Hai, apa kabar? Kangen banget nyapa kalian gini. Seneng banget akhirnya bisa update lagi. Maaf ya beberapa bulan terakhir naskah ini saya anggurin. Tapi saya seneng ada beberapa komentar dari pembaca yang membuat saya semangat lagi buat lanjutin ini. Makasih banyak yang masih setia disini, i hope that you will always support me to finish Laksana Awan. Love u guys 🤍
Selamat membaca,
Selamat kembali ke dunia Arka dan Adira°°°
Deru mesin mobil terdengar berhenti di sebuah garasi rumah megah. Arka, laki-laki dengan tinggi semampai itu langsung bergegas memasuki rumahnya untuk beristirahat. Langkah panjangnya kemudian terhenti ketika bundanya, Arumi, berjalan menghampiri.
"Baru pulang, Arka?"
Arka mengangguk lalu mencium punggung tangan sang bunda.
"Abis darimana?" tanya sang bunda.
"Abis jalan sama Adira, ke pasar malam, bun."
"Bunda tau, kamu ngga akan ngajak Adira sampe larut malam gini. Kamu habis dari mana, Arka? Tadi Adira juga nelpon ke bunda, dia khawatir karena handphone kamu ngga aktif buat dihubungin."
Arka merogoh saku celananya, mengambil handphone berlogo apel itu. Benar saja, banyak sekali notifikasi panggilan dari gadisnya.
"Maaf bunda. Tadi abis anter Adira pulang ke rumah, Arka mampir ke rumah sakit buat jenguk temen Arka yang kecelakaan. Jadi, Arka nggak sempet buat ngabarin bunda sama Adira karena panik."
"Siapa yang kecelakaan?" tanya Arumi dengan raut khawatir.
"Saingan Arka."
"Maksud kamu?"
Arka tersadar atas ucapannya barusan. "Maksud Arka, temen kampus arka yang kecelakaan."
"Kamu ngga lagi bohong sama bunda, kan?"
Arka menggeleng. "Ngga, bun."
Arumi tersenyum mendengarnya. Percaya tidak percaya, Arumi merasakan ada sesuatu yang aneh dari Arka. Biar bagaimanapun, insting seorang Ibu tidak akan pernah salah.
"Ya udah gih, bunda bikinin susu vanilla kesukaan kamu. Kamu temuin ayah dulu gih di lantai dua." Arumi menepuk pundak anaknya lalu beranjak menuju dapur.
Sementara itu, Arka menemui ayahnya yang berada di lantai dua rumah. Arka berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Di balkon, terlihat ayahnya yang tengah menyeruput secangkir kopi.
"Ayah," panggil Arka.
Laki-laki itu menghampiri ayahnya lalu mencium telapak tangan sosok idolanya itu.
"Ayah liat apa ke atas?"
"Liat jutaan bintang di atas sana yang sedang berlomba-lomba menjadi yang paling terang diantara yang lainnya." Arka ikut memusatkan perhatiannya ke arah langit.
"Cantik."
Satu kata yang keluar dari bibir Arka.
"Cantik kan bintangnya? Tapi diantara jutaan bintang diatas, hanya ada satu yang paling terang," balas Arya dengan kalimat penuh makna itu.
Seulas senyuman terukir indah di bibir laki-laki bermarga Mahendra itu.
"Tapi bintang yang menurut Arka cahayanya paling terang justru letaknya paling jauh dan sangat sulit untuk Arka gapai," balasnya.
"Kenapa kita jadi bahas bintang, haha. Jagoan ayah baru pulang? Habis kemana?"
"Ajak Adira jalan-jalan ke pasar malam. Naik komedi putar, beli rambut nenek sama beli milkshake strawberry kesukaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Awan [on going]
Novela JuvenilSpin-off Laksana Hujan ⚠️ Harus siap baper ketika baca ini "Aku ingin seperti awan, yang dengan ikhlas nya mencintai hujan. Awan tak pernah marah meskipun hujan selalu memilih untuk kembali ke peluk bumi." Kisah sederhana tentang betapa ikhlas ny...