Curse: 10

329 47 4
                                    

•Reader POV•

Aku dihukum.

Aku dituduh telah membantu Suguru lari.

Padahal tidak, aku saja hampir dibunuh.

Pasti orang itu suruhan mereka.

Atau suruhan dari akademi Kyoto?

Aku dengar kepseknya di sana lebih gila.

Iri bilang bos.

"[Y/n]"

"Shoko"

Yang mengunjungiku orang-orang yang kukenal.

"Mungkin kau bosan dengar pertanyaan ini"

"Dan mungkin mereka juga bosan mendengar jawabanku"

Mau tanya berapa kalipun jawabanku tetap sama.

Mereka bodoh atau tidak punya otak sih?

"Yappari ne"

"Shoko, ada berita apa?"

"Hukumanmu dikurangi, kurang dari seminggu lagi kau bebas"

"Sudah ada bukti?"

"Ya, Satoru dan yang lain sudah mencari buktimu"

"Arigatou"

Aku saja lupa berapa lama masa hukumanku.

Tubuhku semakin lama semakin berat rasanya.

"Biar aku periksa keadaanmu"

Aku di penjara bawah tanah.

Tanganku dirantai ke atas.

Dengan talisman.

Apa yang mau kulakukan juga?

"Apa dia sehat?"

"Iya, aku tahu Satoru suka bawakanmu makanan yang banyak untukmu"

Suguru maaf aku tidak beritahumu soal kondisiku sekarang.

Mungkin kau mengirim surat atau apapun itu untuk komunikasi denganku.

Maaf aku tidak bisa menemui sekarang.

Kalau kau dengar aku dihukum, pasti kau marah sekali pada tetua.

Jangan...jangan sampai keadaan semakin buruk.

"Shoko, dari kemarin perutku sakit"

"Eh, sudah kontraksi? Boleh aku lihat?"

Kalau aku beritahu tentang anak ini apa kau akan kembali?

🔏🔏🔏

•Getou POV•

Aku tidak tahu apa penyebabnya dia tidak menemuiku atau membalas surat maupun chatku.

Apa terjadi sesuatu padanya?

Yang terakhir, hanya hari di mana dia bilang sampai jumpa seperti biasanya.

"Samui"

Setelah tinggal dalam pelarian dan sendirian.

Aku merindukan kehangatannya.

Apa kabar ya?

Apa dia masih diincar?

Tetua tidak melakukan sesuatu padanya kan?

Saat terakhir melihatnya...aku merasakan firasat yang campur aduk.

Dia seperti akan mengatakan sesuatu tapi tertahan dan tidak jadi.

Seolah ada yang harus kuketahui.

"Kirei"

Aku menatap cincin yang tersemat di jari manisku.

Benda yang menjadi saksi bisu janji yang kami ucap.

Saat itu kami masih sekolah.

Ah, sebenarnya sekarang masih.

Aku hanya merasa harus segera mengikatnya dalam pernikahan.

Saat itu, upacaranya disebut upacara pernikahan rubah.

Karena [y/n] sendiri pemilik kekuatan Inari-sama si rubah ekor sembilan.

Cantik sangat cantik...

"Aitai..."

Haruskah aku menghampirinya ke sana?

Itu namanya bunuh diri bagiku.

Ada sesuatu yang mendorongku untuk menemuinya segera.

"Aku harus susun rencana dulu"

🔏🔏🔏

•Author POV•

Suara wanita yang menahan sakit menggema dari penjara bawah tanah.

Tempat para shaman dihukum atas perbuatannya yang tak sesuai kode etik shaman.

Wanita itu termasuk atas tuduhan yang dia terima.

"Sedikit lagi [y/n], aku tahu kau bisa"

Mulut tersumpal kain agar lidah tidak tergigit.

"Harusnya dia di sini menemanimu-itte!"

Kawa-kawannya membantunya dari sejak wanita itu di penjara.

"

Satoru, lebih baik kau diam"

"Jangan dipukul dong!"

"Jangan bicara tentangnya!"

Sementara itu, seorang pria yang bertanggung jawab atas perempuan itu sedang menelusuri jalan membaur dengan orang-orang.

Ia sedang bergegas.

Ia memiliki suatu firasat terhadap wanitanya.

Wanitanya yang menghilang tak ada kabar.

Dighosting :v

Cie korban ghosting :v

Ia terus menyusuri jalan dengan terburu-buru.

Ia melupakan apa yang sudah dia susun baik-baik rencana untuk menemui wanitanya.

Ia berlari tak tentu arah seolah kehilangan arah.

Terus menerus ke tempat yang menyimpang dari tujuannya.

Guna menyembunyikannya dirinya dari shaman-shaman yang memburunya.

Langit yang mendung perlahan cerah.

Getou menoleh ke arah belakangnya.

Telinganya menangkap suara tangis kecil yang membuatnya menitihkan air mata.

Namun tak ada wujudnya.

Suara tangis bayi itu membuatnya meneteskan air mata bahagia.

Padahal tidak ada yang mendengarnya.

Hanya dirinya yang mendengarnya.

Halu? Tidak.

"[Y/n], hei, hei, kau berhasil"

"Cantiknya, lihat"

Wanita yang di penjara itu mengeluarkan air mata bahagia.

Namun ia juga bingung. "Anak ini...bagaimana nantinya..."

"Kami akan bantu"

"Dia pasti senang"

"Ya...Reiko...kono ko namae"

Is Good For Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang