Ch 26 [IND]

2.4K 34 0
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

Hari ini adalah hari bersih-bersih.

Michael memutuskan untuk membersihkan—setidaknya sebagian besar rumah itu terlebih dahulu sebelum melanjutkan endoskeleton-nya, walau dia hanya memiliki alat kebersihan yang terbatas.

Lumut di sudut ruangan dia bersihkan dengan cara menyiramnya dengan air tercampur garam sebelum menyikatnya beberapa kali, kemudian Michael menyapu hampir keseluruhan rumah—beruntung ada sapu lama dalam kondisi baik di sana. Menyingkirkan perabotan untuk menyapu semua bagian lantai sangatlah melelahkan, Michael harus beristirahat sekitar satu hingga dua jam sebelum berpindah ke ruangan lain.

Ennard?

Tidak.

Dia tak membantu sama sekali, hanya mengawasinya bersih-bersih seolah-olah dia pemilik rumah.

Michael berpikir bahwa Ennard sedang balas dendam lantaran selama ini yang biasanya membersihkan beberapa tempat di rumahnya adalah Ennard, bukan dirinya sendiri.

Penjuru ruang tamu telah disapu bersih, furnitur-furniturnya pun telah dia tata ulang dengan rapi seperti sedia kala. Michael membuang napas lelah dan tersenyum, dia meletakkan kedua tangannya di pinggang sebab merasa puas. Maka sekarang dia perlu membersihkan ruang kamar kemudian kembali menyapu. Lalu Michael tiba-tiba tersadar.

"Ennard," dia memanggil sembari menoleh ke belakang—Michael nyaris menjerit kaget lantaran langsung berhadapan dengan wajah Ennard, yang entah sejak kapan tergantung terbalik dari saluran udara di langit-langit. "Kau—berhenti mengejutkanku!" Michael memprotes jengkel, Ennard tidak acuh. Michael menggerutu sebentar sebelum berkata-kata, "Aku baru sadar kita tidak punya pel."

Ennard menelengkan kepalanya. "Kau benar."

"Aku akan membeli pel kalau begitu, dan pewangi juga." Michael mengangguk-angguk senang. "Kau," Michael menunjuk Ennard dengan jari telunjuknya, "tunggu di sini. Aku akan ke toko terdekat, sekalian melihat-lihat lingkungan rumah ini."

"Jangan lupa bertanya lowongan kerja."

Ucapan Ennard membuat Michael tersenyum kecut. "Ya, ya terima kasih telah mengingatkan bahwa aku miskin," Michael berkata sinis, dia mengerutkan dahi mendengar Ennard mendengkus seakan-akan menahan tawa. "Sudahlah, aku keluar dulu kalau begitu." Michael segera mengambil penutup matanya dan melangkah keluar ketika dia telah mengambil sejumlah uang yang disimpan di laci meja.

Ennard memandang si sulung Afton itu hingga benar-benar pergi. Pas setelah pintu tertutup, dia mulai berbalik dan menuju ke arah tempat tidur.

Animatronik dengan satuan kabel itu memandang ke penjuru kamar, setelah beberapa saat akhirnya dia masuk ke dalam. Dia memandang ke lantai begitu mendengar suara berderit, lantas merasa ragu untuk kembali melangkah—bisa saja dia tanpa sengaja merusak lantainya. Ennard memantapkan niat dan memutuskan untuk berjalan mendekati meja di dekat jendela seberangnya.

Dia mengerling ke belakang sebentar, wanti-wanti jika Michael telah datang—tapi mengingat Michael baru aja berangkat, sepertinya Afton itu akan pulang dalam kurun waktu lima belas hingga dua puluh menit.

Ennard mengerutkan dahinya, dia tidak menyukai lelaki berambut cokelat itu. Lelaki yang telah dia bunuh. Mereka berdua sering bertengkar lantaran sama-sama keras kepala, tapi terkadang Michael dulu yang memulai kegaduhan. Atau dirinya.

Yang pasti, dia membenci si Afton itu.

Dia benci bagaimana Michael kerap membantahnya walau mereka berdua tahu dia benar. Dia benci bagaimana Michael berbicara tanpa henti dan membuatnya jengkel. Dia benci ketika Michael seenaknya sendiri. Dia benci ketika mendengar suara isak tangisnya di dalam kamar secara diam-diam. Dia benci ketika lelaki itu membahayakan dirinya sendiri berulang kali. Dia benci pada senyum lebarnya, pada tawa mengejeknya, kejailannya. Dia benci bayangan orang itu tak pernah hilang di pikirannya.

Ennard benar-benar benci bagaimana Michael membuatnya merasa sangat bersalah akan kematiannya.

Dan dia lebih membenci dirinya sendiri lantaran menyadari dia mulai melunak pada si sulung Afton itu.

Sosok yang dapat dia lihat pada Michael membuatnya sangat jengkel, betapa mirip dirinya dengan lelaki itu. Ennard tak pernah bisa menghapus rasa bersalahnya, dia telah membunuh banyak orang namun Michael sukses membuatnya merasa gundah seperti ini. Afton tersebut sangat bodoh, Ennard tak pernah menyukainya. Membiarkan orang lain menginjak-injaknya seperti sampah. Afton tersebut benar-benar tak berguna dalam melindungi dirinya sendiri.

Sekali lagi, mengingatkannya pada sosoknya di masa lalu.

Ennard menggertakkan gigi penuh kekesalan, mengepalkan tangan kuat-kuat. Tak lama kemudian, dia mencoba menenangkan diri. Kedua bahunya yang menegang perlahan merosot jatuh. Pandangan mata robotiknya seolah-olah melembut seketika melihat pigura foto di atas meja itu.

Rumah ini adalah hal pertama yang lewat dalam benaknya setelah memingsankan lelaki tak tahu diri itu yang terus memaksa Michael, walau Ennard tak ingin kembali ke tempat ini lagi, tapi dia tahu mereka tidak lagi memiliki tujuan selain kemari. Dengan hati-hati dia mengusap foto tersebut, merasakan bahwa dia merindukan keberadaan sosok wanita itu.

"Mother ...."

Sepertinya dia akan dibanjiri oleh kenangan-kenangan lama selama mereka tinggal di sini.

"Ennard?"

Ennard terkesiap, dengan cepat membalikkan badannya hanya untuk menemukan orang yang sejak tadi menghantui kepalanya berdiri di sana dengan ekpresi bingung. Ennard menggeram jengkel, sedangkan Afton itu baru tersadar jikalau dia baru saja membuat animatronik yang sering membuatnya kaget kini terkejut olehnya. Ennard membenci seringaian yang mulai terbentuk di wajah menyebalkan Michael.

"Don't you fucking dare."

"Kau kaget?" Michael bertanya dengan nada menggoda, Ennard merasakan wajahnya tiba-tiba memanas. "Kau kaget~? Kau~? Ennard si yang paling merasa superior~? Animatronik menjengkelkan yang sering mengejutkanku ternyata bisa kaget~?"

Geraman Ennard makin mengeras. "Tutup mulutmu, Benedict," desisnya marah, tapi Michael kian menjadi menggodanya—sekarang satu-satunya Afton yang tersisa itu tergelak kencang.

"Kau kaget!"

Michael tertawa keras hingga memegang perutnya sendiri, Ennard makin merasa kesal. Michael masih tertawa meski Ennard melangkah maju untuk menarik kerahnya erat-erat, Michael sama sekali tidak terkesan dengan intimadasi animatronik itu dan tawanya masih berlanjut hingga beberapa menit.

Jika Ennard bisa jujur, dia sedikit tertegun mendengar tawa lepas Michael; ini kali pertama si Afton itu tergelak sebebas ini. Ennard mengerutkan dahi dalam-dalam, akhirnya melepaskan cengkramannya kasar dan itu membuat Michael nyaris terdorong ke belakang—untungnya tidak terjungkal lantaran Ennard menahannya dengan memegang gagang kain pel yang baru saja Michael beli.

Kemudian Michael meredakan tawanya, walau masih tertinggal rasa geli dalam diri mengingat bagaimana Ennard terkejut dengan kehadirannya. "Baiklah, Enn."

"Ennard."

"Enn." Michael menjulurkan lidah pada Ennard yang mendengkus kesal. "Sekarang lepaskan pelnya, aku ingin mengepel ruang tamu."

Ennard tak melepaskan genggamannya pada gagang pel.

Michael menautkan kedua alisnya. "Ennard, lepaskan," dia menyuruh. "Ennard, sekarang."

Genggaman Ennard malah menguat, Michael merasa cemas.

"Ennard kau bisa mematahkan—"

Gagang itu patah sebelum Michael sempat menyelesaikan ucapannya.

Michael melotot ngeri dan rahangnya jatuh melihat pel-pelan yang baru saja dia beli terbagi jadi dua. Dengan cepat Michael menatap Ennard tak percaya. "Kau—dasar kau—itu baru saja aku beli, brengsek!"

Ennard hanya balik menyeringai.

The BondWhere stories live. Discover now