Kedua orang itu berjalan beriringan di trotoar, menikmati hembusan angin yang tak bisa dikatakan segar karena sudah tercampur banyak polusi kendaraan, tapi agaknya hal itu tak mempengaruhi kedua orang tersebut untuk terus melangkah sambil berbicara ringan.
"Nenek menyebalkan bukan?" Ujar seokjin sambil menuntun jisoo mendekati sebuah taman sambil menunggu motor seokjin yang ada di bengkel tambal ban
"Tidak"_jisoo menundukkan kepala. Sebenarnya iya, tapi dia tak ingin menjelekkan nenek seokjin di depannya, bagaimanapun wanita tua itu ingin yang terbaik untuk cucunya meski tindakannya sedikit berlebihan
Sebenarnya jisoo lelah menghadapi keluarga seokjin yang sedikit keterlaluan memperlakukannya, tapi meski begitu dia tak pernah mengeluh pada seokjin karena itu bukan tabiatnya.
Seokjin yang melihat jisoo hanya menunduk segera menghela nafasnya, pemuda itu melangkah lebih cepat dan berdiri tepat di hadapan gadis itu sambil merentangkan kedua tangannya kedepan "nah, pangeran tampan mu siap di peluk" Seru pemuda itu sambil tersenyum manis
"Dasar anak kecil" Ucap jisoo dan menghindari pelukan seokjin, meski tingkah kekanakan kekasihnya itu sedikit membuat hatinya menghangat.
"Eh kenapa? Kau tidak butuh pelukanku ya? Apakah mentang mentang tubuhku sudah tidak gemuk lagi kau jadi tidak mau memelukku?" Ujar seokjin merajuk yang membuat jisoo segera menarik tangan seokjin untuk pergi ketika melihat tatapan jijik dari orang lain
Namun hal itu bisa membuat jisoo tertawa
Iya
Sesederhana itulah hubungan mereka, tidak perlu kisah yang rumit dan mencekik, cukup saling menguatkan, saling membuat tertawa dan berjuang bersama."Mau ku gendong? Kau pasti lelah meladeni nenekku yang kelewat cerewet itu" Tawar seokjin dan bersiap berjongkok di depan jisoo
"Tak perlu, aku tidak lelah"
Seokjin mendengus, pemuda itu mengambil sebatang rokok dari saku jaketnya dan menyalakannya. Tapi belum sempat dia menghisapnya, rokok itu sudah terlempar ke tanah karena di tepis oleh jisoo
"Sudah kubilang berhentilah merokok, kau bisa mati muda jika terus mengonsumsi benda beracun itu"
"Iya sayang, dasar cerewet. Aku hanya akan berhenti merokok jika ada kau di sampingku, tapi jika suatu saat nanti kau berani meninggalkanku, maka aku akan merokok sepuas yang kumau"
Jisoo tersenyum tipis, apa jadinya seokjin tanpa dirinya? Pasti sangat kacau
Dan apa jadinya jika dia tanpa seokjin?
Jisoo yakin dirinya pasti akan menjadi gila. Karena hanya dengan mendengar suara tawanya dan melihat tingkah konyolnya, jisoo dapat menahan semua beban yang ada di pundaknyaMeskipun rasanya seperti di neraka, tapi asalkan ada seokjin, semua akan baik baik saja. Meskipun keluarga seokjin begitu rewel, pendidikan mencekiknya dan tekanan batin dari ibunya, semua itu bisa terlupakan ketika dia menggenggam lengan seokjin dengan erat.
Seokjin lahir dengan keluarga yang broken home, ibunya gila selama bertahun-tahun dan tinggal bersama kakek dan neneknya yang otoriter.
Sedangkan jisoo berasal dari golongan orang berkasta tinggi, setiap perkataan dan perilaku di amati dengan baik, dia harus melakukan segala sesuatu dengan sempurna tanpa meninggalkan celah sedikitpun.
Mereka teman masa kecil, sahabat, saudara, dan kekasih hati. Beban yang dilimpahkan keluarga sudah mereka tanggung sejak dulu. Tapi saat mereka bersama, semuanya akan baik baik saja.
Saat bersama seokjin, jisoo merasa tetap bisa bernafas diantara tekanan untuk menjadi 'si paling sempurna'
Dan saat bersama jisoo lah, seokjin merasa memiliki alasan untuk tetap hidup. Coba bayangan betapa beratnya hidup seokjin selama ini. Ibunya gila dan dia harus tinggal bersama orang orang yang otoriter, tak bisa melihat ayahnya meski di lilit rindu yang mencekik, maka jisoo lah satu satunya pemanis diantara pahitnya kehidupan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart
Fanfiction"Untukmu yang selalu kucinta dari dulu, sekarang, dan masa yang akan datang" Seokjin selalu menjadi anak yang baik, dia tak pernah sekalipun menentang perintah ibunya, menjadikan sang ibu nomer satu di hidupnya. Tapi apakah dia bisa selalu seperti i...