03 - Seikhlas awan mencintai hujan

775 88 12
                                    

Vote komen dari kalian sangat penting bagi saya 💖😍

Happy reading!<3

°°°

"Arka gue masuk duluan, ya?"

"Ikut gue dulu."

"Mau kemana?"

"Temuin orang yang kemaren udah buat tangan cewek gue luka," jawab Arka.

"Kak Retta? Nggak usah diperpanjang, Ka. Lagian wajar kok senior kayak gitu."

Arka menatap dalam manik mata Adira. "Wajar? Wajar itu ketika senior bertindak kasar kalo ada kesalahan fatal. Sedangkan lo? Gue tanya kesalahan lo apa? Gara-gara berangkat berdua sama gue, iya?"

"Wajar kalo berangkat berdua sama cowoknya tapi diperlakukan kasar sampe dipukul pake penggaris besi?" tanya Arka membuat Adira lagi-lagi terdiam.

"Nggak bisa kasih penjelasan, kan? Ra, dengerin gue. Tipe-tipe orang kaya Retta itu harus dikasih pemahaman biar dia nggak semena-mena atas jabatan yang dia punya. Terlebih lagi dia main-main sama cewek gue!" ujar Arka penuh penekanan.

"Tapi, Ka--"

"Diem!" Arka menempelkan jari telunjuknya di bibir Adira memberi isyarat agar gadis itu tidak membantah apa yang akan ia lakukan sekarang. "Lo nggak usah takut. Gunanya gue disini buat apa kalo bukan buat jadi perisai pelindung buat lo?"

"Retta kakak tingkat disini, Arka."

"Dia emang kakak tingkat di kampus ini. Bukan berarti gue diam aja dan nggak lakuin apa-apa, Ra. Mau dia kakak tingkat atau orang terkenal sekalipun. Kalo udah berani nyentuh cewek gue, nggak bisa gue biarin gitu aja."

"--gue bukan Erland, yang cuma jadi penonton setia ketika ceweknya terluka," lanjutnya dalam hati.

"Sekarang ikut gue ke ruang organisasi buat temuin Retta," pungkas Arka.

Mau tidak mau Adira mengikuti ucapan Arka. Mau sekuat apapun ia menolak, jika Arka sudah bertindak ia bisa apa? Selain mengikuti ucapan laki-laki itu seraya berharap masalah ini tidak menjadi panjang nantinya.

Setelah melewati ruangan demi ruangan, akhirnya Arka bersama dengan Adira tiba di ruangan organisasi tempat senior berkumpul di sana.

"Gue mau ketemu sama anggota lo yang namanya Retta," ucap Arka to the point.

"Atas dasar apa lo berani masuk ke ruangan ini tanpa izin?" Laki-laki dengan setelan jas almamater serta name tag bernama Farhan Ragaswara itu balik bertanya pada Arka.

"Gue sebenarnya nggak mau sombong. Cuma untuk saat ini kayaknya gue harus sombong dulu--"

"-lo tau perusahaan Mahendra Corporation? Itu perusahaan yang gue pegang. Dan kampus ini salah satu kampus yang bekerja sama dengan perusahaan gue untuk hubungan kerjasama. Izin masuknya cukup?" Arka menaikkan kedua alisnya seolah menantang Farhan dan kedua temannya yang tentunya terkejut mendengar penuturan Arka.

Benar, Arka tidak mengada-ada dengan ucapannya barusan. Ia memang pemimpin tertinggi dari perusahaan Mahendra Corporation yang merupakan perusahaan yang ia bangun untuk masa depannya.

"Sekarang gue mau ketemu Retta, anggota lo yang dengan beraninya berbuat kasar sama cewek gue!"

"Ada apa sebut-sebut nama gue?"

Seorang perempuan mengenakan setelan jas yang sama dengan Farhan keluar dari salah satu ruangan. Retta menghampiri Arka lalu melirik sekilas kepada Adira.

"Oh ini Retta Agistia, kakak tingkat yang udah pukul pergelangan tangan cewek gue pake penggaris besi, iya?" tembak Arka to the point.

"Sok kenal banget lo sama gue. Inget ya, lo itu masih mahasiswa baru di sini. Nggak usah sok keras! Masih maba udah sok keras!" cibir Retta.

Laksana Awan [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang