18. Kehadiran

1.4K 110 9
                                    

Karena tidak mendapatkan panggilan dari Leonard untuk memberikan pelayanan malam, Erin yang baru saja selesai mandi memilih untuk segera tidur saja. Erin ingin segera tidur dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah ini. Untungnya, meskipun Erin tidak digaji, Erin tetap mendapatkan ruangan pribadi yang nyaman. Para pelayan di kediaman Lucien ini memang masing-masing memiliki ruangan tidur sendiri.

Mereka tidak berbagi kamar. Hingga bisa beristirahat lebih nyaman dan memiliki privasi. Namun, kamar mereka semua berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama di mana para majikan tinggal. Bangunan tersebut berupa asrama di mana kamar satu dan yang lainnya saling menempel. Meskipun tidak terlalu luas, tetapi setiap ruangan tetap saja terasa nyaman untuk ditinggali.

"Oh nyamannya," ucap Erin saat dirinya sudah berbaring di atas ranjangnya. Meskipun tidak selembut kasur milik Leonard, ini sudah lebih dari cukup bagi Erin untuk beristirahat. Jadi, Erin pun mulai memejamkan matanya saat dirinya menarik selimut untuk melindungi tubuhnya dari suhu dingin malam.

Tak membutuhkan waktu lama, Erin pun jatuh ke dalam dunia mimpi. Sebab dirinya memang sangat lelah hari itu. Mumpung dirinya memang tidak memiliki tugas, maka karena itulah Erin ingin memanfaatkan waktunya untuk beristirahat sebaik mungkin. Erin sudah benar-benar terlelap, saat seseorang memasuki kamarnya dengan langkah yang begitu perlahan. Sosok itu naik ke atas ranjang dan menyusupkan tangannya ke bawah selimut Erin dan menyentuh Erin.

Karena Erin terbiasa tidur tanpa menggunakan bra, dengan mudah buah dada dan puncak dadanya dipermainkan. Membuat gairah Erin menggeliat untuk terbangun, sekaligus membuat Erin terbangun dari tidurnya tersebut. Erin tentu saja terkejut bukan main saat dirinya sadar dan sudah ada seseorang yang menindihnya. Jelas ia berontak dan ingin berteriak. Namun, sebuah suara seketika menenangkan Erin.

"Ini aku, Erin."

Lalu Erin mengerjap, beruasaha untuk beradaptasi dengan pencahayaan kamar yang minimalis. Pengaturan wajib yang memang harus dilakukan sebelum Erin tidur. Erin pun membulatkan matanya saat dirinya sadar siapa yang menindih dirinya tersebut. "Tu, Tuan Leonard? Kenapa Anda datang ke mari?" tanya Erin dengan suara serupa bisikan.

Leonard mengangkat salah satu alisnya dan balik bertanya dengan suara berbisik, "Kenapa kau berbisik seperti itu?"

Erin merasa sangat gelisah di bawah tindihan Leonard, dan karena itulah Leonar pun mengubah posisinya untuk duduk. Erin sendiri ikut duduk dan berhadapan dengan sang tuan muda. "Berbeda dengan kamar Tuan, kamar para pelayan di sini sama sekali tidak kedap suara. Saya takut, jika kedatangan Tuan ini bisa didengar oleh orang lain yang tinggal di kamar sebelah."

Leonard terdiam, dan dirinya pun mengangguk. "Aku mengerti. Tapi, itu bukan masalah. Bukankah bercinta dengan kondisi itu semakin menantang? Jadi, berikan aku pelayanan malam di kamarmu ini, Erin," ucap Leonard lalu melepaskan pakaian yang dikenakan olehnya sendiri.

Lalu menyerang Erin dengan memulain acara bersenang-senang tersebut dengan mengulum puncak dada Erin yang terlihat karena sudah menegang, ditambah dengan gaun tidur Erin yang cukup tipis. Leonard pun mengulumnya dengan masih dilapisi dengan gaun tidur Erin. Hal tersebut membuat Erin merasakan sensasi baru yang tentu saja terasa sangat menyenangkan, dan memabukkan. Jika saja Erin tidak sadar, sudah dipastikan Erin akan mengerkspesikan kenikmatan tersebut dengan mengerang.

Erin menggeleng panik. Jika terus seperti ini, rasanya Erin tidak akan lagi bisa menahan erangannya. Terlebih, saat Leonard sudah mulai menggoda area intimnya menggunakan jemainya yang sangat terampil. Dengan susah payah, Erin pun berusaha untuk tidak bersuara terlalu keras dan berkata, "Tu, Tuan, saya tidak tahan lagi."

Leonard pun mengangkat wajahnya dan bertanya pada Erin, "Apa kau ingin mengerang? Apa ini terasa nikmat?"

Leonard bertanya tanpa sedikit pun mengendurkan semua sentuhan dan godaan yang ia berikan terhadap Erin. Tentu saja itu semua semakin membuat Erin menggeliat, karena sensasi yang sangat menyenangkan dan mendesaknya untuk mendapatkan sebuah pelepasan yang sangat luar biasa. Jika seperti biasanya, Erin pasti tidak bisa mengendalikan dirinya, saat dirinya mendapatkan pelepasan. Sebab itulah Erin menatap Leonard dengan sangat gelisah.

Erin mengangguk. "Ini terasa nikmat, ta-tapi saya tidak bisa menahan erangan saya," ucap Erin hampir menangis karena merasa sangat frustasi dibuatnya.

Leonard yang mendengar jawaban jujur tersebut pun tersenyum dibuatnya. Ia pun mengecup puncak payu dara Erin beberapa kali, semakin membuat Erin bergetar dalam pelukan gairah yang ia rasaan. Lalu Leonard mendekatkan wajahnya pada Erin. Ia berkata, "Kalau begitu, mari kita berciuman. Dan kita memulai kegiatan menyenangkan ini."

Leonard dan Erin pun memulai ciuman mereka. Seperti apa yang dikatakan oleh Leonard, keduanya pun bergelung di atas ranjang. Saling memburu kenikmatan dengan semangat dan penuh gairah yang sangat membara. Lagi, keduanya pun menghabiskan malam bersama dan menambah kenangan penuh gairah yang menyenangkan. Hanya saja, Erin melupakan satu fakta penting.

Karena berpikir bahwa dirinya tidak akan memberikan pelayan malam pada Leonard, ia tidak meminum obat kontrasepsi yang diberikan oleh Gilbert padanya. Karena terlibat dalam gairah yang menyenangkan, Erin pun tidak mengingat hal tersebut. Ia terlihat menikmati malam tersebut, hingga Erin tidak sadar bahwa dirinya sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal.









***








Erin menempukan tubuhnya yang setengah berbaring tertelungkup di atas meja penyimpanan jam-jam mahal milik Leonard. Dengan Leonard yang menyatukan diri mereka dari arah belakang. "Eungh," erang Erin saat merasakan hentakan Leonard yang terasa begitu semangat. Hingga terasa begitu dalam dan kuat.

Sama seperti Erin yang tengah terengah-engah karena kegiatan tersebut, Leonard juga terlihat sangat menikmati kegiatan tersebut. Lalu beberapa saat kemudian, keduanya sama-sama mendapatkan pelepasan yang memuaskan. Leonard tidak segera melepaskan penyatuan tubuh mereka. Ia menunduk dan menciumi pipi Erin dengan lembut sembari mengamati ekspresi yang menghiasi wajah wanita yang berstatus sebagai pelayan pribadinya tersebut.

Setelah sama-sama bisa mengumpulkan tenaga, keduanya pun berdiri saling berhadapan. Setelah itu, Erin yang masih terlihat memerah dan napasnya terengah-engah, berusaha untuk mengerjakan tugasnya dengan membantu Leonard mengenakan dasi. Mengingat, jika tadi Leonard bercinta dengannya sudah dengan mengenakan pakaian formalnya. Sebab sebentar lagi, Leonard akan berangkat untuk bekerja.

"Beberapa hari ke depan, aku akan sibuk karena pekerjaan yang menumpuk. Karena itulah, selama aku belum memiliki waktu, kau bisa beristirahat dan tidak perlu memikirkan pelayanan malam," ucap Leonard.

Erin yang sudah menyelesaikan simpul dasi Leonard pun mengangguk paham. "Saya mengerti, Tuan," balas Erin patuh.

"Ah, satu lagi. Sepertinya, apa yang kau mimpikan akan terwujud lebih cepat," tambah Leonard membuat Erin seketika teringat dengan awal permulaan kesepakatan tersebut. Atau lebih tepatnya apa yang dijanjikan oleh Leonard kepadanya.

"Apa Tuan tengah membicarakan kartu identitas saya?" tanya Erin mengkonfirmasi terlebih dahulu. Walaupun sebenarnya jantung Erin saat ini tengah berdetak dengan sangat keras.

Leonard mengangguk, sukses membuat Erin menampilkan ekspresi penuh kebahagiaan yang begitu tulus. Leonard yang melihatnya tentu saja tersenyum tipis. Rasanya, meskipun akan sangat lelah mengurus banyak hal dimulai dari pengambil alihan perusahaan, kekuasaan, hak waris, dan suksesi gelar bangsawan untuk menjadi pemimpin keluarga, semuanya akan impas. Mengingat, semua itu akan membat Erin semakin sering tersenyum dengan tulus seperti ini.

"Benar, aku tengah dalam proses suksesi dan mengurus semua itu. Jadi, aku akan sangat sibuk," ucap Leonard.

"Semoga semua yang Tuan kerjakan lancar," balas Erin dengan tulus mendoakan bahwa Leonard tidak menghadapi kesulitan apa pun dalam menjalankan semua rencananya.

Mendengar hal itu, Leonard terdiam. Sebab rasanya sudah sangat lama dirinya tidak mendengar seseorang mendoakan dirinya dengan sangat tulus seperti ini. Leonard pun tanpa sadar melembutkan tatapannya pada Erin. Hati dan diri Leonard sudah terbuka sepenuhnya untuk Erin. Sebab dirinya sadar, bahwa kehadiran Erin ternyata sangat ia butuhkan dalam hidupnya.

Karena itulah, Leonard memeluk Erin dan mengecupkening wanita itu dengan lembut lalu berbisik, "Aku akan memberikan semua yangkau inginkan, Erin. Hanya saja, kau harus sedikit bersabar lagi. Sebab akuharus mempersiapkan semuanya agar sempurna, dan tidak menyisakan satu punkerikil yang mungkin menghalangi jalan kita nantinya."

Terlibat Gairah Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang