1. Sang Tuan Muda

6.4K 190 8
                                    

"Tuan Muda, kita sudah sampai," ucap sang pengemudi sembari menghentikan laju mobil mewah yang memang ia kemudikan.

Sosok tuan muda yang duduk di kursi penumpang belakang pun secara perlahan membuka matanya yang memang terpejam sepanjang perjalanan. Sang tuan muda yang bernama Leonard Mitch Lucien. Leonard pun segera turun dari mobil begitu pintu mobil dibukakan. Seketika terlihatlah sosok tuan muda yang terlihat memiliki tubuh tinggi dan wajah yang sangat rupawan. Namun, sorot matanya terlihat dingin. Seakan-akan tidak membiarkan orang-orang dengan mudah mendekat padanya.

Seorang kepala pelayan yang bernama Gilbert segera menyambut kedatangan Leonard. Ia pun memberikan hormat dan berkata, "Selamat datang, Tuan Muda."

Leonard pun mengangguk sekilas dan mengamati kediaman yang sudah lama tidak ia lihat. Kediaman mewah tersebut memang sudah Leonard tinggalkan. Tepatnya selama dirinya mulai menempuh pendidikan dari sekolah menengah atas hingga jenjang S2-nya selesai. Semua jenjang pendidikan itu memang ia tempuh di luar negeri. Baru kali ini dirinya kembali ke rumahnya setelah sekian lama.

Leonard melangkah masuk ke dalam kediaman mewah tersebut dan melihat deretan pelayan yang berbaris rapi menyambutnya. Namun, Leonard segera memberikan isyarat pada Gilbert. Lalu para pelayan pun segera membubarkan diri setelah memberikan hormat pada Leonard. Setelah itu Leonard pun bertanya pada Gilbert, "Di mana yang lain?"

"Tuan Besar, Nyonya Besar, dan Tuan Muda Jared tengah tidak berada di tempat. Mereka masing-masing tengah memiliki pekerjaan. Karena Tuan Muda pulang tanpa memberikan kabar, ketiganya tidak bisa membatalkan jadwal dan tidak tahu kepulangan Tuan," ucap Gilbert.

"Toh, aku memang tidak ingin sambutan apa pun. Terlebih dari mereka. Itu memuakkan," gumam Leonar tidak peduli.

Leonard lalu melangkah menuju arah di mana kamarnya berada. Meskipun Gilbert mendengar gumaman Leonard tersebut, ia sama sekali tidak terkejut. Sebab ia tahu, jika hubungan Leonard sama sekali tidak baik dengan keluarganya. Hal itu terjadi semenjak ayah Leonard menikah dan memiliki istri baru tak lama setelah ibu Leonard meninggal. Karena itulah, Gilbert memilih untuk tetap diam.

Begitu Leonard tiba di kamarnya ia bisa melihat jejak upaya Gilbert menjaga kerapian dan kebersihan kamarnya itu. Leonard pun duduk di sofa dengan nyaman, sementara Gilbert segera memberikan arahan pada pelayan pria yang memang membawakan barang milik Leonard yang terlihat tidak terlalu banyak. Hanya ada satu tas berukuran sedang dan satu koper. Leonard masih terlihat memejamkan matanya di sofa, saat para pelayan terlihat merapikan barang-barangnya dengan cepat serta rapi.

Tak lama, mereka pun menyelesaikan tugas mereka di bawah pengawasan Gilbert. Setelah itu Gilbert pun bertanya, "Apa Tuan Muda memerlukan seseorang untuk menyiapkan dan membantu Anda membersihkan diri?"

Gilbert pun membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya yang tampak tinggi dan terlihat bersih. "Tidak. Aku akan mandi sendiri. Tapi aku sekarang membutuhkan sedikit minuman keras dan camilan. Bukankah ada minuman keras berkualitas yang tersimpan di gudang?" tanya balik Leonard.

Gilbert mengangguk. "Saya akan menyiapkan minuman yang cocok untuk Anda nikmati di situasi ini," ucap Gilbert.

"Perintahkan saja pelayan untuk melakukan hal itu. Untukmu, pergilah dan rapikan ruang belajarku. Sebab aku akan segera menggunakannya," tambah Leonard yang segera disanggupi oleh Gilbert. Tentu saja Gilbert segera undur diri dengan para pelayan.

Sementara Leonard pun melepaskan kancing kemeja yang ia kenakan untuk membuat dirinya bisa bernapas lebih lega. Hal itu membuat dada bidangnya mengintip dan menggoda siapa pun yang melihatnya. Leonard pun kembali memejamkan matanya. Tampak begitu lelah karena dirinya sudah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan demi tiba di rumah yang terasa sangat asing ini.

"Permisi, Tuan Muda. Saya datang untuk menyajikan minuman dan camilan untuk Anda."

Leonard agak mengernyit dan terjaga saat dirinya mendengar suara manis yang samar-samar di balik pintu kamarnya. Masih dengan mata terpejam, dirinya bisa mendengar jika sosok yang ia yakini sebagai pelayan yang ditugaskan oleh Gilbert sudah memasuki kamar dengan langkah yang penuh dengan kehati-hatian. Lalu pelayan itu berhenti di dekat meja yang memang berada di dekat Leonard dan meletakkan nampan dengan hati-hati di atas meja tersebut.

Biasanya Leonard tidak akan memiliki ketertarikan mengenai hal seperti ingin melihat wajah pelayan yang melayaninya. Namun, suara manis yang ia dengar sebelumnya, memunculkan rasa penasaran. Menggelitik dirinya untuk melihat wajah pelayan yang membuatnya tergugah tersebut. Pada akhirnya Leonard membuka matanya dan ia pun melihat seorang pelayan yang memang baru saja akan berdiri dengan tegap.

Saat itulah Leonard bertanya, "Siapa namamu?"

Pelayan itu tampak terkejut dan menatap Leonard. Tersadar dengan kelancangannya, pelayan yang memiliki paras yang manis itu pun menunduk dan berkata, "Saya Erin, Tuan."

Leonard mengamati gadis muda yang mengenakan seragam pelayan yang sangat khas tersebut. Lalu Leonard pun semakin yakin, jika gadis pelayan tersebut memanglah memiliki wajah yang manis. Leonard pun menyeringai tipis. Sadar jika saat ini dirinya merasakan ketertarikan yang besar terhadap gadis yang berada di hadapannya ini. Tanpa banyak kata, Leonard pun menarik tangan pelayan itu hingga jatuh berbaring di atas sofa.

Leonard pun mengurung gadis manis itu di bawah tindihan tubuhnya. Tentu saja hal tersebut membuat Erin merasa terkejut sekaligus panik dibuatnya. Ia pun berseru, "A, Apa yang terjadi? Kenapa Tuan Muda melakukan hal ini pada saya?!"

Leonard yang mendengar pertanyaan tersebut pun mendekatkan wajahnya pada wajah manis Erin yang tampak begitu pucat karena kepanikan yang ia rasakan. Leonard pun terkekeh pelan. "Kenapa kau terlihat panik seperti itu? Biasanya para wanita malah berlomba untuk menempel padaku. Tapi, kau malah terlihat sangat tidak ingin berada di dekatku, itu membuatmu semakin menarik saja," bisik Leonard membuat Erin semakin panik.

Erin pun menggeleng dan mencoba untuk mendorong Leonard menjauh. "Tu, Tuan Muda, saya mohon menjauhlah. Saya harus segera kembali untuk mengerjakan tugas saya yang lain," ucap Erin terdengar putus asa.

Tentu saja Erin masih berusaha untuk menjauhkan Leonard darinya. Namun, hal itu sangat sulit untuk ia lakukan. Sebab sesaat kemudian Leonard mencium bibirnya. Lalu mendesak untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Erin. Itu adalah pengalam pertama baginya, dan itu terasa sangat mengejutkan untuk ia terima. Saking mengejutkannya, ia bahkan hanya bisa terdiam kaku.

Leonard pun menghentikan usaha ciumannya dan menatap Erin yang terlihat berlinang air mata. Dengan kelembutan yang juga mengejutkan bagi dirinya, Leonard menyeka air mata yang hampir menetes di ujung mata Erin. Sungguh, ini terasa sangat menghibur. Leonard sendiri bingung karena dirinya belum pernah berada dalam situasi seperti ini.

"Tidak perlu takut, Erin. Aku sama sekali tidakakan melukai dirimu. Aku malah berniat baik, dan ingin mengajakmubersenang-senang dan bermain denganku. Aku yakin, kau benar-benar akan merasasenang dengan acara bermain ini," ucap Leonard lalu menunduk dan mengecuprahang Erin dengan lembut. Membuat wajah Erin seketika memerah dan detakjantungnya melonjak naik karena kontak fisik yang sangat tidak terduga tersebut.






.

.


Karena Mimpi Panas 3 menuju ending, jadi Mimi upload cerita penggantinya setelah selesai nanti yaw.

Terlibat Gairah Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang