Bab. 28 Kembali ke Rumah

11 0 0
                                    

Sudah seharian ini Maysa berjalan di pasar, dia juga menawarkan dirinya untuk bekerja sebagai karyawan di beberapa toko, tapi belum ada satupun yang membutuhkan jasanya. Terlintas dalam benaknya untuk menyerah, dan pulang ke rumah ibunya. Meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukannya.

"Mungkin aku harus pulang ke rumah ibu, meminta maaf pada ibu adalah kunci terbukanya pintu rezeki, aku sudah sangat merindukannya, tidak peduli bagaimana sikap ibu kepadaku, aku harus pulang."

Setelah menyakinkan diri untuk pulang, perempuan cantik berambut panjang itu berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum. Langkahnya kini tak sama dengan dulu semasa jaya, dandanannya sekarang pun sederhana, Maysa yang dulu menjadi istri pemilik toko sembako,dengan pakaian dan perhiasan bagus,sekarang hanyalah perempuan biasa yang tak ada bedanya dengan perempuan lain. Beberapa ibu yang dulu mengenalnya kini pura-pura tidak tahu. Maysa hanya tersenyum melihat sikap mereka, dia abaikan saja.

Sampai menaiki angkutan umum pun Maysa tidak peduli, ada yang membicarakannya dengan bisik-bisik. Bila dia mendekat atau menegurnya akan  memancing permusuhan. Siapapun yang berada di posisinya saat ini, akan merasakan kesulitannya,seandainya di beri pilihan pasti akan menolak. Maysa memalingkan muka dan membuka sedikit kaca jendela mobil agar udara bisa masuk dan memberikan sedikit kesegaran kepadanya.

"Eh lihat tuh orang miskin baru, biasanya kalo pergi di antar suami atau supir pribadi,sekarang naik angkot,"bisik seorang ibu bertubuh gemuk dan berkulit putih. Wanita disebelahnya menanggapi dengan senyum mengejek.

"Biar ibu bos merasakan berdesakan dan panas di mobil angkot ini,"imbuhnya lagi.

Maysa tersenyum masam,kok bisanya mereka berbisik tapi tetap kedengaran, pasti semua orang di angkot ini juga mendengarkannya. "Huh sial, mereka semakin tidak bisa menjaga mulutnya." Rasanya Maysa ingin menutup mulut mereka pakai plester atau lakban sekalian. Ditahannya rasa marah yang hampir saja meledak. Angkutan sudah memasuki desanya. Maysa meminta turun dan bergegas meninggalkan mereka.

"Maysa!" ada suara yang memanggilnya dari belakang, dia menoleh dan tersenyum mendapatkan tetangganya yang sudah lama tidak di temui.

"Apa kabar May? Kamu mau ke rumah ibu atau ke rumahku," sapanya ramah sambil memeluk Maysa dengan senang. "Ke rumahku dulu ya May."

Aku mengangguk, kutawarkan bantuan untuk menolongnya, karena dia sendiri sangat kerepotan membawa barang-barangnya.

"Aku bantu bawakan barangmu, mba Vita."

"Terima kasih May," jawabnya dengan gembira.

"Mau ada acara atau mau jualan  mba, kok bajunya banyak sekali."

"Kamu tebak saja,May...."katanya disertai tawa.

"Oke aku tebak, ini pasti barang jualan,"Maysa menebak sekenanya.

Mba Vita yang tiga tahun lebih tua usianya dariku langsung berbinar matanya,"Kamu benar May, baju-baju ini aku jual."

"Sebanyak ini?" tanya Maysa tidak percaya." Mba Vita sekarang buka toko pakaian?" ditunggunya jawaban dari wanita di sampingnya.

"Semua ini sudah ada yang pesan Maysa, aku menjualnya secara on line, Alhamdulillah laris manis lancer,"mba Vita menjelaskan.

"Nah kita sudah sampai, ayo kita masuk, aku buatin es teh buat kamu."

Mba vita membuka pintu rumah dan mempersilakan Maysa duduk.

"Apa usaha jualan on line itu menguntungkan?"

"Semua usaha itu, kalo masih di awal pastilah tidak mudah. Kalo kita sudah di kenal banyak orang lebih muda bagi kita untuk memasarkan."

"Sepertinya aku tertarik dengan usahamu mba,"Maysa mengakui ketertarikannya dengan usaha Vita.

"Kalo kamu, aku bisa mengajarimu, Eh ... bukannya kamu istrinya bos sembako, aku sendiri sudah peernah dua kali belanja di sana."

"Benarkah kok ngga ketemu ya," sesalku.

"Ah ngga enak kalo mau menyapa,takut mengganggu," jawabnya.

"Sekarang toko itu terbakar habis, Aku kehilangan sumber pendapatan keluarga kami,"kataku berusaha tegar di depannya,"Aku sedang mencari pekerjaan untuk membiayai hidupku."

"Innalillahi.... Maafkan aku May, aku baru mendengarnya."

"Tidak apa-apa mba, aku harus bangkit dan berusaha lagi."

"Baiklah Maysa kalau kamu memang berniat untuk mengikuti bisnis on line pakaian, aku akan mengajarimu."

***

Maysa mengetuk pintu rumah sederhana yang sudah satu tahun ini dia tinggalkan, tak tahu bagaimana perasaannya sendiri,yang pasti rasa malu,sedih dan bersalah menjadi satu.

Tok....tok...tok.... "Assalamu alaikum.."

Maysa mengulangi hingga tiga kali. Lama dia menunggu dan memang dia tidak ingin kemana-kemana selain bertemu dengan ibunya.

"Wa alaikum salam.." pintu terbuka dan wanita yang dia rindukan itu menjawab salamnya.

"Ibu..."panggilnya dengan suara bergetar,kedua kakinya sekolah kaku tak bisa digerakkan tangisnya pecah seketika. Ditatapnya sang ibu,yang juga masih diam di tempatnya.

"Maafkan Maysa.... Kesalahanku pada ibu .... Begitu banyak."

Air mata mengaburkan pandangannya,dia semakin keras menangis.

Ibu berjalan mendekat dan memeluknya, anak perempuan yang sempat pergi itu akhirnya pulang. Dengan tubuh kurus,pakaian lusuh dan muka pucat, Hati ibu merasa sangat sedih. Tapi dia bahagia, sangat bahagia, di ajaknya Maysa masuk ke dalam, dia siapkan makan siang dan mereka makan dalam diam, Maysa tidak ingin merusak suasana ini, dia dapat merasakan kembali masakan ibu dan makan bersamanya sudah cukup, Maysa sangat senang. Ditepisnya air matanya yang hampir menetes dari matanya. Maysa melihat sekelilingnya, keadaanya masih sama seperti dia tinggalkan setahun yang lalu,

Kursi ruang tamu yang sudah tua, dan kursi panjang tempatnya duduk yang digunakan sebagai ruang makan,dengan meja sedang dan menghadap televisi yang mungkin sudah tidak pernah dinyalakan lagi, tv itu tampak using dan berdebu.

"Makan yang banyak May,"kata ibu menyentuh tangannya.

"Sudah bu, sudah cukup,"jawab Maysa. Dia merasa kenyang, semenjak musibah yang dia alami, masih sulit baginya untuk makan dengan tenang, cukup untuk menyambung hidup saja. Maysa bahkan sering mengabaikan rasa laparnya.

"TInggallah di sini lagi, menemani ibu, ibu sendiri di rumah ini," ibu tersenyum menatap anak perempuannya.

"Iya bu, Maysa akan tidur di sini."katanya.

"Sekarang kamu sudah selesai makan, kalau kamu ingin cerita keadaanmu sekarang, ceritakanlah,"kata ibu.

Maysa menceritakan dari awal pertemuannya dengan suaminya, memutuskan menikah dengannya, menjadi istrinya dan pada kejadian tragis yang menimpa suaminya hingga kebakaran yang menghabiskan sumber pendapatannya, dia juga menanggung hutang akibat kebakaran itu dan menjual semua harta yang sudah satu tahun ini dikumpulkan, kondisi suaminya yang sakit dan depresi karena tidak bisa menerima kehilangan hartanya.

Ibu mengangguk, di tepuknya tangan Maysa dengan lembut, begitu sayangnya ibu pada Maysa, meski mulutnya berkata keras tapi sebenarnya hatinya sangat lembut.

"Sabar ya Maysa, pasti ada hikmah di balik musibah yang kamu alami, bertaubatlah mohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang pernah kamu lakukan, tetap berfikir positif dan jalani hidup dengan baik. Pasti ada jalan keluar dari setiap kesulitan yang kamu hadapi."

Maysa mendengarkan nasehat ibunya, semua kesalahan yang pernah dia lakukan, akan menjadi pengingat di masa depan,dia berjanji dalam hati akan berusaha menjadi orang yang lebih baik.

"Sekarang, suami di mana May?" tanya ibu.

"Mas Jono di rawat di rumah sakit jiwa karena depresi, dia belum bisa menerima kenyataan kehilangan toko yang sudah dirintisnya bertahun-tahun."

"Begitulah kehidupan di dunia Maysa, tidak ada yang abadi. Karena itu ingatlah selalu kepada Tuhan yang menciptakannya, ketika sedang diberi kekayaan maka ada hak yang harus diberikan.Begitu pula ketika sedang terpuruk saat ini ingatlah bahwa ada Tuhan yang akan menolong kita."

Balada Cinta Maysa #ODOCProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang