05. Madness Offer

301 63 9
                                    

Jika tahu ujung-ujungnya akan seperti ini, Yeaji seharusnya menggunakan salah satu dari tiga kesempatan libur miliknya --- yang sudah disetujui kontrak agensi --- untuk dijadikannya alasan tetap berada di rumah hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tahu ujung-ujungnya akan seperti ini, Yeaji seharusnya menggunakan salah satu dari tiga kesempatan libur miliknya --- yang sudah disetujui kontrak agensi --- untuk dijadikannya alasan tetap berada di rumah hari ini. Namun, jika dipikir-pikir kembali, mana mungkin di hari pertama latihan ia tidak datang. Bisa-bisa dirinya dicap tidak profesional oleh Oh Joonwoo.

"Berhubung agensi ini memiliki pemimpin yang baru, maka aku akan sedikit merombak posisi masing-masing divisi, termasuk orang-orang yang akan terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya. Kita akan mendiskusikannya lalu membentuknya hari ini juga. Bagaimana? Apa ada yang keberatan?"

Seluruh staf agensi yang terduduk di balik meja panjang ruang rapat menggeleng serentak. Salah satu di antara mereka menyahut. "Tidak ada yang keberatan. Kami semua setuju."

Di antara mereka semua, Yeaji mengerjap seperti orang bodoh. Dia bingung, sungguh. Ia hanya seorang trainee bukan staf, lalu kenapa ia harus ikut serta dalam rapat yang dipimpin langsung oleh CEO itu?

Perihal CEO, Yeaji tidak bodoh untuk langsung mengenali rupanya. Masih terekam jelas di ingatannya kejadian di depan toko bunga dan di pesta ulang tahun adik teman Soora. Jelas sekali itu kakak laki-laki Mark. Jika tidak salah dengar, namanya Oh Soohyun. Yeaji kira pemimpin agensi belum berubah, masih dipimpin oleh Oh Joonwoo. Namun, perkiraannya salah.

Mengingat rekam jejaknya bersama Oh Soohyun tidak begitu baik, Yeaji tak yakin mulai detik ini dia mendapat perlakuan baik di agensi. Mungkin saja pria itu memiliki dendam padanya setelah semua yang terjadi.

Kenapa takdir terus mempertemukan kami di situasi yang tak mengenakkan seperti ini?

Yeaji menghela napas berat, cukup kuat hingga atensi seluruh orang di ruang rapat teralih kepadanya.

"Yeaji, kau baik-baik saja?"

Suara Minjoon terdengar, menarik Yeaji dari lamunannya. Yeaji baru sadar jika para staf memberikannya pandangan yang bermacam-macam. Ia benar-benar malu. Kedua pipinya pasti memerah seperti kepiting rebus. Lantas Yeaji menutupi kedua pipinya agar tak ada yang menyadarinya.

Yeaji mengangguk, tersenyum kikuk. "Saya baik-baik saja. Maaf jika mengganggu."

"Baik, langsung saja kita mulai rapatnya." Soohyun cepat-cepat mengambil alih. Seluruh atensi tertuju kembali padanya.

Dua jam berlalu, rapat pun selesai. Selama mereka berdiskusi, Yeaji hanya bisa diam mendengarkan hingga sempat tertidur. Yeaji benar-benar tidak habis pikir dengan CEO baru itu. Rasanya ia hanya menjadi pajangan saja selama rapat berlangsung. Presentase kesal dalam diri Yeaji kini hampir mencapai seratus persen.

"Kalian boleh beristirahat," ujar Soohyun menutup rapat. Mendengar kata istirahat, Yeaji menjerit senang di dalam hati. Punggungnya sakit sekali. "Kecuali kau, ikut ke ruanganku sekarang."

Saat pandangan Soohyun tertuju padanya, Yeaji mengerjap pelan kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Eh, saya?"

Soohyun mengangguk, menenteng laptopnya kemudian segera keluar dari ruangan tersebut.

MY CEO: The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang