Warning: OOC!
Pagi menjelang siang, bukankah ini waktu yang tepat untuk beristirahat? Cuaca yang cerah dan tidak begitu panas, bikin suasana jadi nyaman bukan?
Inilah hari terbaik bagi seorang [Surname] [Name]. Dari pagi, ia bangun lebih awal dengan tubuh yang segar. Kemudian sarapan dengan makanan favoritnya, berangkat sekolah lebih awal, bertemu dengan teman-teman yang ramah. Bahkan [Name] juga mendapatkan nilai sempurna dalam tes matematika! Hari yang menenangkan tanpa ada masalah.
Sekarang [Name] sedang berjalan menuju kantin untuk membeli [your favourite snack]. Sesekali [Name] disapa oleh teman-temannya, seperti Vasco atau Janghyun. [Name] merasa seperti seorang tokoh utama sekarang.
Sesampainya di kantin, ia tidak menemukan masalah apa pun. Tidak ada duo JJ yang terus berkelahi sampai melempar objek-objek di sekitarnya, malahan sekarang mereka makan bersama dengan tenang. Tidak ada perdebatan antara Zin dan Haneul, tidak ada kejar-kejaran antara Seongeun dan Gimyung, dan tidak ada suara berisik dari Yohan dan Koji yang bermain game. Suasananya tenang, meskipun ramai karena para siswa sedang mengobrol. Tidak ada masalah.
Oh, kedua mata [Name] menangkap sosok tampan yang sedang duduk sendirian di salah satu meja kantin yang tidak jauh darinya. Itulah Park Hyungseok, sang pemeran utama dan crush [Name]. Hari ini pun dia terlihat tampan. [Name] hendak mendekatinya- Eits... Sebelum itu, [Name] memutuskan untuk membeli [your favourite snack] dulu. Makanan itu nomor satu baginya.
Berjalan dengan santai menuju meja Hyungseok, [Name] berencana untuk duduk di dekat Hyungseok dan mengobrol dengannya.
Tiba-tiba, sang heroine datang menghampiri si protagonis. Tentu saja, sang heroine itu bukan [Name]. Melainkan pacarnya Hyungseok, Choi Soojung. [Name] sempat lupa jika minggu lalu mereka baru pacaran. Mengapa bukan [Name] yang menjadi heroine? Mengapa Soojung? Mengapa bukan Haneul atau Mijin? Atau mungkin Kim Miru? Jaehye? Park Serim? Lim Lua? Mitsuki? Ya karena Soojung jauh anak yang baik, lebih cantik, lebih kaya, lebih seksi, dan lebih berbakat daripada [Name] dan gadis-gadis di sekolahnya. Mungkin inilah alasan kenapa Hyungseok lebih memilih Soojung. Karena ia ditakdirkan untuk menjadi sang heroine yang terus mendampingi sang protagonis. [Name] tahu bahwa dirinya ini memang karakter sampingan yang tidak mungkin akan terus bersama dengan sang protagonis.
Sialan.
Hati [Name] seperti tercabik-cabik sekarang. [Name] memutuskan untuk duduk di meja dekat Hyungseok. Terkadang [Name] tidak sengaja melihat kemesraan mereka. Duh, padahal tadi cuacanya cerah tuh, kok tiba-tiba panas. [Name] ingin di posisi Soojung saat ini dan selamanya. Hyungseok itu miliknya- eh tapi [Name] kan cuma temannya, kenapa mengaku-ngaku Hyungseok sebagai miliknya?
Setelah selesai memakan snack nya, [Name] segera meninggalkan kantin. Dengan perasaan yang seperti... Dahlah, [Name] berjalan perlahan menuju kelasnya. [Name] rasanya ingin pulang sekarang kemudian merebahkan dirinya di kasur sambil mendengarkan lagu Lana Del Rey yang berjudul "The Other Woman".
•
•
•
"[Name], lu marah?"
"Nggak, gue gapapa"
Pelajaran telah selesai. Semua siswa segera merapikan barang-barangnya dan pulang. Teman sebangku [Name], Lee Jihoon, bertanya kepadanya. Jihoon memasang wajah mengejek.
"Heh, keliatan banget mukanya. Jujur aja, lu pasti ketemu Hyungseok kan?"
"Ck..."
Jihoon adalah sahabat [Name] dari kelas 10. [Name] dulu orangnya pemalu. Sekarang... Ya tau sendiri lah. Jihoon satu-satunya orang yang mau berteman dengan [Name] waktu itu. Padahal dulu [Name] menganggap Jihoon sebagai orang yang pendiam, ternyata itu berkebalikan dengan anggapannya. Lelaki dengan tubuh tinggi dan surai yang ia warnai pink itu menepuk pundak [Name].
"Cup cup, cinta itu tidak selamanya indah dek"
"Udah ah, Hoon"
[Name] merasa kesal. Ia berdiri dari tempat duduknya. Jihoon sudah memasang ancang-ancang jika [Name] mengejarnya. Tapi [Name] tidak mengejarnya. Mereka berdua berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Mereka berbincang tentang sekolah ataupun hal-hal kecil yang tidak terlalu penting.
"[Name]"
Jihoon memberhentikan langkahnya. [Name] yang ada di sampingnya pun ikut memberhentikan langkahnya. [Name] menoleh ke arah Jihoon.
"Kenapa?"
"Lu... Ada waktu nggak?"
Jihoon menggaruk bagian belakang kepalanya. Menatap ke arah manik [your eye color] [Name].
"Umm... Ada kok. Mau ngapain?"
"Kita ke atap dulu yuk. Gue mau ngomongin sesuatu nih"
"Owh oke"
Mereka berdua berjalan menuju atap sekolah. Sesampainya disana, Jihoon membelakangi [Name] sambil mengusap wajahnya. [Name] menunggu Jihoon untuk berbicara.
"Hoon, kalo nggak penting gue pergi nih ya"
"Wait, wait, gue mau ngomong sesuatu. Ini serius"
Jihoon membalikkan badannya dan menatap ke arah [Name] dengan tatapan serius. [Name] juga menatap ke arah Jihoon. Dua pasang manik itu menatap satu sama lain.
"G-Gue... Ck gimana cara ngomongnya..."
Jihoon menggenggam pinggangnya dengan kedua tangannya. Ia menatap ke arah bawah dan menghela napas panjang. Kemudian ia menatap kembali ke arah [Name].
"[Name], ini gue bakal jujur. Kalo lu nggak setuju, jangan gibahin gue sama Haneul. Gue tau lu kadang gibahin gue pas sama Haneul. Kalau lu setuju, syukurlah"
"Eh ternyata lu tau gue suka ngegibah ama Haneul"
"Ya gitu lah"
Jihoon mengacak-acak rambutnya. Tak lama setelah ia mengacaknya, surai pink yang indah itu tersapu oleh angin. [Name] melihatnya dengan tatapan kagum, ia terpukau. Ia tidak menyangka bahwa visual Jihoon juga tak kalah tampan dari siswa-siswa tampan seperti Hyungseok dan Janghyun. Kenapa ia baru menyadarinya? Sial, jantung [Name] berdetak kencang sekarang.
"Aku..."
Ough, suaranya juga seksi ternyata. Padahal [Name] sudah mendengar suara Jihoon berkali-kali setiap hari. Mengapa ia baru menyadarinya? [Name] berusaha mempertahankan wajah datarnya. Bolehkah [Name] pingsan sekarang? Ia sudah tidak kuat lagi.
"Aku menyukaimu [Name]. Aku jujur dengan perasaanku. Ini bukan dare atau karena aku ingin menjahilimu. Aku sungguh-sungguh. Aku sangat menyukaimu, [Name]. Maukah kau... Umm... Jadi milikku?"
[Name] terpaku. Ia tidak bisa bergerak rasanya. Apa yang harus ia jawab? Apa dia menolaknya? Tapi [Name] juga ada rasa suka dengan Jihoon, sedikit. Tapi kalau ia ingin tetap mengejar Hyungseok- oh sudahlah buang saja mimpi bodoh itu. Jika Hyungseok saja tidak menolehkan kepalanya ke arahmu, terima saja orang yang serius bersedia bersamamu.
"Lee Jihoon, aku... Juga menyukaimu! Aku menyukaimu bukan karena Hyungseok pacaran sama orang lain dan kemudian melampiaskan perasaanku kepadamu. Tapi aku juga sangat, sangat menyukaimu"
Jihoon terkejut. Tangannya bergetar.
"Duh anjing, kok gue yang malu-malu sih"
"Tapi, apa kau... Yakin ingin denganku? Yang hanya seorang tokoh sampingan, tidak ada kelebihan apa pun?"
Tiba-tiba saja [Name] mengeluarkan kata-kata yang membuatnya terdengar seperti tidak yakin dengan ucapan Jihoon.
"Apakah kau ragu denganku?"
Bibir [Name] kaku. Mengapa ia berkata seperti itu? Sial, apakah Jihoon marah?
"Tokoh sampingan? Oh ayolah, kau terlalu banyak membaca novel. Kau mungkin adalah tokoh sampingan di sekolah ini, di dunia ini. Tapi kau lah sang protagonis di hati dan pikiranku!"
Oh? Apa yang barusan Jihoon katakan? Yang mengucapkan pun wajahnya memerah sekarang. Begitu juga dengan lawan bicaranya.
"A-Aku..."
Ucap [Name]. Hei, [Name] sudah hampir pingsan ini, siapa pun tolong dia T_T
"Jadi? Kau ingin menjadi protagonis... Di dalam hatiku?"
Accept it or not?
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U and Me (DG/L. Jihoon)
FanfictionKumpulan kisah cinta antara kamu dan seorang idol terkenal, DG WARNING: Mengandung spoiler, OOC, absurd, agak cringe, kata-kata kasar A Lookism fanfiction | DG (Lee Jihoon) x fem!Reader All characters belongs to Park Tae Joon