Setelah kematian Naruto, Sasuke kini benar-benar berubah. Karena kehilangan orang yang dicintai untuk ke-sekian kalinya, Sasuke terpuruk dalam kesepian dan kesendirian sekali lagi. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya lagi kali ini.
Hari ini adalah hari di mana Naruto dimakan. Banyak Genin, Chuunin, maupun Jounin. Ikut mengunjungi makam Naruto dan memberi doa, dan banyak dari mereka juga yang menangis didepan makamnya.
Selama pemakaman berlangsung, air mata Sasuke mengalir dengan sangat deras. Rasa sakit di dadanya masih terasa, andai waktu bisa diputar. Sasuke akan meminta maaf kepada Naruto sebesar-besarnya, dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Pemakaman selesai, semua orang kini pulang rumahnya masing-masing. Tapi tidak dengan Sasuke yang masih berdiam diri di depan makamnya Naruto, sambil menangisi Naruto yang sudah tidak ada di dunia ini.
"Apa kau menyesal, Sasuke?"
Suara tak asing terdengar ditelinga Sasuke. Kini Sasuke menghadap orang yang berbicara seperti itu, dia Neji dan Shikamaru.
"Kau menyesal 'kan? Karena menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus padamu. Dan kau? Kau malah memilih wanita lain, kau bahkan tidak menghargainya sama sekali,"
"Penyesalan selalu ada diakhir. Kau tangisi sampai matamu bengkak juga dia tidak akan kembali lagi padamu,"
"Berhenti menangis. Kau yang menyia-nyiakan nya mengapa pula kau yang menangis? Seharusnya orang yang disia-siakan olehmu lah yang harus menangis."
Mendengar ucapan Neji dan Shikamaru, Sasuke hanya menundukkan kepalanya dan sangat menyesali perbuatannya selama ini kepada Naruto. Ucapan mereka berdua itu benar, seharusnya Sasuke tidak menyia-nyiakan Naruto selama dia masih ada di dunia ini.
Sasuke hanya menganggap Naruto sebagai adik kecilnya, namun ketika beranjak dewasa, anggapan itu harus seketika berubah. Yang tadinya Sasuke hanya menganggap Naruto sebagai adik, kini dia menganggap Naruto sebagai kekasihnya.
Jujur saja, waktu ia kecil ia sempat merasakan ketertarikannya pada Naruto, bahkan sampai dewasa. Sialnya, wanita jalang itu memutuskan tapi hubungan kami, menyebabkan kerenggangan pada hubungan kami, jarang bertemu, jarang mengobrol, dan lain sebagainya.
Seharusnya, Sasuke tidak mendengarkan ucapan Sakura. Jika ia tidak mendengarkan ucapannya, Sasuke yakin pasti tidak akan terjadi seperti ini.
"Maa-"
"Kenapa minta maafnya kepada kami? Bukan kepada Naruto?"
Sasuke terdiam lagi, ia membalikkan tubuhnya memunggungi Shikamaru dan Neji, kemudian Sasuke menunduk kearah makam Naruto dan menangis seperti tadi.
"Naruto... Maaf... Maaf aku salah, jika bukan karena aku, kamu pasti tidak akan seperti ini... Maaf."
Setelah mengatakan permohonan maaf, Sasuke pun kembali ke rumah dengan perasaan yang sedih, dan tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini ia hidup dengan Naruto mempunyai banyak tujuan penting yang ingin dia capai, seperti menjadi Hokage.
Sayangnya, tujuan itu sudah tidak terlintas lagi dipikiran Sasuke. Yang Sasuke pikirkan sekarang hanyalah penyesalan, ia terus menyalahkan dirinya sendiri tentang apa yang ia lakukan pada Naruto sebelumnya.
Tanpa sadar Sasuke sudah berada di depan rumah milik Naruto, ia menginjakkan kaki jenjangnya kedalam rumah Naruto. Rumah Naruto yang awalnya nyaman, berisik, dan kadang indah. Kini menjadi sunyi dan tidak mengenakan hati.
Sasuke merebahkan tubuh lelahnya dan kemudian tertidur untuk mengistirahatkan pikirannya yang lelah.
Malam harinya Sasuke terbangun dengan perasaan yang sama seperti sebelumnya. Hampa dan merasa menyesal, ia benar-benar depresi setelah kehilangan Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise (END)
FantasyTerus menerus dibully dan diejek. Membuat anak berusia 8 tahun harus mengalami depresi ringan, dia bahkan tidak mempunyai teman ataupun orangtua, hidupnya sangat kesepian dan begitu hampa. Bahkan hidup saja tak ada arti baginya. Namun, seorang yang...