Eighteen

3 3 0
                                    

Zein berjalan menuju rumah nya dengan bingkisan belanjaan di tangannya ia menaiki tangga dan hendak memutar handle pintu tapi ia terdiam saat mendengar suara dari dalam

"....gakpapa Bu. Kuina bisa terus nginap di rumah teman"

"Disini? Baik-baik saja"

"Fokus saja pada pekerjaan Ibu"

"Ibu jangan sampai sakit"

"Iya, tidak apa-apa. Selamat malam"

Percakapan pun berhenti, Zein segera menarik pintu dan masuk Kuina tampak mengusap air matanya yang mengalir saat melihat Zein mendekat dan menyimpan bingkisan itu di meja

"Nyokap lo telfon?" tanya Zein seraya mengambil handuk

"Iya" jawab Kuina singkat, Zein mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi

"Makan dulu, gue mau mandi" kata Zein dan menghilang di balik pintu kamar mandi, Kuina segera membuka bingkisan dan melihat dua bungkus nasi goreng yang masih hangat ia segera menyantap nya karena ia juga sudah lapar sejak tadi

Beberapa menit kemudian, Zein keluar dari kamar mandi dengan baju rapi dan rambut yang basah, ia menggosok rambutnya dengan handuk kecil dan duduk di hadapan Kuina segera memakan nasi goreng nya

"Zein" ucap Kuina membuat Zein mengangkat kepalanya

"Hari ini...pembully ku meninggalkan satu" kata Kuina menundukan kepalanya, Zein tampak mengerutkan keningnya terkejut

"Kenapa?" tanya Zein penasaran

"Gantung diri" jawab Kuina memegang sendok dengan kuat

"Bukannya bagus? Berkurang satu, buat lo sedikit aman"

"Tapi...bagaimana bisa terjadi? Bukan salah ku kan?"

Zein berjalan untuk mengambil botol air minum dan dua gelas, ia kembali duduk dan menuangkan air nya, ia meneguk perlahan air itu hingga habis

"Kenapa harus salah lo? Lo yang buat dia gantung diri?" tanya Zein dan kembali melahap makanannya, Kuina menatapnya dengan cepat dan menggeleng

"Enggak, kenapa aku yang buat dia gantung diri? Aku tidak seberani itu"

"Yaudah, biarin aja. Kejadian ini pasti ada hal baik dan hal buruknya. Gak tau apa-apa lebih baik diam, fokus pada ujian"

Kuina mengangguk dan kedua remaja itu menyelesaikan makannya, Kuina kembali melanjutkan belajar dengan memakan Snack, sedangkan Zein melihat dan membaca-baca buku paket Kuina ia memang tidak paham soal pelajaran SMA tapi ia tampak tertarik untuk membaca

Zein melihat sebuah tulisan tangan Kuina di salah satu lembar bukunya disana tertulis ❛Aku ngantuk, tapi harus belajar❜ Zein tersenyum melihatnya

"Kayaknya lo gak akan pernah dapet kursi di USI, lo terlalu polos" komentar Zein membuat Kuina menatapnya segit

"Jangan memprovokasi ku!" seru Kuina membuat Zein terkekeh dan menutup bukunya melihat buku yang lain

"Kenapa lo mau menegakkan keadilan?" tanya Zein tanpa menoleh ia berbaring di sofa dan melihat-lihat isi buku

Kuina tampak berpikir, "Karena kejadian padaku, tidak boleh terjadi pada anak lain" jawab Kuina menatap pulpen yang ia pegang

Zein menoleh dan tersenyum tipis lalu kembali menatap buku, dan menyimpannya di meja, "Belajar gak cocok buat gue" kata Zein dan membuka ponselnya lalu bermain game online

Kuina tampak mencibir dan mengambil pensilnya, tampak tumpul ia mencari pisau kecil yang selalu ia gunakan untuk menyeeut pensil, saat ia mulai menyerut pensil ia tak sengaja mengenaik tangannya dan berdarah

"Awh!" seru Kuina menjatuhkan pensil di meja dan menatap telunjuk kiri nya yang tersayat, Zein menyimpan ponselnya dengan cepat menghampiri

"Heh! Nyerut pensil aja gak bisa!" seru Zein tampak marah Kuina meringis tak mempedulikannya

Zein segera menariknya kearah dapur dan menuangkan air hangat mencelupkan telunjuk Kuina kesana, lalu membersihkan lukanya dan menutupinya dengan handshaplast kecil

"Sakit?" tanya Zein menatap nya, Kuina tak mengalihkan tatapannya dari telunjuk dan mengangguk saja

"Lain kali hati-hati" kata Zein dan keduanya kembali ke sofa, Zein mengambil alih untuk menyerut pensilnya hingga tajam dan bagus untuk si pakai

"Nih, lain kali suruh gue aja" kata Zein membuat Kuina mengangguk dan menerima pensil itu dan mulai menggunakannya

Zein kembali ke posisinya menerus kan bermain game online yang sempat tertunda karena Kuina.






🛢️🛢️🛢️








KILL YOUR EMOTIONS |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang