25. Karena Mencintaimu

976 124 8
                                    

Dengan perawatan yang tepat dan perhatian yang diberikan oleh Leonard, kondisi Erin pun bisa membaik dalam waktu yang sangat cepat. Saat ini, suhu tubuh Erin sudah turun dan napas Erin bahkan sudah bernapas dengan benar. Namun, ia masih berada di bawah pengaruh obat, hingga dirinya masih terlelap dengan nyenyak. Setelah memastikan suhu tubuh Erin, Leonard pun bangkit dari kursinya.

Leonard ke luar dari kamar dan melihat Fadel yang baru saja merapikan beberapa bahan makanan yang sudah ia beli atas perintah Leonard. "Saya sudah merapikan semuanya, Tuan. Tapi, karena tidak ada lemari pendingin, saya rasa semua sayuran yang saya bawa tidak akan bertahan lama," ucap Fadel.

Leonard mengangguk. "Tidak apa-apa. Toh semuanya akan segera dimasak. Sekarang kau bisa pergi," ucap Leonard.

Setelah Fadel undur diri, Leonard pun melangkah menuju dapur. Sebenarnya, rumah yang disewa oleh Erin tersebut tidak terlalu besar. Sebab itu adalah rumah yang hanya memiliki satu kamar, lalu ruang tamu, dapur yang menyatu dengan ruang makan, serta kamar mandi. Leonard mengambil celemek, dan dirinya pun mulai bersiap untuk memasak.

Meskipun berstatus sebagai seorang tuan muda, ia bukanlah seseorang yang manja. Terlebih, sebelumnya dirinya tinggal di negeri orang. Membuat dirinya memiliki berbagai pengalaman dan kemampuan. Salah satu kemampuan yang ia miliki tak lain adalah kemampuan memasak. Bahkan, bisa dibilang Leonard sedikit andal dalam memasak.

Sebab dulu, Leonard sendiri terkenal sebagai seseorang yang memiliki kemampuan memasak yang baik di tengah teman-temannya. Hal itu membuat Leonard selalu mendapatkan kepercayaan dan tugas untuk memasak ketika berkumpul dengan rekan-rekannya. Jadi, Leonard memiliki kepercayaan diri untuk menyiapkan santapan untuk Erin. Leonard tersenyum tipis, saat dirinya mengingat perkataannya pada Dion tadi malam.

Terkait dirinya yang mengaku bahwa Erin adalah istrinya. "Jika seperti ini, aku benar-benar seperti seorang suami yang tengah mengurus istrinya yang tengah hamil dan sakit," gumam Leonard lalu dengan terampil mulai menunjukkan kemampuan memasaknya.

Tak memerlukan waktu lama, aroma harum pun mulai memenuhi rumah kecil tersebut. Membuat Erin yang baru saja terbangun dari tidurnya mengerjapkan matanya. Ia tampak memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan nyawanya sepenuhnya, dan masih mengerjapkan matanya menatap langit-langit kamarnya. Erin tampak mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Namun, Erin cukup kesulitan. Sepertinya karena pengaruh demam, ia hanya mengingat semuanya dengan samar-samar. Erin mengubah posisinya dan tersadar jika masih ada jarum infus yang terpasang pada punggung tangannya. Lalu saat itulah Erin pun mengingat apa yang terjadi tadi malam. Erin membulatkan matanya karena sangat terkejut.

"Jadi, yang tadi malam bukan halusinasiku?" tanya Erin pada dirinya sendiri.

Lalu beberapa saat kemudian, Erin dikejutkan dengan Leonard yang membawa nampan makanan ke dalam kamar. Jika Erin masih memasang ekspresi yang sangat terkejut, maka Leonard terlihat sangat tenang. Ia bahkan duduk di kursi yang masih di dekat ranjang, dan meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas.

"Bagaimana kondisimu saat ini? Apa ada yang terasa sakit?" tanya Leonard sembari mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Erin.

Namun, Erin secara refleks menjauh dan membuat keningnya mengernyit dalam. Sebab jarum infus melukai punggung tangannya. Leonard pun menghela napas. Ia menyiapkan kapas alkohol, lalu berkata, "Biar kulepaskan infusmu."

Leonard memang bisa melepaskan infus tersebut, sebab sebelumnya dokter sudah meninggalkan kapas dan beberapa peralatan lain yang dibutuhkan saat melepaskan infus tersebut. Dokter juga meninggalkan pesan, bahwa jarum infus bisa segera dilepas ketika cairan infus sudah habis. Erin terlihat ragu, tetapi ia membiarkan Leonard untuk melakukan hal tersebut. Leonard melakukannya dengan terampil, dan berhasil melepasnya dengan rapi serta tidak meninggalkan rasa sakit.

"Lihat, kau terlalu kurus, Erin. Kau harus meningkatkan berat badanmu," ucap Leonard sembari mengamati pergelangan tangan Erin yang ia genggam. Tampak begitu kurus.

Erin pun menarik tangannya dengan kasar dan menatap Leonard dengan penuh rasa kewaspadaan. "Kenapa kau bisa masuk ke dalam rumahku? Terlebih bersikap seperti kau adalah pemilik rumah ini? Kau bukan tuan muda di rumah ini," ucap Erin menekankan jika dirinya tidak akan memperlakukan Leonard seperti dulu lagi.

Saat Leonard akan mengatakan sesuatu, Erin pun menggeleng dan berkata, "Tidak, aku tidak ingin mendengar apa pun. Lebih baik kau pergi saja. Aku tidak ingin terlibat lagi denganmu."

Sebenarnya, Leonard senang karena Erin sudah berbicara dengan melepaskan bahasa formalnya. Wajar saja, karena Erin saat ini sudah tidak lagi menjadi seorang pelayan di kediaman Lucien. Hanya saja Leonard kesal karena kini Erin terkesan mengusir dirinya. Betapa sangat berani, dan menyebalkannya sifat tersebut. Namun, Leonard malah tersenyum.

"Sayangnya, aku tidak akan pergi. Aku tidak akan pergi tanpa membawa ibu dari calon pewarisku," ucap Leonard sembari menyeringai.

"Berhenti membicarakan hal yang tidak kumengerti, dan pergilah," ucap Erin menegaskan kembali jika dirinya tidak ingin melihat Leonard lagi.

Sayangnya, Leonard tentu saja tidak ingin menuruti Erin begitu saja. Ia pun berkata, "Jika kau tidak mengerti, maka aku hanya perlu membuatmu mengerti. Aku menjelaskannya dengan baik. Sekarang, kau tengah mengandung calon pewarisku. Karena itulah, aku akan pergi dengan membawamu serta."

Tentu saja Erin yang mendengar hal itu merasa jika Leonard hanya mengatakan hal tidak masuk akal. "Omong kosong, aku hamil? Itu benar-benar hal yang tidak masuk akal," ucap Erin.

Tampaknya Leonard sudah memperkirakan jika respons itulah yang akan ditunjukkan oleh Erin. Karena itulah ia pun mengeluarkan sebuah amplop dari saku jasnya dan menyerahkannya pada Erin. Tentu saja Erin segera membuka dan membaca isinya. Ia pun terkejut karena ternyata itu adalah hasil lab dari tes urin dan darahnya. "Ini mustahil," ucap Erin terlihat sangat terkejut.

"Kau pasti berpikir jika obat kontrasepsi akan membuatmu tidak mengandung. Tapi, semua obat yang kau konsumsi sebenarnya bukanlah kontrasepsi. Melainkan obat placebo atau juga disebut obat kosong yang tidak memiliki kegunaan apa pun," balas Leonard.

Erin masih terlihat sangat terkejut, hingga dirinya tidak bisa bereaksi. Jadi, Leonard pun segera berkata, "Jika kau memang masih tidak percaya, aku akan menyediakan test peck."

Erin meremas hasil lab yang masih berada di tangannya, lalu ia pun menatap netra hijau milik Leonard. "Kenapa kau sengaja melakukan hal tersebut? Apa kau memang sengaja untuk mempermainkan diriku dan membuat hidupku sulit? Apakah belum cukup membuatku tidak bisa mendapatkan pengakuan atas identitasku, sekarang kau juga akan membuat anak ini terlahir dengan nasib yang menyedihkan yang sama denganku?" tanya Erin.

Leonard terlihat dengan sangat jelas bahwa Erin saat ini tampak begitu marah. Erin sendiri segera melanjutkan perkataannya, "Anak ini, memiliki darah dari imigran gelap. Ia tidak akan pernah bisa menjadi seorang pewaris dari keluarga bangsawan yang sangat terhormat seperti dirimu."

Erin pun tidak bisa menahan diri untuk menangis, teringat dengan semua penghinaan yang ia dapat selama tinggal di kediaman keluarga Lucien. Jelas, Erin takut jika anak yang ia lahirkan ini akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang ia terima. Terlebih, sebelumnya Otto sudah menegaskan jika Erin sama sekali tidak memiliki tempat di sisi Leonard. Erin tahu, jika Otto tidak mungkin senang dengan keberadaan anak yang berada dalam kandungan Erin ini.

Semua pikiran ini membuatnya merasa sangat takut dan tertekan. Leonard dengan lembut menarik Erin dalam pelukannya dan mencium Erin tepat pada bibirnya. Tentu saja, Erin memberikan perlawanan. Dirinya tidak ingin sampai Leonard berpikir, bahwa dirinya masih berada di bawah kuasanya. Namun, tubuh Erin tidak bergerak sesuai dengan perintahnya.

Sebab tubuh Erin sudah mengenali sentuhan tersebut. Mereka menjerit merindukan Leonard yang sudah lama tidak memberikan sentuhan seperti itu. Leonard mencium Erin untuk beberapa saat sebelum melepaskannya dan berbisik, "Aku mencintaimu, Erin. Sangat."

Pernyataan cinta tiba-tiba tersebut tentu saja membuat Erin yang mendengarnya terkejut bukan main. "A, Apa?" tanya Erin secara refleks.

Membuat Leonard yang merasa terhibur melihatekspresi terkejut tersebut, tidak bisa menahan diri untuk tertawa dibuatnya.Lalu Leonard kembali mengecup bibir Erin dan berkata, "Karena aku mencintaimu,maka kita harus hidup menjadi keluarga dan hidup bersama untuk selamanya."

Terlibat Gairah Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang