"Dari mana saja kamu Dewangga?"
Sebuah suara menghentikan langkah kaki Dewangga dia menatap orang yang baru saja bersuara dengan baik enggan."Joging"
"Kamu harus ingat Dewa, kamu tidak bisa melakukan apapun yang kamu sukai tanpa seizin saya"
Dewangga tersenyum miris, ternyata arti keluarga tidak pernah dia dapatkan dari keluarga ini. Dia hanya lah sebuah alat untuk mencapai apa yang mereka inginkan dan tidak lebih.
"Saya tahu Pa, dan harus papa ingat juga tanpa saya semua ini tidak akan pernah anda dapatkan"
Papa? Apalah arti papa kalau sebetulnya tidak pernah ada kasih sayang dari orang yang dia panggil Papa.
"Sudah berani kamu ya?"
"Pa, sudah cukup" suara perempuan melerai pertikaian keduanya.
"Kamu urus anak ini, dia sudah berani membangkang kepada saya"
Surya Adiguna, orang yang Dewangga panggil Papa nyatanya hanyalah seorang pria paruh baya yang datang menikahi Ibunya tapi tidak mengharapkan kehadirannya,
"Dewangga" panggil Mama nya lembut.
"Udahlah Mah, dia memang gak pernah menyukai Dewangga dia hanya mencintai Mama tapi tidak mau menerima Dewangga sebagai anak tirinya"
Dewangga meninggalkan Mama nya, sudah cukup selama ini dia diam di perlakukan semau orang itu kali ini dia tidak akan diam lagi, dia akan melakukan apa yang dia sukai tanpa harus mendengarkan Papa tiri nya yang sangat egois itu.
Untuk apa dia hidup mewah bergelimpangan harta tapi dia tidak pernah merasakan adanya kasih sayang, kalau saja dia bisa memilih takdir dia pasti akan meminta agar tidak di lahirkan di keluarga yang penuh keegoisan dan ketamakan.
Dewangga mengunci pintu kamarnya dan mengacak rambutnya frustasi, seharusnya kehidupannya bahagia sekarang, harusnya hidup nya di penuhi dengan keceriaan.
Perasaan benci di dalam hatinya semakin hari semakin bertambah, di rumah mewah ini dia tidak bisa melakukan apa yang dia sukai dia harus berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Papa tirinya.
Dewangga duduk di kursi dan menatap foto yang terpasang disana, kejadian hampir tiga tahun lalu itu terus menari-nari dalam benaknya.
"Harusnya lo gak tiada" gumam Dewangga, menatap bocah yang seumuran dengannya di dalam foto itu.
Dia kembali menyimpan foto itu dan berbaring di ranjangnya, ingatannya kembali di kejadian hampir tiga tahun lalu yang merubah seluruh kehidupannya.
Handphone nya berdering dia melihatnya dan segera menekan icon hijau setelah tahu siapa yang menelepon nya.
"Hallo"
"...."
"Baiklah saya akan kesana segera"
Dewangga mematikan sambungan telepon nya dan menyambar jaket nya, dia keluar dari kamarnya dan melihat Mama serta Papa nya ada di meja makan, tanpa berpamitan dia pergi begitu saja rasanya sudah terlalu malas hanya untuk sekedar bertegur sapa.
"Lihat anakmu itu tidak tahu sopan santun sama sekali" sinis Surya
Inka hanya menatap putranya sedih, ini memang salahnya tapi dia bisa berbuat apa? Kekuasan Surya tidak bisa dilawan olehnya.
Dewangga menghentikan motornya di sebuah mansion besar, dia memarkirkan motornya dan membuka helm nya setelah itu dia langsung masuk ke dalam mansion itu semua para pekerja tampaknya sangat menghormati Dewangga.
"Tuan muda, anda sudah datang" Dewangga hanya mengangguk dan masuk kedalam sebuah ruangan, di sana seorang wanita yang sudah tua terbaring di tempat tidur dengan beberapa alat medis yang menempel di bagian tubuhnya.
"Oma" panggilnya lembut dan yang di panggil pun menoleh
"Dewangga" Oma Rima mencoba bersandar dan dengan sigap Dewangga membantunya.
"Kenapa Oma gak mau di bawa ke Rumah Sakit?" Tanya Dewangga.
"Oma gak mau ke Rumah Sakit, Oma cuman mau kamu tinggal di sini"
"Tapi Oma.."
"Dewangga, sampai kapan kamu akan tinggal di rumah itu? Oma tahu kamu gak bahagia di sana lebih baik kamu tinggal di sini dan Oma akan hidup dengan tenang"
"Iya nanti Dewangga akan tinggal disini tapi Oma aku mau mastiin sesuatu di sana"
"Mastiin apa?"
"Pokoknya Oma gak usah khawatir secepatnya Dewa akan tinggal disini sama Oma"
Dewangga menatap Oma nya dengan yakin, Oma Rima hanya menghela nafasnya entah kenapa cucunya kini lebih memilih tinggal di rumah itu padahal sedari kecil anak itu selalu tinggal bersamanya alasannya pun tidak pernah membuat Oma Rima puas.Dewangga seperti menyembunyikan sesuatu dari nya sejak kejadian itu dia hanya ingin tinggal di rumah itu dan meninggal kannya padahal selama ini dia begitu membenci orang-orang yang ada di rumah itu kecuali satu orang.
"Heh! Oke kali ini Oma gak akan maksa kamu buat pindah lagi kesini"
Dewangga hanya tersenyum dan menatap Oma nya dengan tatapan yang sulit di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Susan
Teen FictionSusan berada dalam kebingungan, setelah bertemu dengan Dewangga yang mempunyai sifat yang sama dengan mantan pacarnya yang telah lama tiada, siapakah Dewangga sebenarnya?