28. Aroma Uang

66 8 1
                                    

Esther mengeluarkan rokoknya dan mulai merokok bersama temannya. Keduanya duduk di atas kap mobil dan menikmati asap rokok yang mereka sesap. Di tengah itu, teman Esther pun bertanya, "Apa dia benar-benar akan datang?"

Pertanyaan tersebut Esther yakini merujuk pada Jayson yang tak lain adalah ayah dari Reva yang kini masih berada dalam kondisi tidak sadarkan diri di dalam mobil milik sahabat Esther. Tentu saja pertanyaan tersebut membuat Esther menyeringai. Ia tidak segera menjawab pertanyaan tersebut, dan memilih untuk menikmati rokoknya terlebih dahulu. Lalu setelah itu ia pun menjawab, "Tidak perlu cemas, kita pasti akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dengan melakukan hal ini."

Esther dan temannya saat ini memang tengah menunggu kedatangan Jayson di tempat yang memang sudah mereka janjikan. Di sini, mereka nantinya akan bertemu, dan Esther akan mendapatkan uang sebagai harga atas jasanya yang membawa Reva kembali pada Jayson. Tentu saja, harga jasanya tersebut sama sekali tidak murah. Sebab sebelumnya mereka sudah menyepakati jumlah uangnya, dan jumlah uang tersebut sangat besar bagi Esther. Mengingat dirinya belum pernah memiliki uang dengan jumlah sebesar itu.

"Oke, aku akan percaya dengan hal itu. Tapi untuk informan kita, apa ia benar-benar tidak akan menuntut pembagian uang yang akan kita terima dari Tuan Jayson?" tanya sahabat Esther membuat Esther tertawa.

Esther memang tidak bisa melupakan sosok informan yang berperan sangat besar dalam tertangkapnya Reva ini. Informan tersebut tak lain adalah orang dalam dari rumah hiburan malam di mana Reva bersembunyi selama ini. Jika saja, dua orang yang sebelumnya Esther utus untuk mencari informasi ke rumah hiburan itu tidak bertemu dengannya, sudah dipastikan jika Esther tidak akan pernah bisa menemukan Reva. Mengingat jika pemilik dari rumah hiburan tersebut sepenuhnya membantu dan melindungi Reva.

"Tenang saja. Wanita itu sama sekali tidak membutuhkan uang. Imbalan yang ia butuhkan sebagai harga dari informasi yang ia berikan, tak lain adalah kepastian bahwa Reva tidak akan lagi kembali ke rumah hiburan itu," ucap Esther meyakinkan sahabatnya.

Mendengar hal itu, sang sahabat mengernyitkan keningnya. "Apa kau yakin Reva tidak akan pernah kembali ke rumah hiburan itu?" tanyanya mengemukakan rasa penasaran yang ia rasakan.

"Tentu. Sebab saat Reva sudah kembali dalam cengkraman ayahnya, ia tidak akan lagi bisa berkutik. Jangankan menginjakkan kaki ke rumah hiburan itu, ia bahkan tidak akan bisa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri. Begitu dirinya tiba di rumahnya, ia pasti akan dikurung dan dipaksa untuk mempersiapkan diri untuk menikah dengan seorang tua bangka sebagai istri ketiganya," jawab Esther dengan sebuah seringai puas di wajahnya.

Jujur saja, Esther merasa kesal karena tahu selama menghilang kurang lebih tiga bulan lamanya, ternyata Reva hidup dengan nyaman. Sebab dirinya menjadi kekasih dari sang tuan besar dari rumah hiburan malam tersebut. Padahal, sejak awal niat Esther menjual Reva ke sana, tak lain untuk menghancurkan hidup Reva. Dengan membuat Reva menjadi seorang wanita malam, dan terjun ke dalam kubangan berlumpur yang menorehkan noda besar dalam hidupnya.

Namun, kini Esther sedikit banyak sudah merasa lebih baik. Sebab Esther sudah membuat hidup Reva sama saja berada dalam neraka. Ketika ia mengembalikan Reva ke tangan orang tuanya, hidup Reva akan terasa sangat mengerikan. Ia tidak akan lagi bisa bernapas dengan leluasa. Bahkan untuk membuka mata saja, Reva harus mematuhi perintah kedua orang tuanya. Membayangkan Reva hidup dalam penderitaan itu saja sudah membuat Esther merasa sangat puas.

"Dia datang," ucap Esther ketika melihat sebuah mobil mewah yang mendekat dari kejauhan. Mobil tersebut tentu saja Esther kenali sebagai mobil milik Jayson.

"Benarkah?" tanya sahabat Esther sembari memicingkan matanya melihat mobil yang mendekat.

Lalu Esther mengangguk sebelum balik bertanya, "Bukankah kau sudah menciumnya? Ini adalah aroma uang yang sangat harum."

***

Reva membuka matanya, dan hal pertama yang ia lihat tak lain adalah langit-langit kamarnya yang selama seratus hari ini sama sekali tidak pernah ia lihat. Mengingat selama seratus hari itu, Reva yang berada di pelarian tinggal di tempat yang sangat berbeda dengan kamarnya ini. Reva tahu betul, jika saat ini dirinya sudah kembali ke rumah karena ulah Esther lagi. Sepertinya Esther mengambil keuntungan dengan memberitahukan keberadaannya pada sang ayah, lalu pada akhirnya mengambil peran untuk menangkap Reva dan mengembalikannya ke rumah seperti ini.

Reva turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu kamarnya. Setidaknya, Reva ingin berbicara dengan ibunya. Reva tahu, jika sebelumnya melakukan hal yang gegabah degan melarikan diri bahkan sebelum dirinya berbincang dengan ibunya. Namun, begitu Reva mencoba untuk membuka pintu kamarnya, Reva pun sadar jika dirinya saat ini tengah di kurung di dalam kamarnya. Meskipun tahu, tetapi Reva masih berusaha untuk membuka daun pintu tersebut dengan putus asa.

Lalu Reva mulai memukuli pintu yang tetutup rapat tersebut sembari berseru, "Buka! Siapa pun buka pintunya! Ayah, Ibu! Buka pintunya!"

Sayangnya, seruan Reva tersebut sama sekali tidak digubris oleh orangtua Reva. Jayson yang kini berdiri tepat di hadapan pintu kamar putrinya pun berkata, "Kau tidak perlu ke luar dari kamarmu, Reva. Ini adalah hukuman yang harus kau dapatkan karena benar-benar sudah mengecewakan Ayah. Kau tidak perlu cemas, semua keperluanmu akan diantar dan kau hanya perlu tinggal di kamar sembari mempersiapkan pernikahanmu dengan Tuan Trenton."

Mendengar jawaban sang ayah, Reva pun seketika menjerit dan menangis. Tentu saja Reva kembali membuat keributan dengan memukuli pintu dan berteriak. Menyerukan bahwa dirinya sama sekali tidak ingin tinggal di kamarnya, sekaligus tidak mau menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Jerit dan tangisan Reva benar-benar membuat para pelayan yang mendengarnya merasa gelisah, sekaligus merasa sangat prihatin dengan nasib nona mereka.

Jayson tampak pergi begitu saja meninggalkan kamar putrinya itu, tetapi langkahnya dihalangi oleh Helga. Tentu saja Helga sama sekali tidak setuju dengan keputusan Jayson tersebut. "Sekarang apa yang tengah kau lakukan? Apa kau masih belum belajar dari masa lalu? Apa kau ingin putrimu melakukan hal yang lebih parah dibandingkan melarikan diri dari rumah? Apa masih belum cukup semua perlakuan buruk yang kau lakukan pada putriku?!" teriak Helga.

Jayson mengernyitkan keningnya. "Dia adalah putriku, Helga. Aku memiliki hak untuk mendidiknya, dan ini adalah cara mendidik yang kupilih. Jangan berpikir untuk mengeluarkan dirinya dari kamar atau membantunya untuk kembali melarikan diri. Jika sampai itu terjadi, maka aku akan memastikan bahwa kau tidak bisa lagi melihat putrimu," ucap Jayson tampak akan melewati istrinya begitu saja.

Hubungan Jayson dan Helga memag semakin memburuk dari waktu ke waktu karena masalah Reva yang sebelumnya menghilang dari rumah. Saat Jayson melewatinya, Helga pun berkata, "Kau harus tau, cara yang kau ambil untuk mendidik Reva sangat salah. Suatu hari nanti, kau pasti akan menyesal dengan keputusanmu ini."

Namun, Jayson dengan santai menjawab, "Itu tidak akan pernah terjadi."

Setelah kembali ke ruang kerjanya, Jayson pun memeriksa ponselnya dan melihat laporan bahwa kini Esther dan kawan-kawannya sudah mulai menghabiskan uang yang ia berikan sebagai imbalan membantu membawa Reva kembali. Lalu Jayson melihat laporan mengenai Dario, sang pemilik rumah hiburan tempat di mana Reva bersembunyi sebelumnya. Jayson jelas harus memberikan pelajaran padanya. Karena Jasyon merasa sudah ditantang dan diremehkan oleh pria muda itu.

Lalu Jayson pun menghubungi seseroang. Tak lama, sambungan telepon tersambung dan ia pun berkata, "Aku memiliki sebuah pekerjaan untukmu."

"Silakan katakan, Tuan," ucap seseorang yang berada di ujung sambungan telepon.

Jayson pun melihat data diri dari Dario dan berkata, "Beri pelajaran pada Dario Odis Wilton. Hancurkan bisnisnya, dan buat namanya tercoreng. Aku benar-benar ingin melihatnya hidupnya hancur, buat dirinya sadar telah bermain-main dengan orang yang salah."

Seratus Hari Bersama Pria SeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang