"Seokjin, jika eomma bahagia, kau juga akan bahagia kan?"_Yoona"Iya"
"Seokjin, ibumu sedang depresi, jadi jangan pernah buat dia sedih ya"_Siwan
" Iya"
Seokjin mengerjapkan matanya perlahan ketika seberkas sinar mentari menyapanya yang masih tidur terlelap, pemuda itu menatap jam dinding yang ada di kamarnya, pukul 06.00 tertera disana. Pemuda itu bangkit menjadi duduk, menatap sebentar pada kamar hitam putihnya dan beranjak ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke sekolah.
Tak membutuhkan waktu lama, pemuda itu kini sudah memakai seragam sekolahnya dengan rapi dan berdiri di depan cermin riasnya. Matanya yang kelam menatap pantulan tubuhnya di dalam cermin dengan senyum yang mengembang, apalagi ketika melihat wajahnya yang sudah rupawan bak pangeran di negeri dongeng.
Setelah merasa puas akan penampilannya, seokjin segera keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan, wajahnya yang tadi mengembangkan senyum kini luntur seketika ketika melihat atensi kakek dan neneknya yang tengah duduk di ruang tamu sambil menyantap beberapa kudapan pagi dengan di temani secangkir teh yang masih mengepul.
"Apakah dengan tinggal berdua saja bersama ibumu membuatmu menjadi anak pemalas, seokjin?" Ujar Im Jin Young dengan sarkas
"Nikmati saja kudapan pagimu kakek, dan jangan pedulikan aku" Jawab seokjin dan melangkah lebih cepat menuruni anak tangga
"Ibumu ada di dapur, aku heran mengapa dia masih mau menyiapkan sarapan untukmu padahal ada puluhan maid dirumah ini" Kata young lan sambil meminum teh hangatnya
Seokjin hanya bergumam sebagai tanggapan dari ucapan neneknya, pemuda itu melangkah menuju dapur dan benar saja, di sana dia dapat melihat yoona tengah berkutat dengan sebuah teflon di depannya, jika dilihat mungkin wanita itu tengah membuat pancake.
"Pagi eomma" Sapa seokjin sambil memeluk yoona dari belakang yang membuat wanita itu terkejut
"Aish, kau membuat eomma terkejut" Kesal yoona dan mencium sebentar pipi putranya sebelum kembali fokus pada pancake yang dibuatnya "kau sudah menyapa kakek dan nenekmu kan?"
Seokjin melepaskan pelukannya, pemuda itu berjalan mendekati meja makan dan menaruh asal tasnya diatas meja dan duduk di kursi "sudah. Aku sedikit heran, bukankah mereka bilang akan membiarkan kita hidup mandiri di rumah ini, tapi mengapa mereka malah sering kemari?"
"Biarkan saja, mungkin mereka hanya merindukanmu"
Seokjin hanya mencibir sebagai balasannya, pemuda itu mengambil anggur yang tersedia di meja dan memakannya, sedangkan matanya terus menatap punggung kecil yoona yang masih sibuk dengan pancakenya.
Ada segaris senyum terlihat di bibir pemuda itu. Dia senang ketika ibunya sudah sehat lagi. Bertahun tahun setelah perceraian itu, yoona mengalami depresi berat dan mengharuskannya di bawa ke rumah rehabilitasi, membuat seokjin tak memiliki cukup banyak waktu untuk bersama ibunya. Dan kini, tiga tahun sudah yoona di nyatakan sembuh, mereka bisa bertemu lagi, menjalin hubungan ibu dan anak lagi, menata hati kembali dan berakhir membangun rumah ini untuk di tempati mereka berdua_atas ijin dari kakek tentu saja.
"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu?" Tanya yoona sambil menaruh pancake buatannya diatas meja, tepat di depan sang putra
"Eomma, tentu saja" Jawab seokjin dengan senyum menggoda
"Aish, kau ini" Kesal yoona dan memukul pelan bahu seokjin "jangan menggodaku, goda saja pacarmu"
"Pacarku nomer dua, sedangkan eomma tetap cinta pertamaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart
Fanfiction"Untukmu yang selalu kucinta dari dulu, sekarang, dan masa yang akan datang" Seokjin selalu menjadi anak yang baik, dia tak pernah sekalipun menentang perintah ibunya, menjadikan sang ibu nomer satu di hidupnya. Tapi apakah dia bisa selalu seperti i...