Bagian 9

2 3 0
                                    

Mikel datang begitu pagi dan tertidur sejenak di dalam kelas.

Fia sempat terkejut mendapati Mikel yang sudah datang lebih awal dari biasanya.

"Tumben Mikel datang cepat?" Batin Fia.

Fia langsung duduk di bangku sebelah Mikel dan menutupi silau cahaya yang masuk dari celah-celah ventilasi jendela kelas.

Mikel membuka matanya perlahan.

Dengan cepat Fia menurunkan tangannya. "Maaf, kamu jadi kebangun karena aku."

"Kenapa?"

"Aku mau minta maaf sama kamu."

"Jujur aku capek kamu gini terus ke aku, Fi."

"Ga ada yang perlu minta maaf. Kamu ga salah apa-apa."

"T-tapi..."

Mikel langsung beranjak dari tempatnya.

"Mikel."

Sontak Mikel berhenti melangkah.

"Jujur, aku masih nyaman hubungan kita seperti ini. Tapi aku ga nyangka kamu membocorkan semuanya ke teman-teman kamu."

Mikel berbalik badan dan tersenyum kecil. "Cuma teman dekat aku doang yang tau tentang hubungan kita."

"Tapi tetap aja aku ga mau siapapun tau, Kel. Kamu harus ngertiin itu dong."

"Tahan, Kel. Jangan sampai lo kebawa emosi." Batin Mikel.

"Bahkan aku ga pernah sekalipun ceritain hubungan kita ke teman dekat aku."

Mikel berdecih. "Berarti kamu ga nganggap aku ada?"

Fia langsung berdiri dari tempatnya. "B-bukan gitu, aku cuma..."

"Lah, tumben lo datang cepat Kel." Heran Nur yang baru saja datang bersama beberapa teman kelas lainnya.

"Bukan urusan lo." Mikel langsung keluar dari kelas.

"Idih, sewot banget tu anak. Kerasukan arwah kali ya."

Kayla yang juga baru datang menatap heran ke arah Fia.

"Benar dugaan gua." Batin Kayla.

Fia kembali ke bangkunya dan mengusap wajahnya pasrah.

Kring kring

Bel istirahat berbunyi, membuat kelas menjadi sepi.

Mikel duduk di bangku Ayu dan menatap lama ke arah Fia.

Fia yang sadar ada orang di sebelahnya langsung menoleh. "Kamu mau ngapain?"

Mikel mengambil jepit biru yang terselip di rambut Fia. "Sini tangan kamu."

Fia mencorongkan tangannya.

"Simpan dan jangan tunjukkan benda ini ke hadapan siapapun, termasuk aku."

"Kenapa?"

"Aku ga suka kamu pamerin barang orang lain di hadapan aku."

Fia yang mengerti maksud ucapan Mikel langsung menyimpan jepit tersebut ke dalam tasnya.

"Kamu suka bergadang akhir-akhir ini?"

"Hah?"

Tanpa aba-aba, Mikel meraba area bawah mata Fia lalu beralih ke pipi. "Tetap jaga kesehatan. Aku ga mau kamu sampai sakit mikirin pelajaran."

Fia mengangguk kikuk.

Tiba-tiba serombongan teman kelas datang secara bersamaan dan silih berganti menatap heran ke arah bangku Fia.

"Anjir, pemandangan macam apa ini?" Ujar Nur sangat syok.

Mikel masih memegangi pipi Fia.

"Ga mungkin 'kan si Fia selingkuh dengan modelan seperti Mikel."

"Ya kali woi, spek ambis beralih ke spek horor."

'HAHAHA'

Beberapa dari mereka tertawa terbahak-bahak.

Mikel menjauhkan tangannya dari wajah Fia dan beranjak dari sana.

"Jangan pergi." Fia menahan tangan Mikel.

Reza, Ayu, dan kedua teman Mikel baru saja datang ke dalam kelas.

"Woi Za, pacar lo ditikung si Mikel tuh."

Ingin rasanya Zaki menonjok wajah orang yang barusan bicara.

"Jaga omongan lo, bro!" Tegas Reval yang juga kesal mendengar penuturan teman kelasnya.

"Sejak kapan lo dekat sama dia, Fi?" Tanya Ayu penasaran.

Fia menghela napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk membuka suara. "Gua sama Mikel pacaran."

Sontak Mikel menatap tidak percaya ke arah Fia.

"APAA?!"

"WANJIR, KOK BISA?"

"Parah banget sih ini. Bisa-bisanya spek ambis kayak Fia dapat cowok aneh kayak Mikel."

"Lah, bukannya lo sama Reza udah pacaran ya?" Ujar Nur tidak terima.

"Gua sama Reza cuma teman."

Reza tersenyum hambar mendengarnya.

Fia langsung membawa Mikel keluar dari kelas.

Taman Belakang Sekolah

"Kamu kenapa senyum?"

Mikel menggeleng. "Gapapa."

"Kayak cewek jawabnya gapapa."

Mikel tersenyum senang. "Makasih."

"Buat?"

"Pas di kelas tadi."

Fia ikut tersenyum. "Makasih buat semuanya, Kel."

"Maksudnya?"

"Gapapa."

"Sekarang malah kamu yang kayak cewek."

"Memang asli cewek, Mikel."

Mikel terkekeh. "Iya, ya. Ya udah, aku aja deh yang cowok."

"Terserah kamu." Fia langsung merebahkan kepalanya di pundak Mikel. Ia juga mengapitkan tangannya di lengan kiri Mikel.

"Kenapa sekarang jadi manja gini?"

"Soalnya semalam aku baru nonton drakor. Jadi aku mau coba lakuin langsung."

Mikel menggeleng kecil. "Ada-ada aja kamu."

"Kamu juga ada-ada aja. Ngapain coba mau pergi tadi."

"Kapan?"

"Pas di kelas."

Mikel seketika merubah ekspresinya menjadi datar.

"Mau tadi atau kapan, aku akan tetap mengakui kamu ke semua orang dan tadi adalah kesempatan buat aku untuk jujur tentang hubungan kita."

Mikel mengusap pucuk rambut Fia. "Aku ga mau bikin kamu marah."

Fia menatap lama ke arah Mikel. "Justru selama ini aku ga ngertiin perasaan kamu. Maaf."

"Aku lelah kamu minta maaf terus ke aku. Kamu ga salah, okay?"

Fia mengangguk. "Pacarnya siapa sih kamu? Baik banget sama aku."

"Pacar yang nanya."

Fia tersenyum lebar. "Bisa aja, om."

Mikel langsung melototkan mata. "Om?"

"Iya, om-om pencuri hatiku."

"Dapat gombalan dari nonton itu juga?"

Fia menggeleng. "Bukan, ini aku searching dari mba-mba."

"Mba google?"

Fia mengangguk. "Itu kamu kenal."

Mikel kembali mengacak-acak rambut Fia gemas.

* * * * *

Tender Relationship-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang