Chapter 4 Tidak Sengaja

8 2 0
                                    


Hari ini Anna pergi ke kantor penerbit seperti hari sebelumnya, dia berdiskusi dengan kepala editor dan teamnya mengenai novel terbarunya yang akan dia rilis dalam waktu dekat ini. Dia datang untuk melihat sample buku yang sudah dicetak oleh pihak penerbit. Mereka kembali membahas strategi yang sudah mereka siapkan agar buku ini juga meledak dipasaran seperti buku-buku sebelumnya. Mereka juga sepakat untuk tetap merahasiakan identitas Anna karena Anna yang meminta untuk tetap menjaga identitas aslinya dari publik.

Pihak penerbit juga menyetujui hal tersebut karena antusias penggemar yang semakin bertambah saat penulis dari buku yang mereka suka menutup identitasnya rapat-rapat. Para penggemar terus menerka-nerka dan membuat teori baru setiap kali Anna menpublish buku baru. Rasa keingintahuan mereka membuat karya-karya Anna menguasai puncak best seller di berbagai toko buku secara offline maupun online. Selain marketing yang bagus, para ahli pun setuju kalau karya-karya Anna memang layak untuk menerima semua antusiasme para pembaca.

Mereka berdiskusi selama kurang lebih tiga jam sampai kepala editor memutuskan untuk menyudahi pertemuan mereka. Anna berpamitan kepada semua orang yang telah membantunya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada mereka sebelum pergi meninggalkan ruangan itu. Dia melirik jam tangannya dan ternyata sudah masuk jam makan siang. Anna mengambil ponselnya untuk melihat rekomendasi restoran terdekat. Anna melihat-lihat berbagai restoran sampai pilihannya jatuh kepada restoran korea.

Sudah lama dia tidak makan makanan korea, mungkin terakhir kali dia makan bersama adiknya. BBQ daging adalah pilihan terbaik untuk makan siang. Apapun makanannya jika ada daging didalamnya, dia bisa jamin makanan itu pasti enak. Anna memasukkan ponselnya ke dalam tas kembali agar dia bisa fokus berjalan. Semua orang yang bekerja mulai keluar dari kantor mereka masing-masing untuk mencari makanan sesuai selera mereka masing-masing. Begitu juga dengan dirinya.

Suasana kota mulai padat dengan mobil dan orang-orang uang berjalan kaki. Meskipun padat namun Anna tidak merasa terganggu sedikitpun. Dia malah menikmati semua keramaian ini karena dia benci sendirian. Dia benci kesunyian dan kesepian. Perasaan ditinggalkan dan diabaikan itu sampai sekarang masih menggerogoti hatinya yang paling dalam dan dia benci akan kenyataan itu. Masih segar diingatannya bagaimana semua orang menatap dirinya dengan tatapan hina dan mengancungkan telunjuk mereka kearah dirinya.

"Wah, ternyata sudah ramai." Ucap Anna saat melihat kedalam restoran korea.

"Selamat datang! Silahkan masuk! Masih ada tempat satu lagi disebelah sana."

"Ah, baik. Terima kasih." Jawab Anna dengan sopan.

Syukurlah dia masih dapat tempat untuk makan. Dia tidak sanggup lagi jika harus berjalan mencari restoran lain karena perutnya terus berbunyi dari tadi. Semua ini karena dia melewatkan sarapan tadi pagi, dia sudah kehabisan bahan makanan di rumah dan rencananya hari ini dia akan mampir ke supermarket terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Dia bahkan sudah membuat daftar belanjaan agar keuangannya bulan ini dapat teratur pengeluarannya.

"Permisi." Ucap Anna dengan sopan sambil duduk dihadapan seorang pria.

"Wah, kebetulan yang sangat aneh sekali." Ucap pria itu tiba-tiba.

"Maaf." Ucap Anna dengan bingung sambil menatap wajah pria itu.

"Apa ini yang dikatakan orang tentang takdir ya?" Tanya pria itu sambil tersenyum.

"Kau! Bagaimana bisa? Wah! Aku merinding sekarang!" Ucap Anna terkejut sambil menutup mulutnya yang terbuka.

"Kau juga terkejut kan? Sama aku juga terkejut." Ucap pria itu dengan senyum miringnya.

"Wah, aku tidak menyangka sekali." Ucap Anna masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Kau mau pesan apa?" Tanya pria itu dengan santai.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang