak dengan Roy yang terus bersikap seperti penguasa dan menyuruh anak kecil untuk mencopet, namun yang Zein lihat Anak kecil itu tak berani melakukan nya dan Roy memukulnya tentu saja membuat Zein geram dan memukulnya

Suasana Bar tampak kacau meja dan kursi berantakan gelas-gelas dan segela yang ada di meja tumpah berserakan di lantai mereka saling mengirimkan tinju dan mengerahkan semua tenaga untuk saling menjatuhkan dan menenggelamkan diri mereka kedalam pukulan yang telak

Tak lama beberapa scurity datang dan menangkap mereka satu persatu dan di bawa ke kantor polisi, namun Zein, Ren dan Feri berhasil kabur meninggalkan lokasi dengan wajah penuh memar dan tubuh penuh luka tinju dan goresan

Ketiganya berlari dengan cepat dan tertawa bersama karena hal konyol, hal ini bukan sekali dua kali mereka melakukannya menegakan keadilan

"Hahahaha capek gila" seru Ren menghentikan langkahnya dan begitupun dengan kedua temannya

"Hampir aja" seru Zein mengatur nafas nya ketiganya duduk di Railling jembatan meredakan rasa lelah dan capek untuk sementara hingga seseorang datang menatap ketiganya dengan datar

"Pak Ben mencari kalian" ucap Doge yang membuat ketiganya segera berjalan mengikutinya menemui Pak Ben di dekat ruko disana sudah ada Pak Ben dan Pak Luo ayah dari Roy yang berantem dengannya, lalu keempat anak buat Pak Luo yang berdiri di hadapan Pak Ben

"Anak buah ini berani hajar Roy" ucap Luo membuat Zein dan kedua temannya menatap tajam

"Tunggu apa lagi? Hajar!" seru Pak Luo pada keempat anak buahnya dan segera menyerang Zein, Ren, Feri dan Doge mereka melakukan nya lagi setelah damai beberapa bulan karena Zein tidak pernah ingin akur dengan Roy begitu pun sebaliknya mereka saling menendang, memukul dan mencakar menjatuhkan. Sama-sama tidak mau kalah dan ingin selalu menang

👊🏽👊🏽👊🏽

Kuina segera mengganti seragam nya dengan baju yang ia bawa dari rumah nya sebelum datang ke rumah Zein tadi, ia mengeluarkan buku-buku pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

Ia berkali-kali menelfon Zein, tapi tidak ada jawaban seolah ponselnya memang sengaja di matikan, Kuina menghela nafas dan berjalan untuk memasak nasi ia yakin jika Zein pulang nanti pasti akan merasa lapar

Setelah selesai menanak nasi ia kembali kemeja dan melanjutkan belajar nya, sekitar 1 jam lamanya ia melihat pintu terbuka dan menampilkan sosok Zein yang berjalan dengan membawa kantong belanjaan

Kuina segera berdiri menghampiri melihat wajahnya yang terluka di beberapa titik bahkan mata kirinya tampak membiru dan bengkak, Zein menatapnya tanpa berbicara dan menyimpan belanjaan di meja lalu berjalan ke kamar Kuina mengikuti nya Zein menutup gorden tak membiarkan Kuina ikut masuk

Kuina melihat dalam celah, Zein membuka bajunya dan tampak badannya penuh lebam dan luka Zein mengoleskan salep nya sendiri mengabaikan Kuina. Kuina tampak termenung tak percaya melihatnya, bagaimana lelaki itu bisa menahannya? Jika itu dirinya mungkin ia akan segera pingsan

"Lo gak pulang?" tanya Zein setelah kembali dan memakai kaus tanpa lengan hingga memperlihatkan ototnya yang sesag

"Ibu ku enggak pulang, ada rentenir setiap malam dan berisik" jawab Kuina menundukan kepalanya

"Tidur aja udah malem" kata Zein dan duduk di kursi

"Aku lagi belajar"

"Kalau gitu gue temenin"

Kuina segera menghampiri dan membereskan semua buku-buku nya membuat Zein menoleh heran

"Kamu gak bisa temenin aku belajar" kata Kuina, Zein tampak mengerutkan keningnya

"Kamu lagi sakit dan harus istirahat" sambung Kuina membuat Zein termenung beberapa saat ia menatap gadis itu yang memasukan semua buku-bukunya ke dalam tas.

🛢️🛢️🛢️

KILL YOUR EMOTIONS |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang