Yuna, terimakasih

89 11 0
                                    

Awali hari dengan berlatih untuk konser.

Ya, itu adalah kegiatan Yeji beserta teman-temannya.

Mereka berlatih dari jam 8 pagi tadi.

Dan sekarang tengah beristirahat untuk kembali mengisi energi.

Yeji menatap satu persatu dari mereka yang sedang berselonjoran sembari makan.

Tatapan yang diberikan sulit dijelaskan, disertai senyuman terpatri indah di wajahnya.

Lia yang sedang makan menyadari Yeji hanya diam pun mendongak.

"Yeji? Kau tidak makan?" tanya Lia sembari menyuapkan nasi dan ayam goreng kedalam mulutnya.

Yeji tersenyum tipis, "tidak, nikmati saja makanan mu, aku harus kebelakang dulu," setelah mengatakan hal itu Yeji beranjak menuju kamar mandi.

Disana ada cermin besar yang menampakan dirinya yang begitu menyedihkan.

Ia tersenyum sejenak lalu menunduk, menangis dalam diam sembari membayangkan betapa sakitnya ia harus meninggalkan semuanya.

Tak lama rasa sakit dikepalanya menghantam tiba-tiba, ia terhuyung kebelakang sembari tangan kanan yang memegang kepalanya.

Ia menggeram lalu meremat kepala bagian belakangnya yang terasa sakit luar biasa.

"Tuhan.. tolong... beri aku kesempatan untuk melihat mereka bahagia," gumamnya disertai sebuah bulir air mata jatuh membasahi pipinya.

Perlahan rasa sakit itu memudar, ia mengusap air matanya kasar dan segera mencuci tangan.

Ia kembali memasuki ruangan latihan disambut oleh tatapan Chaeryong yang kesal.

"Kak, kau dari mana saja? Kami disini menunggu mu," kesal Chaeryeong berkacak pinggang melihat Yeji yang malah cengengesan.

Yeji menghampiri mereka, "dari toilet."

Yeji meraba-raba pakainnya, "apa kalian melihat handphone ku?"

Lia dengan sebelah alis mengangkat menunjuk saku belakang Yeji, "itu apa?"

Yeji tersenyum hambar kala meraba  ponselnya ternyata ada disaku belakang, "terima kasih."

"Yasudah, ayo berlatih."

Tak terasa sudah jam 4 sore, Yeji dan Yuna pulang lebih dulu.

Saat di tangga Yeji terlintas ide untuk berfoto di salah satu dinding gedung.

Yeji berhenti melangkah diikuti Yuna yang berhenti dibelakanganya.

"Yuna? Apa kau bisa mem-foto ku disini?" tanya Yeji sembari mengeluarkan handphone miliknya.

"Tentu, mana handphonenya?" Yeji menyerahkan handphone miliknya kepada Yuna.

Tak sengaja kulit Yuna bersentuhan dengan kulit kering nan dingin Yeji.

"Kak, kulitmu terasa kering dan dingin, kau tidak apa-apa?" tanya Yuna yang menampilkan raut wajah khawatirnya.

Yeji gelagapan, "o-oh itu mungkin karena cuaca dan AC yang ada di gedung, haha iya itu," sanggah Yeji mencari alasan.

Yuna mengangkat kedua bahunya tak ingin memperpanjang percakapan, "baiklah, kalau begitu bersiap."

"Satu.. dua.. tig.."

Cekrek!

Satu gambar berhasil diambil dengan hasil yang cukup memuaskan.

Yeji tersenyum, "terima kasih Yuna."

Yeji.ofc_

Disukai 9837orangYeji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disukai 9837orang
Yeji.ofc_ taken by Yuna~️

lihat 3287 komen


^^^

Saat ini di dorm hanya ada Yeji, Yuna dan Chaeryeong.

Yuna sengaja mendatangi kamar Yeji lalu mengetuk pelan pintu kamar bercat merah muda itu.

"Kak? Apa aku boleh meminta bantuan?" ucapnya sedikit berteriak di pintu kamar.

"Iya Yuna, sebentar," sahut Yeji dari dalam.

Yeji keluar dengan senyum paksanya.

Untung saja tadi yeji melapisi lagi bibirnya dengan liptint, jika tidak ia akan ketahuan bibirnya pucat pasi.

"Minta bantuan apa?"

"Temani aku bermain game, kak Chaer sudah tidur, aku tak tega membangukannya."

Pandangan Yuna tak sengaja mendapati tangan Yeji yang memerah, "ini kenapa?"

"Terkena liptint, tidak apa apa, aku baik-baik saja," jawab Yeji bohong.

Setelahnya, Yeji tersenyum lembut sembari mengusap pelan pucuk kepala Yuna, "baik lah, ayo," ajak Yeji.

Yuna tersenyum senang, begitu pula dengan Yeji yang merasa ini waktu yang tepat untuk mengucapkan sesuatu.

Tak jarang mereka tertawa disela-sela permainan, menghabiskan waktu berdua selagi ada.

Setelah dirasa cukup, mereka menyudahinya.

Yeji menatap mata bulat bak kucing milik Yuna, "Yuna? Kakak mau bilang sesuatu, boleh?"

"Tentu, kenapa harus meminta izin?" tanya Yuna balik.

"Kalau kakak ada kesalahan, Yuna mau memaafkan kakak?" tanya Yeji dengan serius namun wajah yang berusaha biasa saja.

Yuna mengernyitkan dahinya, "tentu, Kenapa harus bertanya? Kan kata kakak kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain."

Yeji tersenyum hangat, "anak pintar," gumamnya dengan tangan kanan yang terangkat untuk mengusap lembut pucuk kepala adik tersayangnya.

"Baiklah, apa boleh kakak memelukmu?" tanya Yeji lagi.

"Tentu, kapan saja kakak meminta pelukan, aku akan bersedia," Yuna kemudian menarik Yeji kepelukanya.

Punggung Yeji dielus pelan oleh Yuna, sedangkan Yeji menahan tangisnya yang hampir pecah.

Setelah acara pelukan tadi, Yeji mengantar Yuna ke kamarnya.

"Baiklah Yuna, tidur yang nyenyak, ya. Besok kau harus menyambut pagi. Agar kita bisa bertemu para penggemar, bukan?" tanya Yeji sembari menarik selimut Yuna sampai batas dada Yuna.

Yuna mengangguk.

"Baiklah, apa perlu lampunya dimatikan?" tanya Yeji diambang pintu.

"Matikan saja, kak."

Yeji mengangguk, "baiklah, selamat tidur princess."

Yeji mematikan lampu kamar milik Yuna lalu menutup pintunya rapat-rapat.

Yeji kemudian kembali ke kamarnya dengan perasaan yang kacau, sebenarnya Yeji sedari tadi menahan rasa sakit dikepalanya yang kembali menghantam.

Ia terduduk didaun pintu, menangis sejadi-jadinya tanpa mengeluarkan suara.

Yeji rasanya ingin menyerah tapi seakan-akan pikirannya tentang para penggemar dan member seolah tak bisa meruntuhkan perjuangan agar bisa hidup sedikit lebih lama.

Ia bangkit menuju kursi belajarnya, kertas yang sempat ia sembunyikan tadi ia keluarkan lalu menulis beberapa kata dan pesan disepucuk kertas itu.

Tak sadar Yeji pun tertidur pulas dimeja belajarnya dengan alas kertas tadi.

Baiklah Yeji, selamat malam.

pergi tanpa pamit✔️ [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang