5. Pacar Baru Rayza

82 19 2
                                    

Lima bulan telah berlalu tak ada perubahan yang terjadi kecuali Rayza yang telah memiliki pacar baru. Yufi namanya, Yufi adalah gadis cantik teman satu kampus Rayza. Awal pertemuan mereka dikenalkan oleh Dito hingga semuanya berjalan mulus.

Saat ini Yufi tengah memastikan semua persiapannya dengan baik. Jantung gadis itu berdegup kencang ketika Rayza berniat mengenalkan Yufi kepada ibunya, tak hanya ibunya melainkan Miyu. Yufi kelewat excited untuk bertemu dengan Miyu dibandingkan orang tua Rayza. Gadis itu bahkan membawa berbagai macam makanan kucing di dalam tasnya.

Rayza memandangi tas kresek yang dibawa oleh Yufi dengan dahi berkerut heran. "Bawa apa, Beb?" Tanya Rayza.

Yufi menunjukkan isi tas kresek itu dengan bangga. "Buat Miyu, Beb. Kamu bilang Miyu nggak mau dipegang kalo nggak disogok makanan dulu."

Mata Rayza berkedip perlahan, ia menatap wajah girang pacarnya tak percaya. "Niat banget," celetuk Rayza.

Bukannya Rayza tak suka, ia tahu bahwa pacarnya suka sekali kucing. Namun bila tiap kali Yufi main ke rumahnya seperti ini, bisa-bisa perhatian Yufi teralihkan pada Miyu daripada dirinya. Walau begitu, Rayza tak berkomentar apapun dan keduanya bergegas pergi ke kediaman Dirgantara.

🐈🐈🐈

Siang ini seperti biasa kuhabiskan untuk merebahkan diri di halaman teras. Mam tak ada di rumah, Pap juga tak ada di rumah karena pergi bekerja, dan babuku yang lain belum kembali sejak tadi pagi.

Rasanya malas sekali tak ada apapun yang bisa diganggu, babuku lama sekali, padahal perutku sudah lapar. Cacing-cacing diperutku sudah berdemo minta untuk diisi.

Awas saja, jika Rayza tak pulang akan ku--

Sebuah suara mesin terdengar, kutegapkan badanku untuk menyambut kepulangan babuku. Itu adalah suara mesin milik Rayza, aku segera berlari menatap Rayza dan sosok lain yang tersenyum lebar saat melihatku.

"Ya ampun, Beb. Jadi, ini Miyu?!" Tanya sosok itu pada babuku.

Babuku mengangguk dan tersenyum kecil. "Ayo, masuk!"

Aku mengeong ke arah babuku dan sesekali menatap waspada pada sosok itu.

"Miyu, sini!"

Sok kenal!

Kupandangi dia dengan pandangan aneh, mataku terus menatapnya dan sosok itu tak berniat mengalihkan pandangannya dariku, justru gadis ini kian mendekat. Reflek kumundurkan langkahku dan sedikit menggeram.

"Beb, jangan lupa!" Babuku memberi peringatan.

"Oh, iya, hampir aja lupa," gadis itu mengeluarkan sesuatu dari plastik kresek putih yang dipegangnya.

Mataku menangkap sesuatu yang berwarna merah dan panjang.

Wah, itu sosis... Bau tuna!

"Miyu sini... ini enak loh!" Gadis itu berjongkok beberapa langkah dariku.

Aku juga tahu kalau itu enak, kuenduskan hidungku beberapa kali. Langkahku mendekatinya secara perlahan dan happ...

Kudapatkan sosis tuna darinya. Ini enak sekali... Tak butuh waktu lama bagiku untuk menghabiskan satu sosis tuna. Setelah selesai menggarap sosis tersebut, aku mendongak untuk menatap gadis yang terus tersenyum padaku.

Baiklah, karena kau sudah memberiku sosis tuna, aku akan berbaik hati mengijinkanmu untuk menyentuhku.

Aku mengeong singkat dan Rayza terkekeh geli. Babuku melirik gadis itu. "Kalo mau pegang Miyu sekarang nggak papa, Beb. Keliatannya dia udah jinak."

Enak aja! Aku memang jinak dan baik hati sejak dulu.

Yufi mengangguk dan ia dengan ragu-ragu menyentuh kepalaku sebelum mengusapnya perlahan. "Ya ampun, Miyu gemesin banget."

Aku memang menggemaskan.

🐈🐈🐈

Bunyi suara klik dan blitz membuatku risih. Kutengok babu dan babu baruku bermain dengan benda pipih milik mereka. Suara jepret dan blitz lagi-lagi terdengar, kutegapkan tubuh dan menatap mereka sengit.

Bisa tidak kalian berhenti mengambil fotoku?!

Babuku dan babu baruku yang bernama Yufi semakin tertawa ketika mendengar eong-anku. "Duh, Miyu kok bisa fotogenik sih, padahal kan dia cuma kucing," Yufi mengeluh pelan, walau begitu ia tetap tak menghentikan aksinya.

Aku melangkah mendekati mereka dan mendekatkan wajahku pada benda yang mereka pegang. Kali ini Yufi dan Rayza semakin tertawa.

Apa yang salah? Aku hanya berniat menangkap cahaya putih yang berasal dari benda milik kalian.

Alhasil Yufi tiba-tiba mengangkat tubuhku, tampaknya ia gemas sekali sampai-sampai terus menciumi puncak kepalaku. Aku menggeram pelan, tak ingin dicium.

Aku menatap gadis itu dengan sengit. Jangan cium aku! Aku tak suka kau menciumku!

Bukannya menolong, babuku malah semakin tertawa. Kali ini, ia yang mengambil fotoku dengan posisi kedua tanganku berada dimulut Yufi. Jujur saja, aku tak suka dicium oleh siapapun.

Mam, cepat pulang! Aku tak ingin diganggu oleh mereka.

.
.
.
.
.

With love, Bells

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

With love, Bells.

© Ditulis : 6 Juni 2022

Publish : 20 Juli 2022

Republish : 27 Desember 2022

The Guy and His Beloved CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang