Susan menatap Bara heran, entah kenapa pemuda itu sedari tadi tersenyum-senyum menatap dirinya, apakah ada yang salah dengannya? Susan melambaikan tangan nya di depan wajah Bara mencoba menyadarkan pemuda itu agar tidak bersikap aneh.
"Bar, lo kenapa sih?" Tanya Susan
"Gue terpesona sama lo" Susan hanya mengernyitkan dahinya, terpesona katanya?
"Bar, udah deh jangan senyum-senyum kayak gitu takut gue liatnya" Bara menghentikan acara menatap nya dan duduk di samping Susan.
"Sumpah hari ini lo cantik pake banget"
Susan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Bara yang menurutnya sangat konyol, Susan hanya berdandan sedikit itu pun Acha yang memaksanya memang selama ini dia tidak pernah memperhatikan penampilan tapi dia memang sudah terlahir dengan kecantikan alaminya.
"Woy Bara! Minggir lo sana" Acha yang tiba-tiba datang mendorong Bara hingga pemuda itu malah memeluk Susan, keduanya berada dalam posisi itu dalam beberapa detik, Bara menatap mata indah Susan baru kali ini dia melihat mata Susan sedekat ini dan itu mampu menghipnotis Bara.
"Ekhem" suara deheman menyadarkan keduanya, Bara buru-buru kembali pada posisinya dan melihat siapa pelaku yang sudah membuyarkan momen romantis mereka.
"Ikut gue" Dewangga sang pelaku menarik tangan Susan membawanya keluar dari kelas dan membawanya ke area roof top
Susan hanya menurut mengikuti langkah Dewangga yang membawanya dia sedikit bersyukur karena Dewangga tadi datang, bukan karena dia gugup di hadapan Bara tapi kejadian tadi membuat dia tidak nyaman karena Bara menatapnya begitu intens.
"Ngapain kita kesini?" Tanya Susan pada akhirnya
"Biar bisa berduaan sama gue disini"
"Ih Dewangga! Seriusan bentar lagi bel masuk"
"Udah biarin aja kenapa sih? Lagian kelas pertama kita itu kosong para guru lagi pada rapat"
"Lo tahu darimana?"
"Gak sengaja denger tadi"
Susan hanya manggut-manggut memang dia juga tadi sempat mendengar kalau para guru akan mengadakan rapat untuk membahas ujian akhir tahun ini.
"San, gue boleh jujur gak?"
"Apaan?"
"Gue gak suka liat lo deket-deket sama si Bara"
"Lo berdua ada dendam apaan sih? Lagian gue mau berteman sama siapa aja bukan urusan lo"
"Ya gue gak suka aja"
"Kalau lo ada masalah sama Bara jangan libatin gue"
Susan heran sejak Dewangga pindah kemari dia sepertinya tidak menyukai Bara, apa mereka sebelumnya memang saling mengenal atau apa? Susan pun tidak tahu.
"Gue suka sama lo, sejak pertama kali masuk kesini" aku Dewangga
"Gue gak tahu ini emang perasaan suka karena gue emang cinta atau apa tapi setiap gue liat lo deket sama cowok ada perasaan gak rela yang gue rasain" lanjutnya.
Susan hanya diam tak menjawab pernyataan Dewangga membuat dia sulit mengeluarkan kata-kata, rasanya dia belum siap untuk membuka kembali hatinya dan menatanya.
"Lo gak perlu jawab, gue bukan lagi nembak lo kok gue cuman bicara sesuai apa yang hati gue rasa, jadi lo gak perlu jawab apapun anggap aja gue gak pernah ngomong kayak gitu"
"Kalaupun iya lo nembak gue, gue gak akan jawab Ya karena gue belum siap jadi pacar orang gue mendingan temenan aja lagian kan kita masih sekolah, fokus aja sama ujian akhir nanti"
"Oh ya, ngomong-ngomong soal ujian gimana kalau mulai hari ini sepulang sekolah kita belajar bareng?" Tawar Dewangga
"Boleh aja asal ajak Acha juga" Dewangga mengangguk dan tersenyum.
Suara speaker sekolah yang menggema mengumumkan kalau kelas pagi ini akan di kosongkan tapi bukan berarti mereka terbebas dari tugas tetap saja para guru sudah menitipkan tugas yang harus di selesaikan sampai jam pelajaran pertama berakhir, banyak yang mengeluh karena terlalu malas mengerjakan soal tapi ada juga yang bersemangat untuk mengerjakannya.
Seperti Susan kini dia sudah berada di kelas kembali dia sedang mengerjakan tugasnya, sebagai anak beasiswa dia harus bisa membuktikan kalau dia memang layak mendapatkan hak itu, karena banyak orang di luar sana yang kurang beruntung menginginkan agar mendapat kan beasiswa supaya bisa melanjutkan jenjang pendidikan nya, selain karena Susan adalah anak beasiswa dia juga sedang mengejar beasiswa untuk masuk universitas untuk itu dia harus mendapatkan hasil ujian yang sangat memuaskan.
Susan tahu dia tidak akan mampu membiayai kuliah nya sendiri, apalagi sekarang zaman serba mahal maka dari itu dia harus mendapat beasiswa itu untuk mewujudkan impian orang tuanya yang menginginkan dia menjadi seorang yang berilmu tinggi dan melihatnya wisuda menjadi sarjana nanti, akan tetapi keinginan melihat nya memakai toga dan mendapat gelar sarjana tidak akan tercapai karena orang tuanya telah tiada namun Susan yakin orangtuanya akan bahagia diatas sana melihat dia sukses nanti.
Melihat Susan yang semangat belajar membuat Dewangga tanpa sadar tersenyum memperhatikan, entah ada magnet apa dalam diri Susan membuat Dewangga enggan memalingkan tatapannya dari wajah Susan yang tengah serius mengerjakan soalnya padahal itu hanya ulangan harian saja.
"Woi, liatin Susan Ampe gak ngedip lo" Riyan menyenggol bahu Dewangga membuat dia tersadar dan hanya tercengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Abisnya muka dia bikin candu" jawab Dewangga membuat Riyan menggelengkan kepalanya.
"Dosa lo, liatin dia kayak gitu"
"Dosa pun tak apa yang penting bisa menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa"
"Bisa ae lo Bambang".
Susan menoleh kearah keduanya karena merasa dia di perhatikan, dia mengedikan bahunya saat Dewangga tersenyum padanya dan kembali melanjutkan mengerjakan soal yang beberapa soal lagi akan selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Susan
Teen FictionSusan berada dalam kebingungan, setelah bertemu dengan Dewangga yang mempunyai sifat yang sama dengan mantan pacarnya yang telah lama tiada, siapakah Dewangga sebenarnya?