Hampir tiga tahun telah berlalu, namun kejadian itu masih terus terngiang di dalam benak Susan, ada banyak luka, kesedihan dan juga kerinduan dalam diri Susan.
Tidak mudah baginya melupakan orang yang selalu ada di dalam hatinya, mungkin saja sampai mati pun dia tidak akan pernah melupakannya.
Sejak kematian Adit, Susan menjadi pribadi yang pendiam, suka menyendiri dan dingin. Bahkan di sekolah pun dia tidak memiliki banyak teman, hanya satu orang yang sampai sekarang masih mampu bertahan dengan semua sikapnya, dia adalah Mitha.
Namun dibalik itu semua, banyak sekali pria yang menyukainya bahkan mereka selalu mendekatinya tapi tidak pernah dia hiraukan, memang Susan memiliki paras yang sangat menawan mampu membuat siapapun terpikat dan merasa teduh menatap wajahnya, salah satunya adalah sang ketua OSIS, Barra Abimana.
Barra selalu mendekati Susan walau sudah beberapa kali dia menolaknya, meski begitu Barra tidak menyerah dia terus berjuang untuk mendapatkan hatinya pujaannya, walau pun dia tahu Susan adalah seseorang yang tidak mudah di sentuh hatinya tapi dia akan terus berusaha menaklukan hatinya dan menjadikan dia miliknya.
Barra menyukai Susan saat pertama kali memasuki sekolah, saat itu dia melihat sekilas senyuman Susan yang sangat memikat dan sampai saat ini dia tidak pernah melihat lagi senyuman manis itu, dan Barra bertekad untuk membuat Susan kembali tersenyum dan ceria kembali.
Karena selama mengenal Susan, Barra selalu melihat mata Susan yang muram dan seperti tidak memiliki tujuan hidup. Barra juga ingin mengetahui kenapa Susan begitu dingin.
Barra yakin Susan sebenarnya adalah pribadi yang sangat ceria tapi sesuatu pasti telah terjadi padanya, dan pemuda itu sangat penasaran dengan kehidupan gadis yang sudah memikat hatinya itu.
"Acha, pindah Sono" perintah Barra, Acha hanya memutar bola matanya malas.
"CK. Gak mau gue, lagian masih aja usaha udah di tolak berkali kali juga" ketus Acha tak terima selalu di suruh pindah ke belakang mereka.
"Udah deh Cha, namanya juga usaha"
Acha mengalah dia pindah duduk kebelakang dan Barra duduk di kursi di samping Susan yang belum terlihat datang.Biasanya gadis itu sudah ada di kelas dan tengah mengobrol dengan Acha meskipun yang banyak bicara adalah Acha, tapi hari ini gadis itu datang sedikit terlambat.
"Ngapain Lo duduk di kursinya Acha?" Tanya Susan yang baru saja sampai, nada suaranya terdengar dingin dan tanpa ekspresi sama sekali
"Gak ngapa ngapain cuman mau Deket sama Lo aja"
Karena terlalu malas berdebat akhirnya Susan mengalah dan membiarkan Barra duduk di kursi sahabatnya.
Sahabat? Masih pantaskah dia memanggil Acha sahabat? Sedangkan dia saja tidak terlalu peduli kepada gadis yang selama ini menemani kesendiriannya, apakah dia terlalu menutup diri kepada orang sekitar? Haruskah sekarang dia sedikit terbuka kepada temannya itu?
Susan menggelengkan kepalanya, ini adalah kehidupan nya suka tidak suka apa pedulinya? Jika memang mau bertahan silahkan dan jika memang mau pergi terserah, hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.
"Susan, coba deh Lo senyum dikit aja"
"Gak usah ngatur"
"Serius gue, Lo itu cantik kalau sering senyum" puji Barra tulus.
"Jangan rayu gue, gak akan mempan"
Barra hanya tersenyum dia sangat suka melihat wajah Susan yang kesal dengan tingkahnya, setidaknya Susan menunjukkan ekspresi sesuai dengan perasaan nya meskipun bukan itu yang Barra inginkan.
Seorang guru cantik masuk kedalam kelas menyapa semua murid di kelas nya dan memperkenalkan seorang murid baru, Susan nampak tak peduli dengan kehadiran anak baru itu sedangkan yang lain terutama kaum hawa sedang heboh karena mereka kedatangan siswa baru yang wajahnya sangat tampan dan pastinya dia akan menjadi idola sekolah setelah Barra.
"Perkenalkan nama gue Alfreandra Dewangga, terserah kalian mau panggil gue apa"
"Oke Alfreandra silahkan duduk di bangku yang kosong"
Dewangga mengangguk dan duduk di kursi belakang Susan, duduk berdampingan dengan Acha, Acha sendiri bersyukur karena Barra memintanya pindah kursi jadi dia mendapatkan hadiah yang luar biasa
"Hai" sapa Acha ramah, dia memang sangat ramah terhadap siapapun.
Dewangga hanya mengangguk dan tersenyum, sebetulnya dia tidak menyukai sekolah barunya apalagi ini tahun terakhir masa SMA tetapi karena suatu hal yang belum dia selesai kan Maka dia memutuskan untuk bersekolah disini.
Barra menatap kebelakang, menatap Dewangga sinis. Seolah dendam lama yang belum padam.
"Lo jangan deket-deket sama tuh anak baru, dia gak baik" Barra memperingati Susan yang tampak acuh saja, siapa juga yang mau berdekatan dengan anak baru itu? Pikir Susan.
Dewangga menghela nafasnya, jika saja dia tidak ada tujuan disini dia tidak akan mau bertemu teman lama yang masih mendendam padanya.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Susan
Teen FictionSusan berada dalam kebingungan, setelah bertemu dengan Dewangga yang mempunyai sifat yang sama dengan mantan pacarnya yang telah lama tiada, siapakah Dewangga sebenarnya?