Semua sudah berada di meja makan untuk sarapan, sebuah hal yang jarang terjadi sebetulnya. Dan beruntung pagi ini Jesslina tidak mengalami morning sickeness. Yang ada justru Yuda lah yang mengalaminya, ia sudah dua bulan ini selalu muntah setiap pagi bahkan saat malam. Jesslina sendiri hanya merasakannya sebentar saja tidak sampai seminggu, sisanya Yuda yang merasakannya.
"Nana, jadi ambil jurusan fashion design?" tanya Winnie memulai percakapan
"Iya ma, jadi. Nana kan sudah dari lama suka ini"
"Apa tidak mau coba management bussines nak? Sayang nilai kamu Na" tanya Winnie lagi yang membuat Jesslina terdiam
"Win.., kita sudah pernah bahas sebelumnya. Masalah jurusan kuliah Jesslina biarkan dia yang menentukkannya sesuai dengan keinginannya. Begitu juga Julio saat besar nanti" jawab Yuda mengingatkan Winnie
"Tapi, nanti siapa yang akan meneruskan bisnis kita?"
"Masalah meneruskan, saat ini kita masih mampu mengurusnya. Masih ada Julio juga, jadi jangan paksa Nana lagi!" jawab Yuda dengan keras
"Tapi Yud-"
TRANG!
"Aku berangkat!" ucap Yuda yang kesal dengan pembahasan ini.
Melihat itu Winnie pun menyusul Yuda yang sudah keluar meninggalkan Jesslina dan Julio yang kebetulan duduk disampingnya. Tak lama Winnie kembali masuk, dan berjalan ke arah Jesslina.
"Sayang, coba kamu pikirkan lagi ya. Kalau bukan kamu siapa lagi yang meneruskan semua bisnis yang sudah mama dan papa bangun selam ini. Menunggu Julio itu masih lama, dan belum tentu dia mau masuk jurusan bussiness manajement. Biarkan Julio menentukan mau jadi apa dia. Mama berangkat ya"ucap Winne sambil mengambil tasnya lalu berangkat.
Rusak sudah mood Jesslina pagi ini, ia pun segera menggendong Julio, meminta Ibu Dewy membereskan meja makan lalu masuk ke kamar dan mengunci pintunya.
Ia pun duduk diranjangnya dengan Julio ada disampingnya, dan tak lama Jesslina pun menangis. Kenapa selama ini urusan sekolahnya selalu diatur terus. Winnie juga, kenapa memaksa Jesslina lagi masuk ke jurusan yang tidak ia inginkan. Padahal mereka pernah membahas ini, dan semua sudah sepakat untuk jurusan kuliah Jesslina bebes memilih sesuai yang diinginkannya. Bahkan Kakek, Nenek, Eyang Kung dan Eyang Ti pun setuju dengan ini.
Kenapa sekarang dibahas lagi, tetapi berbeda dengan kesepakatan yang ada. Cukup lama Jesslina menangis hingga,
Tuk
Sebuah tangan kecil menepuk kepalanya yang sedang menunduk, Jesslina mengangkat kepalanya dan melihat Julio duduk didepannya menatapnya bingung.
"Ma? Iss (nangis)"
Mendengar itu Jesllina pun segera menghapus air matanya, dan memeluk Julio baru menjawab.
"Tidak sayang, mama tidak nangis" jawab Jesslina sambil mengelus pipi Julio
"Tul? (betul)"
"Iya sayang, betul sayang. Anak mama mau nen?" tawar Jesslina mengingat sarapan mereka yang hanya sebentar saja.
"Uuu! (mau)" jawab Julio senang dengan mata berbinar
"Sebentar ya sayang, mama ganti baju dan cuci muka dulu" jawab Jesslina yang beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin bisa terlihat matanya cukup bengkak dan hidungnya pun memerah semoga saja cepat hilang. Ia pun keluar untuk mengambil baju dan masuk ke kamar mandi lagi.
Kini Jesslina memakai dress tidurnya lagi tanpa bra hanya celana dalam. Karena kadang terasa sesak didadanya. Jesslina pun membaringkan Julio dan mengambil posisi tiduran disebelah Julio. Kemudian melepaskan tali pengikat dress tidurnya yang berada ditengah payudaranya, hingga kini bagian depan tubuhnya terbuka karena modelnya yang seperti kimono.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret
Short StoryPernahkah kalian mempuyai sebuah rahasia? Jika pernah, siapa saja yang mengetahuinya? Satu orang? Dua orang? Tiga orang? Atau sudah menjadi rahasia umum? Bagaimana jika rahasiamu terbongkar secara tidak sengaja, kemudian berubah menjadi rahasia anta...