4. Musuh Miyu

67 13 0
                                    

Lagi-lagi babuku pulang membawa teman-temannya. Mereka semua laki-laki dan memakai pakaian yang sama seperti yang dikenakan babuku. Katanya, seragam mahasiswa teknik memang mengenakan pakaian hitam.

Kulirik teman-teman babuku, mereka tampak kepanasan dan memilih merebahkan tubuh mereka ke lantai kamar yang dingin. Sudah kubilang kan, bahwa majikan adalah panutan untuk para babu. Aku yakin jika Rayza yang mengajarkan mereka bagaimana cara merebahkan tubuh ke lantai, seperti aku.

Aku duduk dengan santai dikursi sofa, menguap pelan sebelum merebahkan tubuh.

"Za, lo beneran putus sama Aria?"

Babuku menoleh pada temannya dan mengangguk. "Gue putus satu bulan yang lalu,"

"Udah gue duga, sih," teman babuku menyahut. "gue sempet ketemu Aria jalan sama cowok lain."

"Dia selingkuh, Za?"

Babuku mengangguk, wajahnya yang jelek semakin jelek. Ckckck... Kasihan sekali. Ya, mau bagaimana lagi, Rayza salah memilih betina. Seharusnya Rayza memilih betina yang baik hati, suka mengusap kepalaku, dan memberiku Kiskhas. Aria itu... Babu terpelit yang pernah kutemui.

Selesai menjilati seluruh bulu yang mampu kuraih, aku melompat turun. Suara bunyi lonceng dari kalungku terdengar hingga teman-teman Rayza mengalihkan pandangan mereka padaku. Aku membalas tatapan mereka dengan sengit, aku menjaga jarak dan bersiaga. Aku tak ingin disentuh oleh mereka. Tidak ingin.

"Eh, Za, ini perasaan gue aja atau Miyu memang makin gembrot?"

Gembrot... Gembrot, enak saja! Perut gembul milikku adalah perut kucing terlucu yang pernah ada. Mam dan Pap suka menyentuh perutku. Perut ini adalah masterpiece, level tertinggi dari betapa menggemaskannya diriku.

Rayza tertawa puas di lantai, laki-laki itu melirikku sekilas dan mengangguk. "Miyu memang nggak pernah telat makannya."

Beberapa teman Rayza tiba-tiba bangkit dari lantai, mereka menatapku dan bergerak ingin menyentuhku. Aku reflek melangkah mundur dan menggeram.

"Jangan, Miyu nggak suka dipegang sama orang asing. Dia harus disogok sama makanan dulu baru mau dipegang," jelas babuku dengan baik.

"Ribet banget kucing lo, kayak cewek aja." Sahut Keken, teman dekat Rayza.

" Sahut Keken, teman dekat Rayza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bro, dia betina, bro. Maklumin."

Setelahnya mereka semua tertawa puas. Sebelum mereka mendekat lebih jauh, aku buru-buru berlari mendekati Rayza. Rayza menangkapku dan mendudukkanku di atas dipangkuannya. Aku tetap menggeram ketika teman-teman Rayza mencoba mendekat.

"Bukan salah gue kalo lo semua ngeyel," kata Rayza saat melihat teman-temannya mendekatiku.

"Pelit amat sih lo, megang doang elah." Sahut pemuda lainnya. "Sini pus... Sini... Gue nggak gigit kok."

"Ya, lo gak gigit, tapi Miyu bakal gigit lo." Jawab Rayza.

Aku tetap tak bergerak saat salah satu teman Rayza duduk dihadapanku dan babuku. Laki-laki ini menyentuh kedua telapak tanganku, bahkan dia memencet telapak tanganku. Kurang ajar. Berani-beraninya dia!

Aku menggeram sekali lagi, tapi bukannya takut ia terlihat gemas.

"Dit, jangan!" Larang Rayza.

Teman Rayza yang bernama Dito tetap menyentuhku dan kurang ajarnya dia tak menghentikan aksinya saat aku mulai menampar tangannya dengan tangan imutku.

Aku berteriak kencang sebelum menggigit tangan Dito.

"Argh!"

"Apa gue bilang?" Balas Rayza santai.

"Awas ya lo, dasar kucing!" Dito berseru kesal ke arahku dan aku membalas kekesalannya tak kalah sebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awas ya lo, dasar kucing!" Dito berseru kesal ke arahku dan aku membalas kekesalannya tak kalah sebal. Aku terus menggeram sampai-sampai Rayza terpaksa menggendongku dan membawaku pergi meninggalkan ruang kamar.

🐈🐈🐈

Semenjak kejadian aku mengigit tangan Dito, tiap laki-laki itu datang ke rumah babuku, Dito selalu menatapku kesal. Aku tak peduli, lagipula tahta tertinggi di tempat ini adalah aku. Dito teman babuku, artinya Dito satu level di bawah babuku, karena babuku orang yang penting. Tak ada Rayza, itu artinya tak ada yang mengurusku.

Suara pintu berderit terdengar, Rayza tiba-tiba datang membawa sebuah pohon kecil yang diletakkan di dalam pot. Aku buru-buru turun dari sofa.

Wow... Pohon baru!

Aku mengeong keras sekali pada Rayza, aku buru-buru mendekat pada pohon itu. Apakah ini baru?

Wow!

Aku buru-buru menancapkan kuku-kukuku pada batang pohon itu sementara Rayza menghela napas, menatapku agak sebal. Aku tak peduli, tugas utama babu adalah membuat hati majikannya senang.

Aku melompat ke atasnya, tapi sayangnya aku terjatuh. Aku berlari dengan kencang dan kembali mendekati pohon itu lagi, menarik daun-daun tersebut dan menancapkan kukuku lagi di sana.

"Oke, ini pohon mainanmu yang ketiga tahun ini. Jadi, mainnya pelan-pelan aja, Miyu."

Aku tahu, lagipula itu kewajibanmu. Kau memang harus membuatku tetap bahagia. Hehehe.

.
.
.
.
.
.

Anyway biar kalian inget visual para tokohnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyway biar kalian inget visual para tokohnya...

Rayza = Jaehyun
Yuju = Yufi
Dito = Doyoung
Keken = Ten

With love, Bells.

© Ditulis : 5 Juni 2022

Publish : 18 Juli 2022

Republish : 27 Desember 2022

The Guy and His Beloved CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang