3.Orang Lama Masih Pemenangnya

377 96 72
                                    

3. Orang Lama Masih Pemenangnya


"SAKHA!!! BANGUN!!!"

Teriakan melengking dari Zavira tidak mampu membuat sang putra terbangun dari tidurnya.

"Bangun, atau mau Bunda siram kamu, hemm??"

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menjewer telinga Sakha cukup kencang.

"Awas!! Sakit, Bun."

Natalia Zavira, wanita itu tersenyum saat Sakha membuka matanya. "Udah siang nih!!" Zavira menunjuk arloji pada tangannya.

Dengan nyawa yang belum terkumpul Sakha menganggukkan kepada.

"Jadi kan anterin Bunda ke bandara?" Zavira mengusap lembut kepala anak semata wayang nya itu.

"Bunda jadi ke Singapura?" Sakha memasang wajah sedih.

Zavira tersenyum dengan lembut, "Jadi sayang."

Sakha menghela napas pasrah. Andai saja jika Vidi tidak meninggalkan sang bunda, pasti Zavira tidak harus menjadi tulang punggung keluarga.

Vidi Dewangga, lelaki itu berselingkuh dan memilih untuk hidup bersama selingkuhannya. Sampai kapanpun Sakha akan selalu membenci sosok itu.

Seolah mengerti dengan raut wajah Sakha, Zavira mengusap punggung sang putra. "Perusahaan kita harus ada yang urus, nak."

Sakha tersenyum dan mengangguk paham. "Setelah Sakha lulus kuliah. Sakha janji bakal urus semua perusahaan," Sakha mengecup telapak tangan Zavira.

Jika diluar, Sakha memang terlihat sangat dingin. Namun jika sudah bersama Zavira, Sakha terlihat lebih hangat.

Pandangan Zavira tertuju pada boneka kucing yang berada di samping Sakha. Zavira mengambil boneka tersebut.

"Loh, kamu tidur masih di temenin boneka ini?"

"Iya," Sakha nampak tersenyum.

Zavira tidak habis pikir,"Gamon terus!!" sindir Zavira.

"Dia begitu berkesan, Bunda."

Zavira menatap Sakha penuh sayang. Padahal gadis itu telah meninggalkan Sakha begitu saja, lagipula masih banyak gadis lain kan.

"Dia pergi tandanya ga baik,"

Zavira memutuskan untuk pergi dari tempat tidur Sakha. "Buruan mandi." Peringat nya sebelum benar-benar pergi.

Sakha mengusap rambutnya frustasi. "Sial, kenangan tentang lo sulit gue lupain."

_____

"Mati-matian ku membela mu di depan mereka..... walau sakit tetep ku percaya kau beda dari lainnya."

Suara pas-pasan dengan lagu bernada tinggi sangatlah menyiksa pendengaran semua orang. Iman bernyanyi dengan penuh percaya diri seolah-olah seorang penyanyi profesional.

"Udah Man,telinga gue sakit!!!" Zidan merebut mikrofon yang sedang Iman gunakan.

Iman berdecak kesal. "Anjir, lagi enak- enaknya nyanyi malah lo rebut," Iman kembali mengambil mikrofon itu.

SAKHA ADALAH LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang