Prolog

33 5 0
                                    

Di bawah rintik hujan ini, aku Susanty Apriliani menunggu hadirnya sang mentari mengusir hujan yang turun membasahi bumi, cahaya nya yang terang akan menyirnakan segala kesedihan yang langit rasakan.

Dengan senyum aku menunggunya datang menjemput ku seseorang yang sangat berarti dalam kehidupanku, senyum terus saja mengembang kala mengingat setiap momen yang kami ciptakan.

Tapi ini sudah lama dari waktu yang sudah di tentukan, kemana dia pergi? Apa sesuatu terjadi padanya? Ah tidak! Aku menggelengkan kepala mengusir pikiran buruk yang baru saja hinggap dalam benakku. Mungkin saja saat ini dia sedang ada di suatu tempat berteduh karena ini hujan, tapi kenapa dia tidak mengabari aku?

Aditya Subagya, pria yang telah mengisi kekosongan hatiku selama tiga tahun ini, aku tahu kami masih sama-sama belia menjalin sebuah hubungan tapi perasaan itu tidak bisa kami bendung, aku dan Adit menjalin hubungan saat kami masuk bangku sekolah menengah pertama dan rencananya kami akan melanjutkan jenjang pendidikan kami di SMA yang sama.

Aku terlahir dari keluarga sederhana sedangkan Adit berasal dari keluarga yang sangat kaya, saat Ibunya tahu anaknya menjalin hubungan denganku tentu saja dia menolak dan  menyuruh aku untuk menjauhi putranya, aku akui memang tidak pantas bagiku untuk bersanding dengan pria seperti Adit tapi apakah salah mencintai seseorang?

Meski ibunya menolakku Adit tetap memilih bersamaku, menjalin hubungan denganku tanpa perduli seberapa keras Ibunya menolakku.

Hari ini adalah kelulusan kami, Adit berjanji akan  menjemput ku di taman dekat sekolah untuk pergi bersama merayakan hari kelulusan kami berdua.

Orang bilang cinta ini hanyalah sebatas cinta monyet tapi bagiku Adit  adalah cinta yang paling sempurna yang Ku miliki, dia tampan, baik dan sangat ceria.

Aku selalu bahagia berdua dengannya, dia tidak pernah bosan membuat aku selalu tertawa bahagia melupakan apa yang menjadi kesedihanku. Setiap kali aku terluka Adit lah yang akan merawat luka ku setiap kali aku di jahili Adit lah yang selalu melindungiku menjaga ku.

Cepatlah datang Adit, aku selalu merindukan senyum merekah di bibirmu. Aku memejamkan mata sembari tersenyum mengingat setiap senyuman nya, menenangkan dan memabukkan tidak pernah bosan menatap senyumannya.

Dering ponsel ku berbunyi aku melihatnya dan berharap Adit yang menelepon ku tapi setelah aku melihat layar di handphone ku menampilkan nama lain aku segera kecewa tapi tetap menerima panggilan teleponnya.

Baru saja aku menempelkan benda pipih itu di telingaku sebuah kalimat mampu membuat aku terpaku dan terdiam, serasa dunia ini hancur dan gelap.

Apakah ini semua nyata? Atau kah aku hanya bermimpi saja? Aku mencubit tanganku dan merasakan  sakit itu artinya ini adalah sebuah kenyataan.

Tidak ini pasti hanyalah sebuah mimpi!

**

Langkah kaki ku tergesa gesa untuk segera sampai di sebuah kamar dalam rumah sakit ini, kabar yang baru saja aku terima sungguh sangat memukul jiwaku, bagaimana bisa Adit mengalami kecelakaan dan aku tidak tahu?

Derai air mata sedari tadi terus saja menetes dari kelopak mataku bolehkah aku berharap bahwa ini semua hanya mimpi belaka?

"Susan" panggilan seseorang membuyarkan lamunanku

"Revin, dimana Adit?" Tanyaku

"Di ruang ICU"

Segera aku mengikuti langkah kaki Revin, dia membawa ku kesebuah lorong yang disana sudah ada teman temannya Adit dan juga orang tuanya.

Melihat kehadiranku Ibunya langsung menghampiri ku dan menamparku, aku merasa pipiku panas tapi aku hanya diam saja

"Ini semua gara gara kamu, kalau aja kamu gak minta Adit jemput kamu dia gak akan kecelakaan"

Aku mendongak, jadi Adit mengalami insiden ini saat ingin menjemput ku jika saja aku tahu aku tidak akan memintanya untuk menjemput ku dan kita akan  bertemu di tempat yang dia pilih.

"Sudah Ma, jangan salahkan orang lain. Ini adalah musibah"

Papa Adit menenangkan ibunya, aku tahu ini adalah salahku dan aku menyesalinya andai saja waktu dapat di putar aku akan memintanya agar tidak menjemput ku.

Aku hanya diam dan terisak saat Ibunya menyalahkan aku dan aku menerimanya, aku memang yang seharusnya di salahkan.

Revin memegang bahuku dan membisikkan sesuatu yang langsung membuat aku mengikutinya menjauh dari sana

"Ada apa?"

"Ini" dia menyodorkan sebuah kado dan juga coklat

"Ini dari Adit, sebelum dia gak sadarkan diri dia nyuruh gue buat kasih ini buat Lo" aku menerimanya di sana ada sedikit bercak darah

"Tadi gue gak sengaja lewat jalan sana dan liat orang-orang pada ngerubungin orang yang kecelakaan dan pas gue liat ternyata Adit"

"Adit titip pesan, kalau dia gak selamat dia minta buat Lo bisa bahagia tanpa dia, dia akan selalu menjaga dan melindungi lo"

"Lo ngomong apa sih Vin? Adit pasti selamat ko"

"Semoga saja"

Rion dengan terpogoh pogoh datang menghampiri kami, dari wajahnya aku melihat dia sangat sedih

"San, Vin, Adit dia .... Dia udah enggak ada"

Deggg,..

Rasanya jantung ini berhenti berdetak dan duniaku runtuh seketika, apa separah itu kecelakaan yang di Alami Adit hingga dia harus meregang nyawa?

Buru-buru aku menghampiri ruangan Adit disana Ibunya sudah menangis histeris memeluk putranya yang sudah tidak bernyawa.

Aku mematung, air mata ini terus saja mengalir aku memberanikan diri mendekati tubuhnya yang sudah pucat dan terlihat damai.

"Adit" suara ku tercekat, hanya isak tangis yang mampu aku Ucapkan

Dalam hati aku berdoa akan adanya keajaiban Tuhan, mengembalikan kehidupan nya yang sempat terenggut.

"Jangan tinggalkan aku" bisikku pilu, aku tidak akan sanggup jika Adit benar benar meninggalkan ku bagaimana kehidupan ku nanti tanpa senyumannya?

"Jangan sentuh putraku"

Aku terdorong setelah Ibu Adit mendorong ku keras, aku memohon padanya agar membiarkan aku berbicara kepada kekasih hatiku tapi Ibu nya sangat membenci ku dan tidak membiarkan aku mengucapkan kata terakhir untuk cintaku.

Hari itu adalah hari yang paling aku benci dalam hidupku, tanggal 20 yang syarat akan duka dan kekecewaan

Ibu Adit tidak membiarkan aku mengikuti prosesi pemakaman nya dan yang lebih menyakitkan aku tidak bisa lagi melihat senyuman terakhirnya sebelum dia pergi untuk selamanya.

Setelah semua orang pergi aku keluar dari persembunyian ku dan mengahampiri makam orang yang paling berharga dalam hidupku

"Adit" panggilku

Aku bersimpuh di depan makamnya, entah apa yang harus aku katakan saat ini aku hanya bisa menangis dan meratapi nasibku

Kenapa orang -orang yang dia sayang pergi meninggalkanku, pertama Ibu lalu Aya dan sekarang Adit cinta pertamaku, kini aku sendiri tanpa ada lagi seseorang yang berusaha melindungi ku dan menjaga ku.

"Kenapa meninggalkanku begitu cepat? Apa kamu lupa semua janji kamu untuk terus bersamaku?"

"Kamu jahat, pergi meninggalkan ku di dalam dunia kejam ini sendirian"

Aku menatap pusaranya disana tertera nama lengkap Adit tanggal kelahirannya dan juga tanggal kematiannya.

"Tolong kembali" raungku memeluk pusaranya erat menyalurkan semua emosi ku berharap dia mendengarkan dan kembali padaku.

Sebuah rasa hangat menjalar dalam tubuhku, entah perasaan apa tapi yang jelas perasaan ini selalu aku rasakan saat Adit berada di sampingku dan menenangkan aku di saat aku merasa sangat sedih

Aku tahu dia berada di sisiku aku dapat merasakan  kehadirannya

"Jangan bersedih, aku akan selalu ada bersamamu"

Cinta Untuk SusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang