Bagian 23

3 3 0
                                    

Seisi kantin dipenuhi oleh orang-orang yang sedang kelaparan.

"Bu'de, batagornya tiga."

"Tunggu sebentar ya dek."

Ayu mengacungkan jempol bertanda 'sip'

"Yu." Panggil Abram.

Ayu mengangkat sebelah alisnya bertanda 'apa?'

"Duduk aja, biar gua yang bawain makanannya."

"Ga deh, lo aja sana."

Abram mengacak-acak rambut Ayu sebentar. "Gua traktir deh, sana duduk. Ga pegel kaki lo?"

"Plis, ini jantung kenapa suka lari-larian sih." Batin Ayu.

"Hey, malah bengong. Gimana?"

Ayu menatap sejenak ke arah meja yang diduduki Fia. "Berdua aja, tuh Fia lagi telponan. Ga enak diganggu."

Abram ikut menatap ke arah Fia. "Ya udah, tapi kalau pesanannya lama, lo duluan aja ke sana."

"Hm."

Saat ada kesempatan, Abram langsung menggenggam erat tangan Ayu.

Sontak Ayu menatap lama ke arah tangannya yang di pegang oleh Abram.

"Lebih nyamanan seperti ini, biar ga bosan nunggu."

Ayu mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kenapa gua ga mau bicara? Apa gua mendadak bisu?"

"Masih belum ada jawaban?" Tanya Abram tiba-tiba.

Ayu langsung menyerjit heran. "J-jawaban apa?"

"Jawaban dari gua suka sama lo."

Ayu langsung melepas genggaman tangan mereka dan menoleh ke arah lain.

"Gua tetap bakal tunggu sampai lo benar-benar yakin dengan perasaan lo ke gua."

Ayu tidak lagi merespon ucapan Abram.

📞 Tante Elsa

"Setelah mendengar kabar ini, tante harap kamu bisa lebih sabar dan ikhlas dengan sikap mama kamu."

"Hm. Fia usahain."

"Tante ga maksa kok sayang. Semua itu keputusan kamu, kamu berhak menolaknya."

"Iya, tan."

"Semangat cantiknya tante."

Tut

Fia langsung termenung di tempat.

"Paling lagi telponan sama om-om."- Bella

"Sekarang?" - Indah

"Skuyy!" Ujar Santi bersemangat.

BRAKK!

Semua mata tertuju ke sumber suara.

Indah mendorong kuat meja kantin yang ditempati Fia.

"Woi anak sial, sini lo!" - Indah

Fia menatap ke sekeliling. Siapa yang barusan disebut kakak kelasnya itu? Begitulah pikirnya.

"Iya, lo! Anak pembawa sial dan wanita murahan!!" - Indah

Fia langsung berdiri dari duduknya. "Maksud lo apa, ya?"

"Bukannya memang begitu kenyataannya? Kenapa? Ga suka?" - Indah

Fia berusaha untuk menahan emosinya dan tersenyum singkat. "Gua ga tau apa mau lo, permisi."

Saat Fia hendak melangkah pergi, tiba-tiba Bella meluruskan kakinya sehingga Fia tersungkur jatuh ke lantai.

Bruk

Tender Relationship-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang