Twenty two

3 3 0
                                    

        Zein berlari dengan cepat di trotoar setelah mendapat telfon dari Kuina yang menangis hebat di sebrang sana, ia tampak khawatir dan cemas dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Maka dari hal itu Zein berlari cepat, secepat mungkin yang ia bisa untuk sampai di mana Kuina berada

Zein segera memasuki gedung kosong di tak jauh dari rumah Kuina, ia melihat Kuina yang tampak memeluk lututnya dan menangis tersedu, Zein menghampiri gadis itu yang seragamnya penuh bercak darah

"Kuina? Kenapa?" tanya Zein berjongkok menatap Kuina yang perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Zein lalu menghambur kepelukan nya, Kuina tampak menangis tersedu-sedu tubuhnya bergetar tampak ketakutan

"Zein...aku....goyah...dan melakukan...kesalahan" ucap Kuina dengan menangis terisak

"Lo kenapa?" tanya Zein melerai pelukannya dan menatap gadis itu tak sabar. Kuina menunjuk kedalam ruangan yang gelap hanya terlihat cahaya lampu dari luar

Zein segera berdiri dan melihat apa yang ia maksud, Zein tampak terkejut menatap seseorang yang tak sadarkan diri dengan kepala yang penuh darah menetes di lantai

"Kuina..." ucap Zein membuat Kuina menderas kan air matanya yang tak bisa ia tahan, Zein kembali mendekat dan menatapnya

"Pulang ke rumah gue, itu tempat yang paling aman. Bersihin seragam lo, jangan biarin ada noda sedikitpun" ucap Zein meyakinkan, Kuina tampak menggelangkan kepalanya

"Kita harus...panggil polisi" cicit Kuina dengan tangisnya, Zein menggeleng cepat

"Ikutin perkataan gue, lo harus lulus tanpa kasus. Pergi dari sini" Kuina tampak menangis tak mau meninggalkan nya

"Cepat Kuina, sebelum ada liat" kata Zein lagi membuat Kuina segera berdiri

"Gue percaya sama lo" seru Zein diangguki Kuina yang segera berlari meninggalkan nya dengan cepat meski terasa enggan ia tetap menurut padanya

Zein menatap Anja yang tak sadarkan diri, atau mungkin sudah tak bernyawa lagi karena benturan keras di kepalanya menimbulkan ia kehilangan banyak darah

"Ternyata gak sulit buat lo lenyap" gumam Zein dan menyeringai tajam tampak mengerikan, wajahnya tertimpa cahaya kilat dan tertengar Guntur bergemuruh di atas sana.



👊🏽👊🏽👊🏽


Kuina mengganti bajunya dan mencuci seragamnya dengan susah payah, ia sikat dengan kuat sambil menangis. Ini kali pertama didalam hidupnya dan ia sangat takut melihat darah yang banyak sekali keluar bayangan tentang Anja tidak pernah lepas dari benaknya saat ini

Selalu terbayang bagaimana Anja terjatuh, berguling dan bersimbah darah, ia menyeretnya dengan susah payah memasuki gedung kosong itu ia ketakutan sangat ketakutan

Air matanya tak berhenti berderai, seiring curah hujan yang kian menderas. Ia mengkhawatirkan Zein, apakah cowok itu baik-baik saja? Bagaimana jika polisi mengejar dan menangkap nya?

Setelah selesai, Kuina segera menggantung seragamnya dengan baik di tempat yang teduh agar cepat kering mengingat di luar hujan deras ia tak bisa menjemurnya disana

Kuina cemas di tempatnya menunggu kedatangan Zein, ia banyak berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada Zein. Ia juga cemas apa ia bisa masuk USI tanpa ketahuan bahwa ia telah membunuh Anja?

"Aku tidak membunuh nya...itu tidak sengaja" gumam Kuina meyakinkan dirinya ia tak percaya dirinya melakukan hal itu, Kuina terduduk di karpet kepalanya tertelungkup di sofa dan kembali menangis ia sungguh merasa takut

Tak lama, pintu terbuka menampilkan sosok Zein ia membuka jas hujan nya dan  perlahan mendekat dan duduk di hadapan nya, Kuina mengangkat wajahnya dan menatap Zein yang tampak biasa saja

"Gakpapa, udah gue urus" kata Zein mengusap kepala Kuina dengan lembut

"Zein, apa aku...akan di penjara?" tanya Kuina membuat Zein terkekeh kecil dan menggeleng

"Itu bukan pembunuhan tapi pembelaan" jawab Zein membuat Kuina menundukan kepalanya

"Gakpapa, semua pasti baik-baik aja"








🛢️🛢️🛢️

KILL YOUR EMOTIONS |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang