Bab 12. Gadis Yang Malang

70 74 18
                                    

Sore itu, kami berlima bermain di taman belakang. Seperti biasa, taman belakang rumahku sudah menjadi markas untuk kami. Aku berlarian ke sana kemari, berkejaran dengan mereka berempat dengan wajah yang teramat bahagia. Aku begitu antusias mengejar Sander yang akan ku jadikan sebagai kucing—yang mengejar—hingga aku tak menyadari ada sebuah ranting kayu cukup besar jatuh dari atas tepat mengenai punggung kakiku hingga membuat goresan luka yang cukup dalam di sana.

"ADUH! SAKIT!" aku meringis, berseru kesakitan.

Mendengarku yang berteriak, Jane langsung menoleh. Di susul Lucas, Sander dan Sanne yang sedetik kemudian langsung berlari ke arahku. Wajah mereka begitu menggemaskan ketika sedang khawatir seperti ini.

Aku mengaduh pelan saat Jane yang sedang melihat lukaku tak sengaja menyentuhnya. Lucas membantuku berdiri dan membawaku meneduh di bawah pohon untuk segera di obati. Sander berlari masuk ke dalam rumah, mengambilkan kotak p3k di dapur tempat Siti biasa menyimpan perkakas kesehatan itu.

Sanne mengambil air dari keran yang ada di dekat kami menggunakan gayung kecil. Lantas pelan-pelan membasuh kakiku dengan kapas. Jane, tugasnya adalah memberi alkohol pada kakiku yang kini sudah memerah, "AW! Hati-hati, Jane," rengekku, sungguh, ini perih sekali!

"Sebentar ya, An, ku ambilkan makanan untukmu!" Jane berkata cukup semangat.

"Kalian semua ikut?" tanyaku sendu ketika melihat mereka semua beranjak meninggalkanku. Kenapa jadi mereka semua ikut dengan Jane?

"Sebentar kok, An!"

"Kami akan segera kembali!" mereka berseru sambil melambaikan tangan.

Tiba-tiba suasana menjadi hening.

"Mereka tidak kembali-kembali juga!" aku menggerutu. Karena di belakangku persis adalah sebuah pohon yang cukup rindang, aku sedikit bergerak maju, meluruskan kaki, kemudian merebahkan kepala di badan pohon yang cukup besar ini.

Sejurus kemudian, tak terasa mataku terpejam.

Begitu lelap.

***

Indera pendengaranku tiba-tiba saja menangkap suara berisik beberapa orang. Aku terbangun dan mengerjap-ngerjap. Mataku terbelalak ketika menatap pemandangan yang begitu asing di depanku. Kenapa mendadak aku sudah berada di sini? Tempat apa ini? Ini jelas bukan taman belakang tempatku bermain tadi, banyak sekali pepohonan rindang yang membuat penglihatanku semakin terbatas. Tiba-tiba saja kabut mendadak turun. Membuat suasana semakin mencekam.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Memanggil-manggil nama keempat sahabatku bergantian.

"LUCAS!"

"JANE!"

"SANNE!"

"SANDER!"

"KALIAN DIMANA!"

Ke mana mereka? Tempat apa ini? Aku nyaris saja menangis jika tidak tersandung oleh sebatang kayu yang melintang menghalangi kakiku.

Khayalan apa ini? Kepalaku berputar. Pusing sekali.

Tumpukan kayu yang menjulang ke atas. Seonggok jagung dalam keranjang. Tenda yang sudah berdiri mantap di sekelilingnya. Dan beberapa logistik lain yang ada di dalam tas-tas besar. Seperti... camping?

"Charlotte, kamu kupas kulit jagung ini ya, lalu berikan pada Dewi, biar dia saja yang menusuknya dengan kayu," seorang wanita paruh baya berkata pelan. Menatap lekat kepada seorang gadis di sampingnya.

Siapa dia?

"Baik Mama!" gadis itu mengangguk mantap. Meraih satu persatu jagung yang ada di dalam keranjang. Mengupas kulitnya dengan hati-hati, kemudian menyerahkannya pada perempuan yang di panggil Dewi. Yang sepertinya adalah pembantunya.

MAJENUN [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang