3. Miyu dan Para Buruannya

71 14 1
                                    

Aku sedang bermain di halaman kediaman Dirgantara setelah menyelesaikan tugasku dengan baik. Tugas-tugas itu kukerjakan dengan sepenuh hati, dan jangan pernah meremehkan pekerjaan para majikan seperti kami, karena pekerjaan kami adalah pekerjaan yang berat.

Bermain, makan dan tidur adalah pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra. Belum lagi jika aku harus bersikap manis untuk mengambil hati orang-orang. Rayza dan Mam harusnya memberiku kudapan ekstra karena aku telah bersikap baik hari ini. Tapi, mereka belum memberiku apa-apa selain sarapan dan makan siang.

Pelit!

Kulirik perut gembulku sejenak, takut bila mengempes tiba-tiba. Syukurlah! Perutku masih tetap gembul dan lucu.

Aku kembali mendongak ketika melihat sebuah siluet yang menarik perhatianku. Ada kupu-kupu yang terbang hinggap ke bunga yang telah Mam tanam.

Hmm, haruskah kutangkap kupu-kupu ini?

Mam dan Rayza suka sesuatu yang cantik, bagaimana jika mereka kuberi hadiah karena telah mengurusku dengan baik?

Benar, benar.

Aku ini majikan yang baik hati. Pasti mereka akan senang bila aku menangkap kupu-kupu itu dan memberikannya kepada Mam.

Aku mulai menundukkan tubuhku, berjalan mengendap-endap. Memicingkan mata dan fokus kepada target, tinggal selangkah lagi. Dan... Hap!

Kena kau!

Aku berhasil menangkap kupu-kupu berwarna oranye ini dan membawanya masuk ke dalam rumah. Kulirik kiri dan kanan, Mam tak kutemukan di mana pun. Hmm... Mungkin Mam berada di dapur.

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju dapur, dan benar saja. Mam berdiri di depan meja makan, tampak sibuk menata piring-piring di atas sana.

Kuletakan kupu-kupu itu di sebelah kaki Mam, dan aku mengeong pelan.

Mam, lihat! Kubawakan hadiah untukmu!

Mam seketika menunduk saat mendengar eong-anku, wajahnya tampak aneh dengan dahi berkerut. Aku tahu, pasti Mam bingung dengan hadiah yang kubawa, kan?

Hehe...

Tak perlu berterima kasih, Mam. Ini adalah balasan dari hasil jerih payah Mam dan Rayza karena merawatku dengan baik selama ini.

"Loh, kamu lagi tangkap kupu-kupu?"

Kubalas pertanyaan Mam dengan eong-an singkat.

Mam tiba-tiba membungkukkan badannya dan mengusap puncak kepalaku sekali. "Pinter, tapi lain kali nggak perlu tangkap kupu-kupu,"

Oh, Mam tak suka kupu-kupu? Baiklah, mungkin aku bisa membawakan hadiah yang lain.

🐈🐈🐈

Hari ini rumah begitu sepi. Pap pergi bekerja untuk mendapatkan banyak uang, sementara Mam pergi arisan, sebenarnya aku sendiri tak tahu apa itu arisan? Mam hanya berpamitan padaku dan mengatakan bahwa ia akan pergi arisan. Lalu, Rayza menenteng tasnya untuk belajar. Kuliah, katanya.

Jika aku manusia, apakah aku juga akan pergi kuliah seperti babuku?

Hmm... Tidak, tidak, jadi manusia itu tidak enak. Untuk makan saja mereka harus menghabiskan waktu dengan memotongnya, mengolahnya, dan memasaknya. Keburu lapar, makanya aku lebih suka menjadi kucing.

Lagipula, menjadi kucing itu enak. Kau akan dilayani, disayang-sayang dan yang paling menyakinkan, apapun yang kau inginkan pasti dituruti oleh para babu. Contohnya Pap, saat berangkat bekerja, Pap terkadang mengusap kepalaku dan berkata bahwa aku harus mendoakannya agar bisa pulang dengan membawa banyak uang.

Tentu saja, aku pasti mendoakan Pap agar pulang membawa banyak uang. Dan dengan uang-uang itu, Pap harus membelikan aku banyak Kiskhas (makanan kucing) kesukaanku.

Bunyi gedubrak kecil membuatku terbangun, aku reflek merenggangkan otot-ototku sebelum melompat turun dari kursi sofa. Telingaku bergerak-gerak kecil kala mendengar suara cicit.

Oh, tidak!

Itu pasti suara makhluk hitam jelek!

Kusegera berlari menuju asal suara. Asalnya dari arah dapur. Kuedarkan netra biruku dan memicing sengit. Suara cicit lagi-lagi terdengar. Dan kali ini asalnya dari arah bawah lemari.

Kau musuh Mam, itu artinya kau juga musuhku!

Oh, iya!

Jika aku bisa menangkapnya dan memberikannya sebagai hadiah, maka Mam pasti akan senang. Kugerakan pinggulku sebelum melompat ke arah makhluk hitam yang super jelek itu.

Awas kau!

🐈🐈🐈

Suara pintu berderit terdengar, lalu muncul sosok para babuku. Itu Rayza dan Mam. Tampaknya mereka pulang bersama secara tidak sengaja. Kusegera berdiri dari atas kursi dan menyambut mereka dengan eong-an. Mam dan Rayza tersenyum ketika melihatku. Mereka mengusap tubuhku bergantian sebelum masuk ke dalam kamar masing-masing. Kini, tugasku sudah selesai, aku bergegas pergi ke halaman untuk bermain.

Hehe, aku yakin Mam pasti suka hadiahku.

Tak lama, kudengar suara Mam menjerit kencang. Suaranya bahkan menggelegar ke seluruh penjuru ruangan. Wah, saking senangnya dengan hadiahku, Mam sampai berteriak sekencang itu.

"Za! Rayza!" Mam berteriak memanggil babuku.

"Ada apa, Mam?"

"Lihat ini ulah Miyu, dia bawa tikus mati ke kamar Mam!"

Hehe... Mam pasti bangga denganku.

.
.
.
.
.
.

Tokohnya bertambah seiring bertambahnya part

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokohnya bertambah seiring bertambahnya part.

With love, Bells.

© Ditulis : 5 Juni 2022

Publish : 17 Juli 2022

Republish : 27 Desember 2022

The Guy and His Beloved CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang