Unwell

309 41 3
                                    

Tok... Tok... Tok...

"Masuklah..."

"Hai Jihoon"

Seorang gadis memasuki kamar kekasihnya, Lee Jihoon atau yang dikenal sebagai DG. Kekasihnya yang seorang idol ini sedang dalam keadaan sakit dan sekarang ia sedang berbaring di atas ranjangnya. Karena hujan-hujanan setelah mengantar [Name] pulang kemarin, DG terserang flu.

"Oh halo [Name]"

DG menyapa [Name] dengan nada pelan. DG terlihat lemas di atas kasurnya.

"Pantesan kamu ga jawab telpon ku tadi pagi, ternyata sakit"

[Name] berjalan mendekati DG dan menaruh sekantung plastik di atas meja kecil dekat kasur DG. Karena penasaran, DG pun bertanya

"Apa itu?"

"Obat sama snack buat kamu. Kamu udah sarapan belum?"

"... Belum"

[Name] yang pandangannya terfokus pada kantung plastik tadi langsung menoleh ke arah wajah DG.

"APA?! KAU– Haah... DG, kamu itu lagi sakit, kenapa nggak sarapan?"

"Aku tidak bisa bangun"

"Kenapa tidak meminta tolong orang lain?"

"Tidak bisa dipercaya"

[Name] menghela napas panjang. Kemudian ia segera pergi meninggalkan DG. Namun aksinya tiba-tiba terhenti di dekat pintu.

"[Name], mau kemana?"

"Bikin bubur"

[Name] segera bergegas ke dapur apartemen DG dan meninggalkan DG di kamar sendirian.

"Buka mulutmu"

[Name] sudah kembali dengan membawa semangkuk bubur. Saat ini, ia sedang menyuapi DG dan [Name] duduk di kursi samping kasur DG. DG saat ini sedang dalam posisi duduk.

"... Enak"

"Aku gitu lho"

Ucap [Name] sambil menunjukkan smirk nya.

"Habis itu minum obat, istirahat. Jangan banyak gerak"

"Iya, Bu..."

Merasa buburnya sudah habis, [Name] pergi menuju dapur dan mencuci bekas mangkuk dan sendoknya.

Beberapa saat kemudian, [Name] kembali ke kamar DG lagi. DG masih dalam posisi yang sama.

"Ayo minum obat"

"Tidak mau"

[Name] merogoh kantung plastik tadi untuk mengambil obat. Namun DG menolak untuk mengonsumsinya.

"Kenapa Jihoon? Ayo, biar cepet sembuh"

"Obat ga enak..."

Sambung DG yang kemudian bersin.

"Kau ini..."

Setelah mendapatkan obatnya, [Name] kemudian duduk di sebelah samping kasur DG. DG langsung menutup mulutnya menggunakan selimutnya.

"Lee Jihoon, ayolah..."

"Aku baik-baik saja tanpa obat. Toh, besok aku bakalan sembuh"

"Kenapa se yakin itu?"

"Aku kan kuat"

[Name] menghela napas. Ingin rasanya ia ingin tertawa karena alasan konyol DG. Namun entah mengapa ia tidak bisa tertawa sekarang. Malahan rasanya [Name] ingin menjambak rambut DG, kemudian membuka paksa mulut DG dan memasukkan obat ke dalamnya.

"Jihoon, kamu nggak pengen di kasur terus kan?"

"Hmm"

"Kalau begitu, ayo minum obat dan beristirahat"

"..."

DG akhirnya menurut. Ia membuka mulutnya yang ia sembunyikan di balik mulutnya. [Name] memberikan obatnya kepada DG, kemudian DG menelan obat tablet tersebut. Setelah itu [Name] memberikan segelas air kepada DG dan DG meminumnya.

"Bagaimana?"

Tanya [Name]. DG pun mengernyitkan dahinya.

"Ga enak ah, besok gak mau minum lagi"

"Lu mau sembuh gak sih anjing? Gemes gue"

Muncul perempatan imajiner di dahi [Name]. Apa boleh memukul orang yang sakit hanya karena tidak ingin minum obat? Tentu tidak.

"Sekarang beristirahatlah, aku akan pu–"

"Jangan dulu..."

"Eh?"

DG memotong perkataan [Name]. Wajah seriusnya benar-benar menunjukkan bahwa ia menyuruh [Name] untuk tetap tinggal bersamanya.

"Tolong tinggal sebentar, hingga aku tertidur, ya?"

"Baiklah kalau begitu"

Pada akhirnya, [Name] duduk di kursi samping kasur DG sambil mengobrol sebentar dengannya.

"[Name]"

"Hm?"

DG memanggil [Name] yang kemudian dijawab oleh sang kekasih.

"Maaf... kalau aku merepotkanmu. Seharusnya aku tidak hujan-hujanan kemarin"

"Tidak apa, DG. Aku tidak keberatan merawatmu. Lagipula, kita bisa menghabiskan waktu bersama kan?"

DG mengangguk.

"Terima kasih, [Name]"

"Sama-sama"

Mereka melanjutkan perbincangannya. Hingga akhirnya DG tertidur di tengah perbincangan.

"Beristirahatlah, Lee Jihoon"

Selama tiga hari [Name] merawat DG, hingga akhirnya DG sembuh dari flu nya. Merawat DG tidak terlalu sulit. Namun menurut [Name], bagian tersulit nya adalah ketika [Name] hendak memberikan obat pada DG. DG selalu menolak untuk mengonsumsi obatnya, namun pada akhirnya dia menurut juga.

DG sangat berterima kasih kepada [Name]. Lain kali, ia akan lebih memperhatikan kesehatannya dan tidak merepotkan [Name].

Sampai akhirnya...

"[Name]?"

"Iya Jihoon...?"

"Kau pasti tertular dariku. Maaf"

"Ah bukan apa-apa kok"

"Sebagai tanda terima kasih, aku akan merawatmu, ya?"

"Ya baiklah, perlakukan aku dengan baik ya"

"Baiklah, tuan putri"

[Name] jatuh sakit dan kali ini DG yang merawatnya.

– Bonus

(Saat [Name] dan DG mengobrol)

DG: Hei [Name]

[Name]: Hm?

DG: Kayaknya kamu cocok pakai baju maid atau suster, pasti aku cepat sembuh–

[Name]: Jangan aneh-aneh, b*ngsat


End.

Just U and Me (DG/L. Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang