Twenty

3 3 0
                                    

       "Zein, soal Kelly...itu ulah mu?" tanya Kuina menatap Zein yang terdiam berbaring di Sofa menatap lurus ke langit-langit rumah

"Bukan" jawab Zein singkat, Kuina menghela nafas sejenak

"Lalu kira-kira mengapa Kelly melakukannya?" tanya Kuina lagi penasaran karena kasusnya di tutup begitu saja oleh pihak sekolah dan polisi

"Gak tau" jawab Zein tanpa menoleh lagi

"Pembunuh berantai itu...beneran ada?" Kuina kembali bertanya lagi, Zein menoleh dan menatapnya datar

"Mungkin" jawab Zein tampak tidak yakin

"Bagaimana, jika aku menjadi korban nya juga?"

"Lo punya salah apa?"

"Pembunuh itu...tidak membunuh sembarangan orang?"

"Ya enggaklah, mereka membunuh untuk orang yang mereka pilih" Kuina terdiam sejenak, Zein berdeham dan membenarkan letak selimutnya

"Tidur, besok lo harus sekolah"

Kuina mengangguk dan memejamkan matanya miring ke arah Zein, Zein menoleh dan tersenyum melihat wajah damainya.



👊🏽👊🏽👊🏽


"Zein, nanti aku akan pulang ke rumah sebentar. Kau tak perlu menjemput ku" kata Kuina sambil mengikat tali sepatunya

"Kenapa?" tanya Zein menatap nya lurus

"Gakpapa, lagian Anja kan di rumah sakit. Aku akan baik-baik saja" jawab Kuina diangguki Zein. Keduanya segera berjalan keluar dari rumah Zein dan berjalan bersama

Seperti biasa, Zein membeli 2 roti sandwich dan minuman untuk di berikan pada Kuina, "Kamu gak makan juga?" tanya Kuina menatapnya. Zein memasukan satu roti sandwich ke dalam tas nya

"Gue bisa makan di tempat kerja, buat bekal lo aja" kata Zein diangguki Kuina dengan tersenyum

"Zein, kau pernah punya pacar?" tanya Kuina menoleh padanya yang kembali berjalan

"Enggak" jawab Zein dengan wajah datar menatap lurus ke jalanan

"Aku juga sama" seru Kuina tengah sibuk menyantap makananya, Zein menoleh dan tersenyum tipis

"Terus waktu itu, ciuman pertama kita?" tanya Zein membuat langkah Kuina terhenti dan tersedak sayuran di roti itu ia tampak terbatuk-batuk, Zein menyunggingkan senyum nya dan membukakan botol minum untuknya

Kuina segera meneguknya perlahan, dan memberikannya kembali pada Zein yang tampak menahan tawanya

"Jangan membahas itu" tukas Kuina dan berjalan terlebih dahulu

"Lo yang duluan" seru Zein tampak senang menggoda, Kuina menoleh dengan memanyunkan bibirnya dan kembali menghabiskan rotinya lalu ia buang bungkusnya di tempat sampah

"Bawa minumnya sekalian" kata Zein menarik tasnya membuat Kuina berhenti, membiarkan Zein memasukan minumnya kedalam tas

"Jadi, gue gak perlu jemput lo?" tanya Zein membuat Kuina mengangguk

"Yaudah, telfon gue kalau ada apa-apa" kata Zein lagi-lagi diangguki Kuina ia melambaikan tangannya pada Zein yang perlahan berjalan menjauh

Kuina segera meneruskan perjalanan beberapa meter lagi menuju gerbang sekolah

"Kuina!" seru Daren segera menjajari langkahnya, Kuina menoleh dan tersenyum tipis padanya

"Siapa cowok itu?" tanya Daren menunjuk punggung Zein yang menjauh

"Dia? Tetangga ku" jawab Kuina dengan tak nyaman membahasnya

"Dia ngikutin lo terus, lo gak diapa-apain?"

"Eng-enggak kok"

"Bilang sama gue kalau lo merasa tertekan" kata Daren membuat Kuina mengangguk dengan gugup

"Dia...baik kok" ucap Kuina diangguki Daren

"Ujian satu Minggu lagi, lo udah banyak belajar ?" tanya Daren membuat Kuina menoleh padanya

"Ah? Iya"

"Jangan sampai turun peringkat, supaya bisa dapet kursi USI"

Kuina mengangguk, Daren tampak tersenyum simpul. Keduanya memasuki area sekolah.

Dari kejauhan Zein menatap keduanya yang tampak akrab, wajahnya tak mengisyaratkan ekspresi apapun. Zein menutupi wajahnya dengan tudung Hoddie hitam itu dan berjalan menjauh dari area sekolah.









🛢️🛢️🛢️









KILL YOUR EMOTIONS |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang