05

4 0 0
                                    

"San, tadi malam gue liat Lo jalan sama Dewangga!" Ujar Acha saat dia baru saja duduk di kursinya.

"Emang, tapi gue juga gak tahu gimana ceritanya dia udah ada di depan rumah gue dan maksa gue pergi"

Tentang kejadian semalam, akhirnya keduanya memutuskan untuk makan sate di pinggir jalan. Sungguh jika saja Dewangga tidak membawanya kesana Susan tidak akan pernah kembali mengingat kenangan itu, dan mengenai dengan apa yang Dewangga katakan semalam dia hanya mengatakan nya asal menebak saja karena melihat reaksi Susan yang sepertinya memiliki masa lalu yang kurang baik.

Susan memahami itu karena kalau dipikirkan memangnya Dewangga tahu darimana kisah masalalu nya? Kalau Acha menceritakan nya itu tidak mungkin, karena Acha bukanlah orang yang akan menggosipkan sesuatu apalagi mengenai teman dekatnya walaupun kenyataannya dia itu suka sekali dengan gosip apalagi tentang pria tampan di sekolah.

"Kok Dewangga tahu rumah Lo? Gue aja gak tahu rumah Lo dimana" keluh Acha.

"Gue juga gak tahu Cha"

"Kapan-kapan ajak gue main ke rumah lo dong San"

"Bukannya gue gak mau Cha, tapi rumah gue gak layak buat kalian"

"Ish, jawaban lo selalu aja kayak gitu. Emang seburuk apa sih rumah lo? Gue yakin kok bakalan betah di sana"

Susan hanya tersenyum, sebetulnya itu bukan lah alasannya dia hanya tidak mau kenyamanan nya di rumah terganggu karena sering nya kedatangan tamu apalagi jika Bara tahu rumahnya dapat di pastikan pemuda itu akan datang kerumahnya setiap hari tetapi apa salahnya memberi tahu kan Acha bukan? Dia sudah memutuskan untuk bisa menjadi remaja lainnya.

"Yaudah, nanti kita kerumah gue kalau lo ada waktu"

"Besok malam aja gimana? Sekalian gue nginep" seru Acha bersemangat.

"Nginep? Emang orang tua lo gak bakal nyariin?"

Acha tersenyum masam, siapa sangka gadis seceria Acha adalah anak yang broken home orang tuanya sibuk bekerja sehingga dia selalu ditinggalkan sendirian di rumah dan hanya di temani ART saja, bahkan saat Acha sakit pun mereka masih memperdulikan pekerjaannya di bandingkan anak mereka sendiri.

"Mereka sibuk kerja"

Susan paham meski Acha tidak menceritakan nya tapi dia tahu bagaimana rasanya bedanya dia tidak dapat lagi melihat kedua orang tuanya sedangkan Acha sedikit beruntung masih dapat berkomunikasi dengan mereka walau pun orang tuanya seperti itu.

"Gue yakin kok Cha, orang tua lo sayang sama lo"

Acha kembali tersenyum ceria gadis itu mampu menyembunyikan kesedihannya di balik senyum ceria nya sedang kan Susan hanya mampu memendamnya dalam wajah yang sangat datar.

Acha dapat melihat perubahan dari sahabatnya, kini Susan bisa tersenyum dan berbicara banyak padanya, dia tidak tahu apa yang membuat Susan berubah tapi Acha bisa mensyukuri itu. Susan sebetulnya adalah anak yang sangat ceria tapi dia banyak sekali menyimpan kesedihan dan Acha bisa merasakan apa yang Susan rasakan tapi Acha tidak pernah memperlihatkannya di depan orang banyak cukup dia menangis di dalam kamar saja sudah cukup.

Itu sebabnya mengapa dia selalu ingin bersama dengan Susan karena pada hakikatnya orang yang memiliki luka yang sangat dalam bukan untuk di jauhi tapi untuk di rangkul dan di pahami, Acha pun paham soal itu karena dia pun menginginkan hal yang sama.

"Cha, maafin gue ya kalau selama ini gue selalu cuek sama lo" Acha tersenyum manis ini kali pertama nya Susan meminta maaf atas sikap nya selama ini.

"Santai aja kali Bestie, gue ngerti kok"

Keduanya akhirnya berpelukan, mulai hari ini mereka berjanji akan selalu berbagi kesedihan, kesenangan bersama-sama.

Ternyata memang benar jika kita mengikhlaskan sesuatu yang tidak bisa kita miliki maka kita akan mendapatkan lebih daripada itu, Susan sedikit menyesal kenapa dia baru sekarang membuka mata dan hatinya yang nyatanya dunia tidak sekejam apa yang ada di pikiran nya selama ini.

Di kejauhan Dewangga menatap mereka, ada rasa senang dalam hatinya melihat Susan kembali menjadi gadis ceria Sama seperti dulu.

Cinta Untuk SusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang