Curse: 4

415 63 8
                                    

•Reader POV•

Setelah banyak misi yang melelahkan.

Dan aku bisa kontrol kekuatanku.

Akhirnya aku pergi ke kuil Inari-sama.

Sendirian.

Kuil ini sudah ada sejak leluhurku.

Wah, berani sekali aku kemari yang produk cacat ini.

Iya, aku cacat.

Semua keluarga yang katanya sih keturunan langsung Inari-sama tidak pernah cacat.

Kecuali aku, mata emas khas klan kami kumiliki namun bercampur abu dan redup.

Makanya jika aku kemari, aku memakai kain putih untuk menutupi wajahku yang sudah ada lambangnya di sana.

Aku tidak tahu lambang apa.

Aku memakai kimono lengkap seperti akan melakukan upacara ritual saja.

Meski cacat katanya aku beruntung di anugerahi kekuatan langsung oleh Inari-sama.

Hah, mau percaya atau tidak aku juga tidak peduli.

Keluarga besarku menyanjungku seperti penjilat dan ular.

Untung menguntungkan dirinya sendiri.

Aku berdoa di dalam kuil.

Untung saja tidak ada kegiatan keluarga besar jadi aku bisa curhat di sana.

Curhat banyak hal.

"Tumben kau kemari"

Cih, suara paling memuakkan.

Kenapa harus ada dia di sini?

Aku tidak peduli dan tetap melanjutkan doaku.

"Berani sekali ya produk cacat kemari sendirian"

"Manusia bukan barang yang bisa seenaknya dibuang", aku benci di meski sepupu. "Chizuru, jika kau kemari untuk menggangguku lebih baik kau pergi"

Anak emas keluarga besar, katanya.

Padahal cuma tukang ngupil playboy.

"Dingin sekali kau", bukan urusanmu! "Kudengar kau meminta pembatalan pertunanganmu dengan anak dari klan Zenin ya? Bodoh sekali"

Aku pergi meninggalkannya daripada ada pertumpahan darah nantinya.

"Dasar perempuan tidak tahu diuntung, sudah cacat tidak tahu diri pula, sudah beruntung klan Zenin ma--"

"Tutup mulut besarmu"

Aku menutup mulutnya dan menodongkan kipas besi di lehernya.

Aku rasa mukaku terlihat sedikit olehnya.

Di keluarga besarku yang bodohnya sampai tulang itu, tidak ada yang boleh melihat mukaku katanya.

Jantungnya berdebar hebat.

Debaran ketakutan dan...takjub?

Ha! Kau itu tidak ada apa-apanya denganku kecoak!

"Kalau kau mengancam, aku pastikan kau akan dapat mimpi buruk seumur hidupmu, Chizuru"

Aku meninggalkannya yang mengompol di celana.

Cih, sudah besar kelakuan bayi.

Aku benci keluarga ini.

Suatu saat akan aku ubah ketika aku jadi kepala keluarga.

Atau aku musnahkan saja?

📿📿📿

•Author POV•

Kanoya, Jepang.

Sepanjang jalan kau melamgkah di sana.

Tak ada mata yang tak melihatmu.

Bagaimana tidak?

Kau cukup dikenal di sana.

Apalagi kau yang hanya ke kuil untuk berdoa malah mendapat iring-iringan dari pihak kuil.

Anak Inari-sama, itulah yang dikatakan orang kuil.

Orang kuil tidak seperti keluarga besarmu yang kau bilang gila.

Mereka seperti keluargamu sendiri, merawatmu dengan baik.

Masa kecilmu dulu dihabiskan di sana.

Iring-iringan itu seperti iring-iringan pengantin rubah atau oiran.

Bisa kau rasakan berbagai macam pandangan dan perasaan yang orang-orang itu sampaikan ketika melihatmu.

"Kirei~"

"Ada upacara ya?"

"Wajah di dibalik kain itu pasti cantik!"

"Aku lapar"

Bisik-bisik mereka yang melihatmu.

Kau bukan bocil esper dari anime sebelah yang bisa baca pikiran ya :v

Sampai di sebuah becak yang ditarik oleh orang, kau pun naik ke sana menuju ke tempat di mana kau bisa lepas kimono tersebut.

Becak itu tertutup jadi orang tidak akan tahu siapa di dalam sana.

Becak khusus :v

Ketika sampai kau bergegas mengganti semuanya dengan seragammu dan keluar dari sana lewat pintu belakang.

"Mau pergi ke mana?"

Namun sayang kau dihentikan seseorang.

Kau pun berbalik dan memberi hormat. "Hormat saya pada tuan muda Zenin", lalu menegakkan badanmu dengan jari tengah teracung. "Persetan"

"Beraninya kau begitu pada tunanganmu perempuan rendahan"

"Kau bukan tunanganku sekarang, kenapa? Kau suka padaku? Aku sih najis"

Pria yang tampak seumuran denganmu itu memasang wajah kesal.

Sedang kau biasa saja malah ingin tertawa.

"Kau akan menyesal", kata pria itu.

"Aku pastikan itu akan berbalik padamu, Naoya sayang fufu jijik rasanya. Kau sombong hanya karena marga yang kau sanding dengan namamu bukan berarti kau hebat dan bisa melakukan apapun"

Pria itu hendak menyerangmu tapi kalah cepat dengn gerakanmu.

Melilit kaki dan tangan pria tersebut dengan ekor rubah.

"Jangan sombong kau klan rendahan!"

"Wah, seharusnya itu kata-kataku", kau membuat lingkaran teleportasi. "Klanmu itu isinya orang munafik yang rela menjual jiwanya pada roh kutukan"

"Apa katamu!?"

"Sayonara"

Sekejap mata kau menghilang dari hadapannya.

Teleportasi langsung ke sekolahmu.

Mendarat dengan mulus.

"Niat menenangkan diri malah bikin kesal, dasar manusia tidak punya otak"

Is Good For Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang